Sabtu, 31 Januari 2009
budidaya ikan hias : Badis-badis atau Dwarf Camelon (Badis-badis)
Badis-badis
Badis-badis atau Dwarf Camelon (Badis-badis) yang berasal dari Birma dan India ini sangat populer dan disenangi pemilik akuarium karena warnanya sangat cemerlang.
Ukuran maksimal tubuhnya sekitar 9-10 cm. Ikan ini bersifat omnivora- Suhu pemeliharaan optimum 25-28° C. Untuk pemijahan, pH airnya sekitar 6,5-71,0 dan kekerasan 6-10 dH.
Tempat pemeliharaannya sedikit agak gelap.
Tubuh induk jantan lebih besar dan lebih panjang dari betina. Selain itu, warna tubuhnya lebih cerah pada jantan dibanding betina. Untuk pemijahannya perlu dilengkapi dengan sarang yang terbuat dari bekas pot bunga yang dimiringkan atau potongan paralon berdiameter 1,5-2 inchi yang disusun horisontal. Telur akan dilekatkan pada lubang-lubang paralon.
Untuk menghindarkan telur atau larva dimakan induknya, lebih baik penetasan telurnya dilakukan di tempat terpisah. Telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Pakan larva yang baru menetas adalah infusoria. Sesudah dua hari, larva diberi kutu air saring benih dan ikan dewasa dapat diberi racing sutera. Untuk mencapai ukuran induk dibutuhkan waktu enam bulan, sedangkan ukuran jual cukup waktu pemeliharaan selama tiga bulan atau sudah mencapai 2,5 cm.
sumber : Darti S. L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
budidaya ikan hias : Black Ghost (Apteronotus albifrons)
Black Ghost
Black Ghost (Apteronotus albifrons) berasal dari daerah Amerika Selatan dan bersifat karnivora. Habitat aslinya bersuhu 25-28° C; pH 6,5-7,0; dan kekerasan 6-10° dH. Bentuk tubuhnya seperti lembaran daun atau pisau dengan warna hitam polos dan berenang bergetar atau meluncur.
Ikan ini senang dengan tempat yang agak gelap atau remang-remang dan akan bersembunyi bila ada lubang, terutama pada siang hari. Oleh karena itu, dalam wadah pemeliharaannya perlu disediakan tempat persembunyian berupa akar-akar pepohonan atau potongan paralon. Antara jantan dan betina sulit dibedakan. Garis punggung pada jantan sedikit pendek dari betina. Selain itu, sirip ekor pada betina lebih sempit dari jantan.
Pemijahan dapat dilakukan secara berpasangan maupun masal. Pemijahan secara masal dengan perbandingan jantan betina 1 : 2. Namun, karena ukuran induk bisa lebih dari 20 ekor maka wadahnya harus cukup luas. Kolam semen sekitar 1,5 cm x 2,0 m biasanya dapat dipakai untuk memijahkan 20 ekor. Sementara akuarium ukuran 100 cm x 40 cm x 40 cm cukup baik untuk menampung induk sekitar 5-8 ekor.
Sarang untuk pemijahan biasanya berupa lembaran batang pakis (untuk anggrek) yang ditumpuk atau disusun dua. Batang pakis tersebut ditindih atau diikatkan batu agar tidak bergerak dan tenggelam dalam air. Telur-telur ikan ini biasanya akan ditempatkan di lubang-lubang lembaran pakis dengan cara disemprotkan.
Umumnya pemijahan berlangsung malam hari sehingga pagi hari sarang yang penuh telur dapat diambil untuk ditetaskan. Pengambilan sarang dan telurnya harus sepagi mungkin sebelum matahari terbit. Penetasan telur dilakukan dalam akuarium dengan aerasi lembut. Usahakan tempat penetasannya tersebut agak gelap karena larva yang baru menetas tidak tahan sinar.
Peletakan sarang harus miring di dinding atau pinggir akuarium agar nantinya larva dapat leluasa keluar dari sarang.
Telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Larvanya masih akan menempel di sarang. Sesudah tiga hari, larva akan berenang dan siap diberi pakan berupa kutu air saring. Airnya pun mulai diganti. Walaupun sudah bisa berenang, larva masih senang bersembunyi dalam lubang-lubang sarang sehingga sarang sebaiknya dibiarkan hingga larva cukup besar.
Untuk pembesaran, ikan dapat diberi pakan berupa cacing sutera, jentik nyamuk, dan cacing darah. Penggantian air pun harus sudah dilakukan setiap hari sebanyak seperempat volume air bila wadahnya berupa akuarium. Bila wadahnya berupa kolam, penggantian air cukup dilakukan setiap 2-3 hari sekali. Selain itu, ke dalam wadah pembesaran perlu dilengkapi dengan tempat persembunyian seperti potongan paralon yang ditumpuk agar ikan lebih terasa nyaman. Ukuran jualnya sekitar 5 cm yang dicapai pada umur 3 bulan.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Black Ghost (Apteronotus albifrons) berasal dari daerah Amerika Selatan dan bersifat karnivora. Habitat aslinya bersuhu 25-28° C; pH 6,5-7,0; dan kekerasan 6-10° dH. Bentuk tubuhnya seperti lembaran daun atau pisau dengan warna hitam polos dan berenang bergetar atau meluncur.
Ikan ini senang dengan tempat yang agak gelap atau remang-remang dan akan bersembunyi bila ada lubang, terutama pada siang hari. Oleh karena itu, dalam wadah pemeliharaannya perlu disediakan tempat persembunyian berupa akar-akar pepohonan atau potongan paralon. Antara jantan dan betina sulit dibedakan. Garis punggung pada jantan sedikit pendek dari betina. Selain itu, sirip ekor pada betina lebih sempit dari jantan.
Pemijahan dapat dilakukan secara berpasangan maupun masal. Pemijahan secara masal dengan perbandingan jantan betina 1 : 2. Namun, karena ukuran induk bisa lebih dari 20 ekor maka wadahnya harus cukup luas. Kolam semen sekitar 1,5 cm x 2,0 m biasanya dapat dipakai untuk memijahkan 20 ekor. Sementara akuarium ukuran 100 cm x 40 cm x 40 cm cukup baik untuk menampung induk sekitar 5-8 ekor.
Sarang untuk pemijahan biasanya berupa lembaran batang pakis (untuk anggrek) yang ditumpuk atau disusun dua. Batang pakis tersebut ditindih atau diikatkan batu agar tidak bergerak dan tenggelam dalam air. Telur-telur ikan ini biasanya akan ditempatkan di lubang-lubang lembaran pakis dengan cara disemprotkan.
Umumnya pemijahan berlangsung malam hari sehingga pagi hari sarang yang penuh telur dapat diambil untuk ditetaskan. Pengambilan sarang dan telurnya harus sepagi mungkin sebelum matahari terbit. Penetasan telur dilakukan dalam akuarium dengan aerasi lembut. Usahakan tempat penetasannya tersebut agak gelap karena larva yang baru menetas tidak tahan sinar.
Peletakan sarang harus miring di dinding atau pinggir akuarium agar nantinya larva dapat leluasa keluar dari sarang.
Telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Larvanya masih akan menempel di sarang. Sesudah tiga hari, larva akan berenang dan siap diberi pakan berupa kutu air saring. Airnya pun mulai diganti. Walaupun sudah bisa berenang, larva masih senang bersembunyi dalam lubang-lubang sarang sehingga sarang sebaiknya dibiarkan hingga larva cukup besar.
Untuk pembesaran, ikan dapat diberi pakan berupa cacing sutera, jentik nyamuk, dan cacing darah. Penggantian air pun harus sudah dilakukan setiap hari sebanyak seperempat volume air bila wadahnya berupa akuarium. Bila wadahnya berupa kolam, penggantian air cukup dilakukan setiap 2-3 hari sekali. Selain itu, ke dalam wadah pembesaran perlu dilengkapi dengan tempat persembunyian seperti potongan paralon yang ditumpuk agar ikan lebih terasa nyaman. Ukuran jualnya sekitar 5 cm yang dicapai pada umur 3 bulan.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Budidaya ikan Hias : Ramiresi (Apistograma ramirezi)
Ramiresi
Ramiresi (Apistograma ramirezi) aslinya berasal dari Venezuela dan Kolombia. Ikan ini bersifat omnivora dan tergolong ikan pemalu. Kesenangannya bersembunyi dalam lubang sehingga perlu tempat persembunyian dalam wadah pemeliharaan. Ukuran tubuh maksimal sekitar 6 cm. Warna tubuh merah tua ditutupi garis melintang warna biru yang Samar di semua tubuh. Warna sirip merah dan dilengkapi warna agak pelangi. Suhu pemeliharaan yang baik antara 27-29° C. Sementara pH airnya antara 6,5-7,0 dan kekerasan 3-7° dH.
Pemijahan dapat dilakukan secara masal dengan perbandingan jantan dan betina 1 : 1. Air untuk pemijahan agak asam, sekitar pH 6,5. Induk jantan ditandai dengan warna tubuh sangat cerah dan sirip sedikit lebih panjang. Sementara induk betina yang siap berpijah ditandai dengan perutnya tampak gendut.
Sarang dapat dibuat dari pot bunga yang dimiringkan atau potongan paralon. Telur akan disembunyikan dalam sarang melalui lubang kecil. Telur tersebut akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Larva yang menetas akan berenang cepat. Pakan larva tersebut berupa infusoria, rotifera, ataupun kutu air halus atau saring. Larva tersebut biasanya diasuh induknya hingga 15 hari.
Setelah 15 hari, anak-anak ikan dipisahkan dari induknya. Perawatan selanjutnya dengan pemberian kutu air saring atau cacing sutera. Pakan buatan berupa pelet halus pun dapat diberikan. Ikan untuk induk harus sudah berumur enam bulan. Sementara ukuran mulai dapat dijual adalah 2,5 cm dengan waktu pemeliharaan 3-4 bulan.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Ikan dengan Telur Disembunyikan
Ikan dengan Telur Disembunyikan
Kelompok ini hanya sedikit perbedaannya dengan kelompok ikan dengan telur dilekatkan. Pada kelompok telur yang dilekatkan, telurnya dilekatkan di tempat terbuka. Sementara pada kelompok ini telurnya dilekatkan di tempat tersembunyi. Di habitat aslinya, telur ikan dalam kelompok ini disembunyikan di lubang antara bebatuan atau lubang dahan pepohonan yang jatuh.
Untuk pemijahannya, sarang dapat dibuat dari bebatuan atau potongan dahan pohon yang agak gelap (misalnya pakis). Telur-telurnya dirawat induknya. Namun, kalau ada bahaya, telur tersebut akan dimakan. Untuk itu, setelah berpijah sebaiknya telur bersama sarangnya diangkat dan ditetaskan tersendiri dalam akuarium dengan aerasi lembut.
Telur-telur akan menetas setelah 4-5 hari. Larvanya akan berenang tiga hari setelah menetas. Larva tersebut dapat diberi infusoria atau kutu air saring. Sementara ikan yang besar dapat diberi kutu air berukuran besar atau cacing sutera. Ikan akan menjadi induk setelah berumur enam bulan.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Kelompok ini hanya sedikit perbedaannya dengan kelompok ikan dengan telur dilekatkan. Pada kelompok telur yang dilekatkan, telurnya dilekatkan di tempat terbuka. Sementara pada kelompok ini telurnya dilekatkan di tempat tersembunyi. Di habitat aslinya, telur ikan dalam kelompok ini disembunyikan di lubang antara bebatuan atau lubang dahan pepohonan yang jatuh.
Untuk pemijahannya, sarang dapat dibuat dari bebatuan atau potongan dahan pohon yang agak gelap (misalnya pakis). Telur-telurnya dirawat induknya. Namun, kalau ada bahaya, telur tersebut akan dimakan. Untuk itu, setelah berpijah sebaiknya telur bersama sarangnya diangkat dan ditetaskan tersendiri dalam akuarium dengan aerasi lembut.
Telur-telur akan menetas setelah 4-5 hari. Larvanya akan berenang tiga hari setelah menetas. Larva tersebut dapat diberi infusoria atau kutu air saring. Sementara ikan yang besar dapat diberi kutu air berukuran besar atau cacing sutera. Ikan akan menjadi induk setelah berumur enam bulan.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Jumat, 30 Januari 2009
budidaya ikan hias : Habitat asli diskus (Symphysodon discus)
Diskus
Habitat asli diskus (Symphysodon discus) adalah Rio Negro dan perairan tenang Sungai Amazon. Sifatnya omnivora. Gerakannya sangat halus. Ikan ini pun terkenal sebagai "King of Aquarium". Disebut diskus karena bentuk tubuhnya bulat seperti cakram.
Ada empat spesies diskus yang dibudidayakan walaupun semuanya disebut sebagai diskus, yaitu Heckel Discus (Symphysodon discus), Brown Discus (Symphysodon aequifasciata axetrodi), Green Discus (Symphysodon aequifasciata aequifasciata), dan Blue Discus (Symphysodon aequifasciata haroldi). Oleh karena penggemarnya sangat banyak, kreativitas peternak dan hobiis sangat diperlukan untuk memunculkan varietas baru yang lebih bagus.
Hingga saat ini ada banyak varietas diskus, di antaranya ialah Red Pigeon, Marlboro, Brown Discus, dan Cobalt. Suhu yang baik untuk pemeliharaan diskus berkisar 25-30° C. Sementara kisaran kualitas air seperti keasaman (pH) cukup lebar sekitar 5-6,5 dan kekerasan air lunak antara 3-5° dH.
Pemijahan diskus sudah bukan masalah lagi bagi peternak maupun hobiis. Namun, karena harganya mahal dan banyak penggemarnya maka pemijahannya sebaiknya dilakukan dengan seksama. Pemilihan induk harus tepat agar anak yang dihasilkan berkualitas dan bernilai jual tinggi. Induk yang baik harus tanpa cacat, sehat, tampak aktif, bentuknya proporsional, ukurannya terbesar di antara kelompok umurnya, gemuk, mulutnya relatif besar, dan berumur lebih dari setahun.
Induk diskus sangat susah dipaksakan berpasangan sehingga biasanya dibiarkan memilih pasangannya sendiri dalam kelompok calon induk. Bila sudah tampak berpasangan dengan terus berenang bersama maka pasangan induk tersebut dapat dipisahkan dari kelompoknya. Pakan induk tersebut berupa pakan alami seperti cacing darah dan jentik nyamuk serta pakan buatan (pelet) khusus untuk diskus yang banyak dijual di pasaran.
Sarang telur biasanya dibuat dari potongan paralon yang diletakkan di pojok atau tengah akuarium pada posisi berdiri. Seperti halnya ikan lain, induk diskus pun akan membersihkan sarangnya sebelum meletakkan telur-telurnya.
Sifat ikan ini sangat unik, yaitu telur dan larvanya tidak dapat dipisahkan dari induknya. Oleh karena itu, telurnya tidak dipisahkan dari induknya dan dibiarkan menetas dalam wadah pemijahan. Telur-telur tersebut akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Larva ini akan terus menempel pada induknya hingga berumur seminggu.
Biasanya larva akan mulai berenang setelah berumur seminggu. Walaupun sudah bisa berenang, namun larva tersebut akan sering menempel pada induknya hingga berumur 21 hari. Beberapa pakar menyebutkan bahwa larva diskus tersebut memakan lendir yang keluar dari tubuh induknya atau sering disebut "menyusu" pada induk. Ada juga pakar yang percaya bahwa larva ini diberi pakan melalui mulut induknya.
Walaupun ikan ini terkenal dengan sifatnya merawat telur dan anaknya, namun ada juga induk yang memakan telurnya sendiri. Sementara larva yang sudah bisa berenang tidak akan dimakan induknya. Oleh karena itu, biasanya peternak memberi sekat untuk membatasi induk dengan telurnya. Sekat tersebut terbuat dari kawat halus yang dilingkarkan ke sarang. Adanya sekat ini menyebabkan induk tidak dapat mencapai telurnya.
Selain dengan sekat, dapat juga induknya diganti dengan induk yang sudah diketahui sebagai perawat telur dan larva yang baik. Penggantian induk ini dilakukan pada saat selesai memijah.
Walaupun pakan untuk larva berasal dari induknya, namun akan lebih baik lagi bila ditambahkan nauplii artemia atau kutu air saring. Bila larva sudah pisah dari induknya, pakannya dapat diganti
dengan kutu air besar. Namun, kualitas pakan tersebut harus diperhatikan, terutama pakan dari alam, agar ikan terhindar dari penyakit.
Diskus berumur sebulan atau lebih sudah bisa diberi pakan cacing sutera, cacing darah, atau jentik nyamuk. Bahkan pelet pun dapat diberikan pada usia dewasa. Sementara penggantian air selama pembesaran perlu selalu diperhatikan. penggantian air ini rutin dilakukan setiap 1-2 hari sebanyak sepertiga atau separo volume air. Ukuran 4 cm atau berumur sekitar 3 bulan mulai dapat dijual.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Habitat asli diskus (Symphysodon discus) adalah Rio Negro dan perairan tenang Sungai Amazon. Sifatnya omnivora. Gerakannya sangat halus. Ikan ini pun terkenal sebagai "King of Aquarium". Disebut diskus karena bentuk tubuhnya bulat seperti cakram.
Ada empat spesies diskus yang dibudidayakan walaupun semuanya disebut sebagai diskus, yaitu Heckel Discus (Symphysodon discus), Brown Discus (Symphysodon aequifasciata axetrodi), Green Discus (Symphysodon aequifasciata aequifasciata), dan Blue Discus (Symphysodon aequifasciata haroldi). Oleh karena penggemarnya sangat banyak, kreativitas peternak dan hobiis sangat diperlukan untuk memunculkan varietas baru yang lebih bagus.
Hingga saat ini ada banyak varietas diskus, di antaranya ialah Red Pigeon, Marlboro, Brown Discus, dan Cobalt. Suhu yang baik untuk pemeliharaan diskus berkisar 25-30° C. Sementara kisaran kualitas air seperti keasaman (pH) cukup lebar sekitar 5-6,5 dan kekerasan air lunak antara 3-5° dH.
Pemijahan diskus sudah bukan masalah lagi bagi peternak maupun hobiis. Namun, karena harganya mahal dan banyak penggemarnya maka pemijahannya sebaiknya dilakukan dengan seksama. Pemilihan induk harus tepat agar anak yang dihasilkan berkualitas dan bernilai jual tinggi. Induk yang baik harus tanpa cacat, sehat, tampak aktif, bentuknya proporsional, ukurannya terbesar di antara kelompok umurnya, gemuk, mulutnya relatif besar, dan berumur lebih dari setahun.
Induk diskus sangat susah dipaksakan berpasangan sehingga biasanya dibiarkan memilih pasangannya sendiri dalam kelompok calon induk. Bila sudah tampak berpasangan dengan terus berenang bersama maka pasangan induk tersebut dapat dipisahkan dari kelompoknya. Pakan induk tersebut berupa pakan alami seperti cacing darah dan jentik nyamuk serta pakan buatan (pelet) khusus untuk diskus yang banyak dijual di pasaran.
Sarang telur biasanya dibuat dari potongan paralon yang diletakkan di pojok atau tengah akuarium pada posisi berdiri. Seperti halnya ikan lain, induk diskus pun akan membersihkan sarangnya sebelum meletakkan telur-telurnya.
Sifat ikan ini sangat unik, yaitu telur dan larvanya tidak dapat dipisahkan dari induknya. Oleh karena itu, telurnya tidak dipisahkan dari induknya dan dibiarkan menetas dalam wadah pemijahan. Telur-telur tersebut akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Larva ini akan terus menempel pada induknya hingga berumur seminggu.
Biasanya larva akan mulai berenang setelah berumur seminggu. Walaupun sudah bisa berenang, namun larva tersebut akan sering menempel pada induknya hingga berumur 21 hari. Beberapa pakar menyebutkan bahwa larva diskus tersebut memakan lendir yang keluar dari tubuh induknya atau sering disebut "menyusu" pada induk. Ada juga pakar yang percaya bahwa larva ini diberi pakan melalui mulut induknya.
Walaupun ikan ini terkenal dengan sifatnya merawat telur dan anaknya, namun ada juga induk yang memakan telurnya sendiri. Sementara larva yang sudah bisa berenang tidak akan dimakan induknya. Oleh karena itu, biasanya peternak memberi sekat untuk membatasi induk dengan telurnya. Sekat tersebut terbuat dari kawat halus yang dilingkarkan ke sarang. Adanya sekat ini menyebabkan induk tidak dapat mencapai telurnya.
Selain dengan sekat, dapat juga induknya diganti dengan induk yang sudah diketahui sebagai perawat telur dan larva yang baik. Penggantian induk ini dilakukan pada saat selesai memijah.
Walaupun pakan untuk larva berasal dari induknya, namun akan lebih baik lagi bila ditambahkan nauplii artemia atau kutu air saring. Bila larva sudah pisah dari induknya, pakannya dapat diganti
dengan kutu air besar. Namun, kualitas pakan tersebut harus diperhatikan, terutama pakan dari alam, agar ikan terhindar dari penyakit.
Diskus berumur sebulan atau lebih sudah bisa diberi pakan cacing sutera, cacing darah, atau jentik nyamuk. Bahkan pelet pun dapat diberikan pada usia dewasa. Sementara penggantian air selama pembesaran perlu selalu diperhatikan. penggantian air ini rutin dilakukan setiap 1-2 hari sebanyak sepertiga atau separo volume air. Ukuran 4 cm atau berumur sekitar 3 bulan mulai dapat dijual.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Budidaya ikan Hias : Maanvis (Pterophyllum scalare)
Maanvis
Maanvis (Pterophyllum scalare) yang juga dikenal dengan nama dagang Angelfish berasal dari Rio Negro, daerah perairan tenang Sungai Amazon. Ikan ini bersifat omnivora. Ukuran tubuhnya dapat mencapai sekitar 12 cm. Ikan ini pun sering dijuluki "The Queen of Aquarium" karena bentuknya sangat indah seperti anak panah dan sifatnya tenang sehingga sangat digemari sebagai ikan hias akuarium.
Habitatnya memiliki sUhu 24-28° C. Sementara pH airnya sekitar 6,5-7,0 dan kekerasan sekitar 8° dH. Warna asli tubuhnya keperakan dengan garis-garis vertikal hitam. Hingga saat ini ada banyak varietas ikan ini yang dihasilkan dari penyilangan induk-induk terpilih maupun dari hasil mutasi. Beberapa di antaranya ialah Black and White, Black Angel, Marble, dan Albino.
Pemijahan ikan ini tidak sulit asalkan kualitas air cukup sesuai. Untuk dapat dipijahkan, umur induk sebaiknya sekitar enam bulan. Induk jantan dan betina hanya dapat dibedakan sesudah dewasa, yaitu betina lebih gemuk dibanding jantan. Selain itu, kepala induk jantan lebih membulat dan gerigi pada sirip punggung lebih panjang dan kasar.
Pemijahannya dilakukan dengan cara memasangkan setiap pasangan dalam akuarium berukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm. Namun, dapat juga dipasangkan 2-3 pasang induk dalam akuarium berukuran 100 cm x 40 cm x 40 cm. Setiap pasangan harus diberi penyekat dari kaca, lembaran plastik, atau jaring berkerangka. Walaupun ikan ini lebih memilih pasangannya sendiri, namun induk yang dipasangkan pun masih bisa memijah. Pakan induk selama pemijahan berupa jentik nyamuk atau cacing darah.
Sarang telur dapat dibuat dari potongan paralon yang digantungkan di dinding akuarium pada kolam air. Selain itu, dapat pula diberi lembaran daun yang diapungkan atau diberi pemberat pada ujungnya sebagai sarang. Biasanya induk jantan dan betina akan membersihkan sarang tersebut sebelum memijah. Setelah dirasakan bersih, telur akan diletakkan di sarang pada malam atau sore hari.
Walaupun induk maanvis dapat merawat telur, namun untuk efektivitasnya sebaiknya telur diambil bersama sarangnya dan ditetaskan dalam akuarium lain. Ketinggian air akuarium pemijahan sekitar 10 cm dengan aerasi kecil. Ke dalam air tersebut dapat ditambahkan obat anti jamur seperti metil biru agar banyak telur yang menetas.
Setelah tiga hari, biasanya telur akan menetas. Larvanya akan mulai berenang umur tiga hari. Sebelum larva bisa berenang, sangat disarankan agar tidak mengganti air atau menggoncangkan tempat penetasan. Ini disebabkan larva maanvis sangat sensitif terhadap goncangan, baik fisik maupun kimia (kualitas air). Larva yang sudah bisa berenang dapat diberi pakan nauplii artemia, kutu air saring, ataupun rotifera. Setelah satu minggu, larva sudah bisa diberi cacing sutera.
Pembesaran maanvis dapat dilakukan di kolam atau di akuarium dengan kepadatan tergantung besar ikan. Benih untuk pembesaran ini biasanya berumur 3-4 minggu. Tandanya ialah sirip-siripnya sudah lengkap. Pakannya berupa kutu air besar, cacing sutera, ataupun cacing darah.
Biasanya pada usia 2 bulan dan dewasa, ikan ini sudah tahan terhadap kualitas air.
Namun demikian, penggantian air sebaiknya dilakukan. Ini disebabkan sirip dadanya yang panjang seperti dasi sangat mudah rusak bila terserang penyakit. Kalau sudah rusak maka nilai jualnya pun menjadi hilang. Ukuran jual 3,5 cm atau berumur 3 bulan.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Budidaya ikan Hias : Pearl Cichlid (Geophagus brasiliensis)
Pearl Cichlid
Pearl Cichlid (Geophagus brasiliensis) berasal dari Sungai Amazon, Brazil. Ukuran tubuh maksimal dapat mencapai hampir 18 cm. Sifatnya karnivora. Tubuhnya agak cokelat tua. Di seluruh tubuh dan siripnya dipenuhi totol biru metalik seperti munara. Induk jantan dan betina dapat dibedakan dari bentuk tubuhnya yang lebih lebar pada betina, terutama bila dilihat dari atas.
Untuk pemeliharaan yang baik, suhu optimal lingkungan hidupnya sekitar 26-30° C. Sementara syarat kualitas air untuk hidup
dan pertumbuhannya harus baik, yaitu keasaman (pH) sekitar 7,0-7,5 dan kekerasan sekitar 11° dH.
Dalam pemijahan, induknya akan memilih sendiri pasangannya. Sarangnya dapat dibuat dari keramik atau batu datar. Walaupun induknya akan merawat telurnya, namun sebaiknya telur diambil dan ditetaskan di wadah lain setelah induk memijah. Ini disebabkan ada juga induk yang memakan telurnya sendiri. Pengambilan telur biasanya dilakukan pagi hari. Setelah 3-4 hari, telur akan menetas dan larvanya akan berenang pada hari ke-6. Pada saat mulai berenang, larva dapat diberi pakan berupa kutu air atau cacing sutera.
Pembesaran dapat dilakukan di kolam. Oleh karena ikan ini membutuhkan pH agak basa dan kekerasan agak tinggi maka akan lebih baik kalau airnya ditambahkan sedikit garam dapur sebanyak satu sendok teh setiap 10 liter air. Pakan untuk pembesaran berupa cacing sutera atau pelet. Umur 3 bulan atau mencapai 4 cm sudah bisa dijual.
sumber : Dari S.L dan Iwan D. penebar swadaya, 2006
Budidaya Ikan Hias : Severum (Cichlasoma Severum)
Severum
Severum (Cichlasoma Severum) berasal dari Guyana, Rio Negro, Sungai Amazon. Ikan ini bersifat sedikit karnivora mengarah ke omnivora. Spesies ini cukup besar, dapat mencapai 15 cm. Tubuhnya berwarna kuning kehijauan dan sangat cerah. Ikan muda sangat cantik, mirip diskus, karena bentuk badan dan siripnya agak membulat. Sirip punggung dan sirip perut betina lebih panjang dan runcing dibanding jantan.
Suhu optimal untuk pemeliharaan ikan ini sekitar 27-30° C. Sementara air yang baik untuk pertumbuhannya memiliki pH optimal sekitar 6,5-7,0 dan kesadahan sekitar 3° dH.
Cara pemijahannya hampir sama dengan Oskar. Hanya saja ikan ini membutuhkan pakan hidup seperti anak ikan atau udang yang lebih banyak saat masih berupa calon induk. Bila kurang pakan maka induk akan mudah sakit dan kualitas telurnya akan jelek (tidak menetas).
Sarang telurnya terbuat dari batu datar, potongan keramik, atau potongan paralon besar. Induk jantan maupun betina akan membersihkan sarang sebelum memijah.
Setelah berpijah, telur bersama sarangnya diambil untuk ditetaskan dalam akuarium atau kolam kecil. Penetasan akan berlangsung selama 2-3 hari dan larvanya akan berenang empat hari kemudian. Ukuran larva cukup besar sehingga dapat langsung diberi kutu air atau cacing sutera.
Pakan untuk pembesaran berupa cacing sutera dan anak ikan.
Pakan berupa udang kecil umum diberikan bila ukuran ikan sudah mencapai 3-4 cm. Pemberian udang agar warna merahnya cepat muncul. Ukuran mulai dijual sekitar 4 cm dengan lama pemeliharaan 3 bulan.
sumber:Darti S.L dan Iwan L. Penebar Swadaya, 2006
Budidaya Ikan Hias : Oskar (Astronotus ocellatus)
Oskar
Oskar (Astronotus ocellatus) berasal dari Venezuela Timur, Guyana, dan Paraguay (Sungai Amazon). Sifatnya karnivora dan merupakan ikan yang cukup besar untuk ukuran akuarium karena panjangnya dapat mencapai 25 cm.
Tubuhnya berwarna cokelat tua. Pada pangkal ekor terdapat titik hitam dan dilingkari warna kuning emas. Ada juga jenis albino yang warna dasar tubuhnya putih. jantannya dicirikan dari warna merah pada tutup insang dekat perut dan mempunyai tiga buah lingkaran hitam pada sirip punggung. Sementara pada betina, warna tersebut kabur dan tidak ada tanda lain.
Suhu optimal untuk pertumbuhannya sekitar 26-28° C.
Air yang disukai agak alkali, yaitu pH-nya sekitar 7,0-7,5. Kekerasan air cukup keras, sekitar 10° dH. Ikan ini dapat berubah warna dari cerah menjadi pucat, tergantung keadaan, terutama kalau stres.
Pakan yang disukai oskar berupa pakan hidup karena sifatnya sangat karnivorus. Anak ikan dan udang disenangi oskar dewasa, sedangkan benih dan remajanya dapat diberi cacing sutera atau kutu air.
jantan dan betina biasanya memilih sendiri pasangannya sehingga disarankan calon induk dipelihara dalam jumlah yang cukup pada kolam yang cukup luas. Bila sudah memilih pasangannya, induk tersebut dapat dipisahkan. Induk yang berpasangan ditandai dengan perilaku berenang dan berputar-putar bersama. Induk-induk tersebut pun dapat tidak dipisahklan asalkan kolamnya cukup luas.
Beberapa petani biasanya memberi sekat untuk memisahkan pasangan yang sudah cocok dengan kelompok induk lain. Sekatnya dapat terbuat dari papan atau plastik tebal yang diletakkan di pojok kolam. Cara ini harus dilakukan pada kolam yang luas agar pasangan induk dapat memijah di pojok kolam tanpa terganggu pasangan lain.
Pemijahan oskar membutuhkan wadah cukup luas. Kolam ukuran 1 m x 0,5 m atau 1 m x 1 m cukup untuk sepasang induk. Sarang telur dapat disiapkan dari batu datar atau keramik yang diletakkan di pojok wadah penetasan. Sarang telur ini biasanya akan dibersihkan pasangan induk yang akan memijah untuk selanjutnya telur diletakkan pada sarang tersebut.
Setelah memijah, telur-telur tersebut perlu dipindahkan untuk ditetaskan dalam wadah lain seperti akuarium. Walaupun tergolong ikan perawat telur, pemidahan ini perlu dilakukan karena sering induknya memakan telurnya sendiri kalau lapar atau terkejut. Namun, pengangkatan telur harus hati-hati karena ikan akan mempertahankan telurnya dan biasanya sangat galak. Ikan ini bisa menggigit dan melukai tangan. Untuk itu, induk harus dijauhkan dari telur terlebih dahulu.
Telur oskar mulai menetas dalam waktu 3-4 hari. Empat hari kemudian larvanya akan mulai berenang. Oleh karena larva berukuran cukup besar maka pakannya dapat berupa kutu air berukuran agak besar atau cacing sutera yang dipotong-potong.
Seperti halnya ikan lain, pemeliharaan ikan ini pun sebaiknya dalam ukuran yang sama. Ini disebabkan oskar bersifat sangat agresif sehingga ikan besar akan melukai ikan kecil. Ukuran wadahnya pun harus cukup luas dengan ketinggian air sekitar 25-35 cm. Oleh karena membutuhkan yang cukup luas, wadah pembesaran berupa kolam atau bak semen akan lebih efektif dibanding akuarium.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Kamis, 29 Januari 2009
Budidaya Ikan Hias : Blue Acara (Acquidens pulcher)
Blue Acara
Blue Acara (Acquidens pulcher) berasal dari Panama, Kolombia, Venezuela, dan Trinidad. Ukuran tubuhnya dapat mencapai 15 cm. Ikan ini bersifat omnivora. Tubuhnya berwarna abu-abu kebiruan dengan titik-titik biru cerah. Di tubuhnya terdapat garis-garis vertikal kehitaman dengan bintik hitam di tengah.
Blue Acara toleran terhadap kualitas air. Namun, penggantian air total akan membuat ikan stres dan mudah terserang penyakit bintik putih (white spot). Oleh karena itu, sebaiknya penggantian air harus secara rutin dilakukan dengan jumlah tidak terlalu banyak, cukup separo atau sepertiga volume air. Suhu optimal sekitar 26-29° C. Keasaman (pH) air optimal antara 6,5-7,0 dan kekerasan sekitar 10° dH.
Sirip punggung dan sirip anal atau perut lebih panjang pada jantan. Induk yang akan memijah tampak saling mengejar dan saling tertarik. Induk-induk yang berperilaku demikian dipisahkan dan ditempatkan dalam wadah cukup luas seperti kolam kecil untuk setiap pasangan atau akuarium besar. Ke dalam wadah dimasukkan sarang dari lempengan batu datar atau potongan keramik. Beberapa jenis ikan ini, terutama yang berukuran besar, jumlah telurnya banyak. Setiap induk betina dapat menghasilkan telur hingga 3.000 butir. ,,Telur-telur tersebut akan tampak di sarang pada pagi hari.
Penetasan telur sebaiknya dilakukan pada wadah terpisah. Telur tersebut diambil dan dipindahkan bersama sarangnya. Agar daya tetas telur menjadi tinggi, air untuk penetasan diberi metil biru. Bila telur ditetaskan dalam akuarium, perlu diberikan aerasi kecil atau halus.
Telur-telur tersebut akan menetas dalam waktu tiga hari. Tiga hari kemudian larvanya akan mulai berenang. Pada saat itu, airnya diganti separo dan mulai diberi pakan berupa kutu air saring. Setelah empat hari bisa berenang, pakannya dapat diganti dengan cacing sutera sampai dewasa.
Pemeliharaan ikan ini disarankan harus selalu dalam ukuran yang seragam karena bersifat sangat agresif. Bila ukurannya tidak sama maka ikan yang kecil akan diserang ikan besar. Untuk itu, kegiatan seleksi atau sortasi ukuran harus selalu dilakukan setiap tiga minggu sekali. Ukuran jual sekitar 4 cm atau sudah berumur 3 bulan.
sumber : Darti S.L dan Iwan D, Penebar Swadaya, 2006
Blue Acara (Acquidens pulcher) berasal dari Panama, Kolombia, Venezuela, dan Trinidad. Ukuran tubuhnya dapat mencapai 15 cm. Ikan ini bersifat omnivora. Tubuhnya berwarna abu-abu kebiruan dengan titik-titik biru cerah. Di tubuhnya terdapat garis-garis vertikal kehitaman dengan bintik hitam di tengah.
Blue Acara toleran terhadap kualitas air. Namun, penggantian air total akan membuat ikan stres dan mudah terserang penyakit bintik putih (white spot). Oleh karena itu, sebaiknya penggantian air harus secara rutin dilakukan dengan jumlah tidak terlalu banyak, cukup separo atau sepertiga volume air. Suhu optimal sekitar 26-29° C. Keasaman (pH) air optimal antara 6,5-7,0 dan kekerasan sekitar 10° dH.
Sirip punggung dan sirip anal atau perut lebih panjang pada jantan. Induk yang akan memijah tampak saling mengejar dan saling tertarik. Induk-induk yang berperilaku demikian dipisahkan dan ditempatkan dalam wadah cukup luas seperti kolam kecil untuk setiap pasangan atau akuarium besar. Ke dalam wadah dimasukkan sarang dari lempengan batu datar atau potongan keramik. Beberapa jenis ikan ini, terutama yang berukuran besar, jumlah telurnya banyak. Setiap induk betina dapat menghasilkan telur hingga 3.000 butir. ,,Telur-telur tersebut akan tampak di sarang pada pagi hari.
Penetasan telur sebaiknya dilakukan pada wadah terpisah. Telur tersebut diambil dan dipindahkan bersama sarangnya. Agar daya tetas telur menjadi tinggi, air untuk penetasan diberi metil biru. Bila telur ditetaskan dalam akuarium, perlu diberikan aerasi kecil atau halus.
Telur-telur tersebut akan menetas dalam waktu tiga hari. Tiga hari kemudian larvanya akan mulai berenang. Pada saat itu, airnya diganti separo dan mulai diberi pakan berupa kutu air saring. Setelah empat hari bisa berenang, pakannya dapat diganti dengan cacing sutera sampai dewasa.
Pemeliharaan ikan ini disarankan harus selalu dalam ukuran yang seragam karena bersifat sangat agresif. Bila ukurannya tidak sama maka ikan yang kecil akan diserang ikan besar. Untuk itu, kegiatan seleksi atau sortasi ukuran harus selalu dilakukan setiap tiga minggu sekali. Ukuran jual sekitar 4 cm atau sudah berumur 3 bulan.
sumber : Darti S.L dan Iwan D, Penebar Swadaya, 2006
Ikan Hias dengan Telur Dilekatkan ke Objek
Ada tiga kelompok ikan yang berperilaku merawat atau menjaga telurnya hingga menetas, yaitu telurnya dilekatkan pada objek, telurnya disembunyikan, dan telur dilekatkan pada sarang yang dibuat sendiri.
Ikan dengan Telur Dilekatkan ke Objek
Kelompok ini kebanyakan dari famili Cichlidae seperti Oskar, blue acara, severum, dan jurupari. jenis ikan yang masuk dalam kelompok ini sangat toleran terhadap penggantian dan guncangan kualitas air. Namun, telurnya sangat sensitif pada penggantian air dan guncangan kualitas air. Sering terjadi telur menjadi putih dan gagal menetas. Oleh karena itu, dalam penanganan telur harus hati-hati, terutama saat penetasan. Telur jantan dipindahkan, dialiri air, ataupun diguncangkan selama penetasan.
Induk dari kelompok ini sangat sulit dibedakan antara jantan dan betina. Namun, pada beberapa jenis tampak jantan berwarna lebih terang. Induknya sangat pemilih dalam menentukan pasangannya sehingga perlu pemeliharaan cukup banyak calon induk. Bila induk tampak berpasangan, pasangan tersebut dapat dipindahkan ke wadah pemijahan.
Biasanya substrat atau sarang berbentuk bidang datar seperti lempengan batu, paralon, potongan keramik, ataupun lembaran daun. Bila saatnya bertelur, induk akan membersihkan sarang dengan mulutnya hingga bersih, lalu telur dilekatkan.
Walaupun kelompok ikan ini sebagai perawat telur, namun bisa saja telurnya dimakan. Biasanya telur dimakan kalau dalam keadaan lapar atau terkejut. Untuk mengatasinya, telur dapat diambil atau dipindahkan bersama sarangnya pada saat induknya selesai berpijah.
Penetasan telur dapat dilakukan dalam bak atau akuarium dengan aerasi kecil. Pada induk yang sayang telur, pemeliharaannya dapat bersamaan dengan telurnya, bahkan hingga larvanya menjadi benih. Biasanya telur akan dikipasi dengan sirip sehingga menimbulkan aerasi.
Larva jenis ikan ini lambat berenang atau tidak segera berenang setelah menetas. Ini disebabkan kandungan kuning telurnya cukup besar. Biasanya larva baru bisa berenang setelah berumur seminggu. Larva yang sudah mulai berenang dapat diberi pakan berupa nauplii artemia atau kutu air sarang.
Selain itu, penggantian air harus sudah mulai dilakukan sebanyak separo volume awal. Setelah agak besar (sekitar umur 10-15 hari), larva dapat dipindahkan ke wadah yang lebih luas. Pakannya pun dapat diganti dengan cacing sutera.
Pada kegiatan pembesaran, kecukupan pakan sangat diperlukan. Oleh karena kebanyakan jenisnya bersifat karnivora maka hanya sedikit saja yang dapat diberi pakan buatan. jenis pakan yang biasanya diberikan adalah cacing rambut, kutu air besar, jentik nyamuk, dan cacing darah. Sementara pakan untuk induk diusahakan bervariasi antara cacing darah, jentik nyamuk, anak ikan atau udang, maupun pelet bila memungkinkan.
Kepadatan ikan dalam wadah pembesaran tergantung ukuran ikan. Oskar, misalnya, memerlukan wadah yang cukup luas karena ukuran tubuhnya besar, dapat mencapai 20-25 cm.
Seperti halnya pemeliharaan larva, pada pembesaran ini pun penggantian air sangat diperlukan. penggantian air ini tidak terlalu sulit karena ikan tahan terhadap goncangan kualitas media. Air diganti sebanyak sepertiga atau separo volume air setiap 3-4 hari sekali.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Ikan dengan Telur Dilekatkan ke Objek
Kelompok ini kebanyakan dari famili Cichlidae seperti Oskar, blue acara, severum, dan jurupari. jenis ikan yang masuk dalam kelompok ini sangat toleran terhadap penggantian dan guncangan kualitas air. Namun, telurnya sangat sensitif pada penggantian air dan guncangan kualitas air. Sering terjadi telur menjadi putih dan gagal menetas. Oleh karena itu, dalam penanganan telur harus hati-hati, terutama saat penetasan. Telur jantan dipindahkan, dialiri air, ataupun diguncangkan selama penetasan.
Induk dari kelompok ini sangat sulit dibedakan antara jantan dan betina. Namun, pada beberapa jenis tampak jantan berwarna lebih terang. Induknya sangat pemilih dalam menentukan pasangannya sehingga perlu pemeliharaan cukup banyak calon induk. Bila induk tampak berpasangan, pasangan tersebut dapat dipindahkan ke wadah pemijahan.
Biasanya substrat atau sarang berbentuk bidang datar seperti lempengan batu, paralon, potongan keramik, ataupun lembaran daun. Bila saatnya bertelur, induk akan membersihkan sarang dengan mulutnya hingga bersih, lalu telur dilekatkan.
Walaupun kelompok ikan ini sebagai perawat telur, namun bisa saja telurnya dimakan. Biasanya telur dimakan kalau dalam keadaan lapar atau terkejut. Untuk mengatasinya, telur dapat diambil atau dipindahkan bersama sarangnya pada saat induknya selesai berpijah.
Penetasan telur dapat dilakukan dalam bak atau akuarium dengan aerasi kecil. Pada induk yang sayang telur, pemeliharaannya dapat bersamaan dengan telurnya, bahkan hingga larvanya menjadi benih. Biasanya telur akan dikipasi dengan sirip sehingga menimbulkan aerasi.
Larva jenis ikan ini lambat berenang atau tidak segera berenang setelah menetas. Ini disebabkan kandungan kuning telurnya cukup besar. Biasanya larva baru bisa berenang setelah berumur seminggu. Larva yang sudah mulai berenang dapat diberi pakan berupa nauplii artemia atau kutu air sarang.
Selain itu, penggantian air harus sudah mulai dilakukan sebanyak separo volume awal. Setelah agak besar (sekitar umur 10-15 hari), larva dapat dipindahkan ke wadah yang lebih luas. Pakannya pun dapat diganti dengan cacing sutera.
Pada kegiatan pembesaran, kecukupan pakan sangat diperlukan. Oleh karena kebanyakan jenisnya bersifat karnivora maka hanya sedikit saja yang dapat diberi pakan buatan. jenis pakan yang biasanya diberikan adalah cacing rambut, kutu air besar, jentik nyamuk, dan cacing darah. Sementara pakan untuk induk diusahakan bervariasi antara cacing darah, jentik nyamuk, anak ikan atau udang, maupun pelet bila memungkinkan.
Kepadatan ikan dalam wadah pembesaran tergantung ukuran ikan. Oskar, misalnya, memerlukan wadah yang cukup luas karena ukuran tubuhnya besar, dapat mencapai 20-25 cm.
Seperti halnya pemeliharaan larva, pada pembesaran ini pun penggantian air sangat diperlukan. penggantian air ini tidak terlalu sulit karena ikan tahan terhadap goncangan kualitas media. Air diganti sebanyak sepertiga atau separo volume air setiap 3-4 hari sekali.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
High temperature or low temperatures
High temperature or low temperatures
Fish are cold-blooded animals (poikilothermal) metabolisms so that progress in the body depending on the temperature of the environment, including the body's immune. Low temperatures will reduce the body's immunity or immunity, while the high temperature can accelerate the occurrence of bacterial infection.
The influence of acclimatization or adaptation can be tolerated by certain species of fish. Decrease or increase the temperature of the slow progress may not be too harmful to the fish. However, the change is too rapid or drastic will endanger the fish.
Optimal temperature for the life of tropical ornamental fish between 24-27 ° C, depending on the type of fish. Limit of tolerance to high temperatures can reach 35 ° C and low temperature to 18 ° C. For koi and goldfish, optimum temperature is lower, around 20-22 ° C. However, this fish has begun to adapt to higher temperatures, especially maskoki.
The temperature is too low can cause the fish is not active, often gathered to swim and do not want, and easy disease fungus disease or parasites. While the temperature is too high will make it easier to fish fell ill bacterial infection.
Precaution against the disease should be adjusted with the temperature conditions.
If the temperature is low, part of the pond can be covered with zinc or board and reduced water depth. At the aquarium placed in the room, prevent the provision of light or heater (heating) in order to become pands. Meanwhile, if the condition of high temperature, water depth of a pond can be added.
source: Dart S.L, Iwan D. Penebarswadaya 2006
Fish are cold-blooded animals (poikilothermal) metabolisms so that progress in the body depending on the temperature of the environment, including the body's immune. Low temperatures will reduce the body's immunity or immunity, while the high temperature can accelerate the occurrence of bacterial infection.
The influence of acclimatization or adaptation can be tolerated by certain species of fish. Decrease or increase the temperature of the slow progress may not be too harmful to the fish. However, the change is too rapid or drastic will endanger the fish.
Optimal temperature for the life of tropical ornamental fish between 24-27 ° C, depending on the type of fish. Limit of tolerance to high temperatures can reach 35 ° C and low temperature to 18 ° C. For koi and goldfish, optimum temperature is lower, around 20-22 ° C. However, this fish has begun to adapt to higher temperatures, especially maskoki.
The temperature is too low can cause the fish is not active, often gathered to swim and do not want, and easy disease fungus disease or parasites. While the temperature is too high will make it easier to fish fell ill bacterial infection.
Precaution against the disease should be adjusted with the temperature conditions.
If the temperature is low, part of the pond can be covered with zinc or board and reduced water depth. At the aquarium placed in the room, prevent the provision of light or heater (heating) in order to become pands. Meanwhile, if the condition of high temperature, water depth of a pond can be added.
source: Dart S.L, Iwan D. Penebarswadaya 2006
Diseases gas buble
Diseases gas buble
The disease occurs due to high gas dissolved in water. The high dissolved gas that can occur due to water in the pool is too dense, water wells, the replacement of water with the rapid progress, or differences in water temperature in the container with water for too high. The transfer of fish from the environment have a high gas to the environment in which low gas suddenly can cause this disease.
The signs of this disease, among others, The speck red arise in the body, embolism (gas bubbles in the eye and various other body part that is difficult viewed with naked eyes), the fish suddenly died, and the ugly fish skin, scaly rough, colorful and bleak .
For the prevention of this disease can be done by reducing the causes, such as reducing the water plant and the replacement of the water carefully. Generally, this disease is treated difficult.
source: Darti SL, and Iwan D, spreader Swadaya, 2006
The disease occurs due to high gas dissolved in water. The high dissolved gas that can occur due to water in the pool is too dense, water wells, the replacement of water with the rapid progress, or differences in water temperature in the container with water for too high. The transfer of fish from the environment have a high gas to the environment in which low gas suddenly can cause this disease.
The signs of this disease, among others, The speck red arise in the body, embolism (gas bubbles in the eye and various other body part that is difficult viewed with naked eyes), the fish suddenly died, and the ugly fish skin, scaly rough, colorful and bleak .
For the prevention of this disease can be done by reducing the causes, such as reducing the water plant and the replacement of the water carefully. Generally, this disease is treated difficult.
source: Darti SL, and Iwan D, spreader Swadaya, 2006
Conditions Larva
Conditions Larva
Larva of the new hatch is very sensitive to the environment such as temperature, sunlight, and water quality. For that, flyblow should be treated carefully, especially when changing water. Replacement of water was conducted after the start flyblow swim. the amount of water that is not replaced more than half.
Especially when using anti-fungus medication incubation time, water must be removed as soon as possible to the way each day be replaced. Drugs such as anti-fungus metil blue in the womb that is concentrated in the dirty water more than a week will be responding to the dangerous chemical components flyblow so that the speed increase of ammonia. Water quality should be protected, particularly temperature between 26-29 ° C for a common tropical fish.
Feed should not be too late to flyblow. Larva feed the poor will die easily. Some even cannibal fish that can bite each other so that when hungry enough flyblow dead. Flyblow critical period of time is usually at the end of the growth metamorfosis or fin.
Swimming for the maintenance of the plant flyblow water usually there are many pests such as scorpions flyblow water and flyblow dragonfly. Pests this happy life, grow, and grow in the roots of water plants. If the water is always clean, pest will be reluctant to expand. For that, the water ponds need to be replaced as often as possible.
Replace water swimming techniques need to be segregated flyblow not float. Replacement of water is done by opening a channel disposal. At the mouth of the channel already has a fine sieve.
When flyblow be moved, should be done 2-3 days after the start flyblow swimming and started to eat 1-2 days. Larva who have started to eat is usually a strong start. Move during the morning before feeding. Moving is done by taking use flyblow big bowl or spoon. Flyblow should not excluded from the water.
source: Darti Satyani Lesmana, Iwan Dermawan, spreader Swadaya, 2006
Larva of the new hatch is very sensitive to the environment such as temperature, sunlight, and water quality. For that, flyblow should be treated carefully, especially when changing water. Replacement of water was conducted after the start flyblow swim. the amount of water that is not replaced more than half.
Especially when using anti-fungus medication incubation time, water must be removed as soon as possible to the way each day be replaced. Drugs such as anti-fungus metil blue in the womb that is concentrated in the dirty water more than a week will be responding to the dangerous chemical components flyblow so that the speed increase of ammonia. Water quality should be protected, particularly temperature between 26-29 ° C for a common tropical fish.
Feed should not be too late to flyblow. Larva feed the poor will die easily. Some even cannibal fish that can bite each other so that when hungry enough flyblow dead. Flyblow critical period of time is usually at the end of the growth metamorfosis or fin.
Swimming for the maintenance of the plant flyblow water usually there are many pests such as scorpions flyblow water and flyblow dragonfly. Pests this happy life, grow, and grow in the roots of water plants. If the water is always clean, pest will be reluctant to expand. For that, the water ponds need to be replaced as often as possible.
Replace water swimming techniques need to be segregated flyblow not float. Replacement of water is done by opening a channel disposal. At the mouth of the channel already has a fine sieve.
When flyblow be moved, should be done 2-3 days after the start flyblow swimming and started to eat 1-2 days. Larva who have started to eat is usually a strong start. Move during the morning before feeding. Moving is done by taking use flyblow big bowl or spoon. Flyblow should not excluded from the water.
source: Darti Satyani Lesmana, Iwan Dermawan, spreader Swadaya, 2006
Budidaya Ikan Hias : Hart's Rivulus (Rivulus sp.)
Hart's Rivulus
Hart's Rivulus (Rivulus sp.) berasal dari Trinidad dan Venezuela, Amerika Selatan. Ukuran tubuhnya cukup besar, dapat mencapai 10 cm. Habitatnya berupa daerah aliran sungai dengan vegetasi atau tanaman yang lebat. Untuk dapat hidup, suhu optimalnya 23-26° C; pH 7,0; dan kekerasan 8-10° dH.
Warnanya cokelat kehijauan bebercak merah terang di sepanjang tubuhnya sehingga sangat menarik sebagai pajangan akuarium.
Pemijahannya hampir sama dengan jenis Panchax, hanya saja tanaman airnya harus lebih lebat. Ketinggian air cukup sekitar 7-10 cm agar ikan tidak meloncat ke atas. Oleh karena suka meloncat, wadah pemijahan diberi tutup dari bahan tembus cahaya. Ini disebabkan ikan membutuhkan sinar matahari. Untuk itu, wadah harus ditempatkan di areal terbuka.
Sebagai substrat dapat digunakan tanaman air berupa eceng
gondok. Telur biasanya diletakkan di ujung-ujung atau akar tanaman
air. Telur tersebut dapat diambil untuk ditetaskan di wadah lain.
Penetasan telur terjadi cukup lama, sekitar 12-14 hari. Namun, larva
yang baru menetas sudah cukup besar untuk memakan kutu air kecil.
Pembesarannya memang lambat, dalam waktu empat bulan baru
mencapai panjang sekitar 4 cm, yaitu ukuran terkecil untuk pasar
ekspor.
Oleh karena pertumbuhannya lambat, tidak banyak petani
yang secara khusus membudidayakan ikan ini. Kalaupun ada, biasanya
pembudidayaannya hanya sebagai sampingan pada budi daya jenis
ikan lain. Padahal, ikan ini tergolong sangat tahan terhadap penyakit.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Budidaya Ikan Hias : Lyretail (Aphyosemion sp.)
Lyretail
Lyretail (Aphyosemion sp.) berasal dari Afrika bagian barat dan tengah. Perairan tenang dengan hutan lebat di sekelilingnya konon merupakan habitat aslinya. Oleh karena itu, air yang cocok, terutama untuk berkembang biak, ber-pH 6,4-6,7; kekerasan 1-3° dH; dan suhu 23-25° C.
Ukuran ikan ini dapat mencapai 5 cm. Warna tubuh kerabat ikan ini beragam, tergantung spesiesnya. Namun, dominasi warna tubuh adalah biru, merah, dan kuning dengan bintik berwarna antara ketiga warna tersebut di atas sepanjang badan, termasuk sirip-siripnya.
Misalnya, warna dasar biru bebercak merah menyala.
Cara bertelurnya seperti ikan Panchax (Aplocheilus panchax). Waktu penelurannya cukup lama, sekitar 10-15 hari, yang terjadi berturut-turut setiap hari. Hanya saja ikan ini mau bertelur secara musiman, hanya musim hujan saja mereka mau bertelur banyak.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Budidaya Ikan Hias : Rasbora atau Harlequin (Rasbora heteromorpha)
Rasbora
Rasbora atau Harlequin (Rasbora heteromorpha) berasal dari Malaysia dan Indonesia, khususnya Sumatera. Panjang tubuhnya dapat mencapai 5 cm. Daerah yang mempunyai kisaran suhu antara 22-28° C sangat disukai ikan ini. Keasaman (pH) air yang baik untuk pertumbuhannya sekitar 6,0-6,5 dan kekerasannya se-kitar 3° dH.
Ikan ini sangat digemari konsumen Eropa. Hidupnya berkelompok dan indah dipajang berkelompok. Ikan ini disukai karena memiliki perpaduan warna tubuh yang indah. Bagian depan tubuh berwarna keperakan (silver) dan bagian belakang berwarna merah tua yang diliputi segi tiga berwarna hitam. Sirip punggung dan ekor berwarna merah dengan pinggir putih.
Sirip anal pun berwarna merah yang bila terkena sinar matahari akan tampak agak violet. Namun, warna tubuh ikan ini akan pudar bila pakannya kurang memenuhi syarat.
Antara jantan dan betina agak sulit dikenali, kecuali kalau sudah siap berpijah. Tubuh ikan betina lebih besar atau lebih gemuk
dengan warna hitam yang lebih pudar atau kurang terang dibanding jantan. Tanda hitam pada kelamin ikan betina meruncing, sedangkan pada jantan membulat.
Pemijahan ikan ini dapat dilakukan secara masal dengan perbandingan jantan betina 1 : 2-3. Sementara sebagai sarang dapat digunakan tanaman air seperti ganggang ataupun mop raffia yang agak padat. Selain secara masal, pemijahannya pun dapat dilakukan secara berpasangan dalam akuarium kecil. Pemijahan secara berpasangan ini lebih efisien dan lebih banyak telur yang akan terbuahi.
Setelah bertelur, induk dapat dipindahkan. Telur akan menetas dalam waktu 3-4 hari. Infusoria dapat diberikan pada larva selama 2-3 hari dan selanjutnya diberi kutu air saring sampai menjadi benih. Benih sampai dewasa dapat diberi pakan kutu air besar atau cacing sutera. Penggantian air untuk larva maupun benih harus hati-hati. Larva ikan ini sangat peka terhadap air baru sehingga airnya harus diinapkan dahulu selama dua hari. Ukuran jual ikan ini setelah mencapai 2,0 cm dengan lama pemeliharaan 2,5 bulan.
Produksi yang dihasilkan dari pembudidayaan ikan ini sangat sedikit, terutama di Indonesia. Ini disebabkan harganya tidak terlalu mahal sehingga lebih mudah diiproduksi dari penangkapan alam. Memang populasi ikan ini masih banyak, terutama di perairan Sumatera Selatan. Namun, khabarnya ikan ini dikembangkan dan diproduksi cukup banyak di Jerman.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
White spot disease
White spot disease
White spot disease (white spot) caused the Ichthyopthirius multifiliis parasites so that the disease is often called Ich. Almost all the fresh water ornamental fish can this disease. Although most of the seed is attacked 1-5 cm-sized fish, but this disease is also often attack large and small fish.
The spread of this disease is very fast, especially in the optimum temperature (15-25 ° Q. at a temperature of 30 ° C or more, the disease will die or stop cycle. Parasite life cycle is divided into several phases, namely parasiter (tropozoit), pre - cyst (tomont), cyst (trophont), post-cyst (theront).
This cycle of life going for 6 days at a temperature of 25 ° C, 10 days at a temperature of 15 °, and more a month at a temperature of 10 ° C.
Phase parasiter the active phase is formed nodula (spot or spot) in the white skin and gill epitel fish. When mature, the parasites out of nodula and form a cyst pre-swim freely explore places such as aquarium patch, drain, and place the plant air.Di pre menempelnya - cyst will develop into a cyst in a tomite.
Tomite this is to be split into many. Furcation tomite broken so that the cyst tomite out. Tomite will then be developed into the form of post-cyst. This is the active phase of the fish. The amount in the water very much. Each cyst can produce more than 1,000 post-cyst.
If the infection is widespread throughout the body to form white spots the fish can die. The sign of this disease is a fish will rise to the surface of the water and the white spot on the skin. In the attack seriously enough, the fish will grind to the body wall aquarium or pond, giving rise to injury. Injuries may be secondary infection by fungus.
Preventive action is done with how to save fish in the water flow or fish density reduced. To do with the way it treated the sick fish soaked in a solution MOO 0.1 mg / e for 12-24 hours.
Once soaked, put fish back to water. Soaking fish in the solution of blue metil 0,7-1,0 mg / e for 24 hours a day can help eliminate this disease is when the situation has not been severe. If there is no drug, soaking in salt solution 4 g / l for 5-10 minutes to eliminate this disease.
Because this parasite life cycle during the six days it is suggested be treated for seven days in succession. This is done so that the seeds of disease are really exhausted. Besides the drugs and salt, the temperature is 31-32 ° C for 10 minutes can kill parasites.
source: SL Darti and Iwan D, spreader Swadaya, 2006
White spot disease (white spot) caused the Ichthyopthirius multifiliis parasites so that the disease is often called Ich. Almost all the fresh water ornamental fish can this disease. Although most of the seed is attacked 1-5 cm-sized fish, but this disease is also often attack large and small fish.
The spread of this disease is very fast, especially in the optimum temperature (15-25 ° Q. at a temperature of 30 ° C or more, the disease will die or stop cycle. Parasite life cycle is divided into several phases, namely parasiter (tropozoit), pre - cyst (tomont), cyst (trophont), post-cyst (theront).
This cycle of life going for 6 days at a temperature of 25 ° C, 10 days at a temperature of 15 °, and more a month at a temperature of 10 ° C.
Phase parasiter the active phase is formed nodula (spot or spot) in the white skin and gill epitel fish. When mature, the parasites out of nodula and form a cyst pre-swim freely explore places such as aquarium patch, drain, and place the plant air.Di pre menempelnya - cyst will develop into a cyst in a tomite.
Tomite this is to be split into many. Furcation tomite broken so that the cyst tomite out. Tomite will then be developed into the form of post-cyst. This is the active phase of the fish. The amount in the water very much. Each cyst can produce more than 1,000 post-cyst.
If the infection is widespread throughout the body to form white spots the fish can die. The sign of this disease is a fish will rise to the surface of the water and the white spot on the skin. In the attack seriously enough, the fish will grind to the body wall aquarium or pond, giving rise to injury. Injuries may be secondary infection by fungus.
Preventive action is done with how to save fish in the water flow or fish density reduced. To do with the way it treated the sick fish soaked in a solution MOO 0.1 mg / e for 12-24 hours.
Once soaked, put fish back to water. Soaking fish in the solution of blue metil 0,7-1,0 mg / e for 24 hours a day can help eliminate this disease is when the situation has not been severe. If there is no drug, soaking in salt solution 4 g / l for 5-10 minutes to eliminate this disease.
Because this parasite life cycle during the six days it is suggested be treated for seven days in succession. This is done so that the seeds of disease are really exhausted. Besides the drugs and salt, the temperature is 31-32 ° C for 10 minutes can kill parasites.
source: SL Darti and Iwan D, spreader Swadaya, 2006
Rabu, 28 Januari 2009
budidaya ikan hias : Panchax
Panchax
Panchax berasal dari India, Burma (Myanmar), dan Thailand. Ikan ini bersifat karnivora dengan suhu pemeliharaan optimal sekitar 24-28° C. Sementara pH optimalnya sekitar 6,5-7,0 dan kekerasan antara 5-8° dH. Ukuran ikan ini dapat mencapai 7-8 cm.
Ada dua jenis Panchax yang populer sebagai ikan hias, yaitu Yellow Finned Panchax (Aplocheilichthys flavipinnis) dan Yellow Panchax (Aplocheilus sp.). Warna tubuh jantan biru dengan bibir bawah hitam. Pada Yellow Finned Panchax, sirip ekornya kuning dengan ujung hijau dan pinggir hitam atau biru terang.
Sirip punggung hitam dan sirip analis kuning dengan pinggiran orange. Sementara pada Blue Panchax, sirip-siripnya berwarna biru.
Membedakan jantan dan betina dengan jelas dapat dilakukan pada saat ikan sudah dewasa. Bentuk badan jantan lebih langsing dan warnanya lebih menarik atau cerah dibanding betina.
Pemijahan jenis ikan ini dapat dilakukan secara masal dengan perbandingan jantan betina 1 : 2-3. Sarang telurnya dapat dibuat dari mop rafia yang dipasangkan di dasar wadah (akuarium atau kolam). Biasanya telur yang dikeluarkan akan dilekatkan di ujung-ujung mop rafia dengan cara digantungkan. Telur-telur tersebut bisa diambil untuk ditetaskan dalam wadah terpisah ataupun dibiarkan bersama induknya hingga menetas dan larvanya bisa berenang. Telur dapat dipelihara bersama induknya karena induk tidak pernah memakan telur atau anaknya.
Biasanya telur akan menetas dalam waktu cukup lama, yaitu 12-16 hari. Larvanya berukuran cukup besar sehingga dapat langsung diberi pakan berupa kutu air saring. Empat hingga lima hari kemudian larvanya sudah bisa diberi pakan kutu air berukuran besar. Sementara pakan untuk ikan dewasa dapat berupa cacing sutera.
Pemeliharaan ikan ini sangat mudah karena kondisi tubuhnya kuat dan toleran terhadap kualitas air. Namun, biasanya bisa sedikit merepotkan karena ukuran ikan atau anak ikan untuk satu kali penetasan tidak sama. Hal ini disebabkan telur ikan ini dikeluarkan induknya sedikit demi sedikit dalam waktu yang relatif lama.
Akibatnya umur telur dan larva menjadi sangat bervariasi. Untuk itu, sortasi ukuran ikan harus rutin dikerjakan agar diperoleh ukuran yang sama.
Biasanya ikan sudah bisa dijual setelah ikan berukuran cukup besar, yaitu sekitar 3,5-5,0 cm. Bila pemeliharaannya baik, ukuran ikan tersebut sudah bisa dicapai setelah berumur 5-6 bulan.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Panchax berasal dari India, Burma (Myanmar), dan Thailand. Ikan ini bersifat karnivora dengan suhu pemeliharaan optimal sekitar 24-28° C. Sementara pH optimalnya sekitar 6,5-7,0 dan kekerasan antara 5-8° dH. Ukuran ikan ini dapat mencapai 7-8 cm.
Ada dua jenis Panchax yang populer sebagai ikan hias, yaitu Yellow Finned Panchax (Aplocheilichthys flavipinnis) dan Yellow Panchax (Aplocheilus sp.). Warna tubuh jantan biru dengan bibir bawah hitam. Pada Yellow Finned Panchax, sirip ekornya kuning dengan ujung hijau dan pinggir hitam atau biru terang.
Sirip punggung hitam dan sirip analis kuning dengan pinggiran orange. Sementara pada Blue Panchax, sirip-siripnya berwarna biru.
Membedakan jantan dan betina dengan jelas dapat dilakukan pada saat ikan sudah dewasa. Bentuk badan jantan lebih langsing dan warnanya lebih menarik atau cerah dibanding betina.
Pemijahan jenis ikan ini dapat dilakukan secara masal dengan perbandingan jantan betina 1 : 2-3. Sarang telurnya dapat dibuat dari mop rafia yang dipasangkan di dasar wadah (akuarium atau kolam). Biasanya telur yang dikeluarkan akan dilekatkan di ujung-ujung mop rafia dengan cara digantungkan. Telur-telur tersebut bisa diambil untuk ditetaskan dalam wadah terpisah ataupun dibiarkan bersama induknya hingga menetas dan larvanya bisa berenang. Telur dapat dipelihara bersama induknya karena induk tidak pernah memakan telur atau anaknya.
Biasanya telur akan menetas dalam waktu cukup lama, yaitu 12-16 hari. Larvanya berukuran cukup besar sehingga dapat langsung diberi pakan berupa kutu air saring. Empat hingga lima hari kemudian larvanya sudah bisa diberi pakan kutu air berukuran besar. Sementara pakan untuk ikan dewasa dapat berupa cacing sutera.
Pemeliharaan ikan ini sangat mudah karena kondisi tubuhnya kuat dan toleran terhadap kualitas air. Namun, biasanya bisa sedikit merepotkan karena ukuran ikan atau anak ikan untuk satu kali penetasan tidak sama. Hal ini disebabkan telur ikan ini dikeluarkan induknya sedikit demi sedikit dalam waktu yang relatif lama.
Akibatnya umur telur dan larva menjadi sangat bervariasi. Untuk itu, sortasi ukuran ikan harus rutin dikerjakan agar diperoleh ukuran yang sama.
Biasanya ikan sudah bisa dijual setelah ikan berukuran cukup besar, yaitu sekitar 3,5-5,0 cm. Bila pemeliharaannya baik, ukuran ikan tersebut sudah bisa dicapai setelah berumur 5-6 bulan.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
jenis ikan hias yang memijah dengan telur digantungkan
Ikan dengan Telur Digantungkan
Telur ikan pada kelompok ini biasanya digantungkan di atas daun tanaman air dekat puncaknya. Telur-telur tersebut dikeluarkan satu per satu oleh induknya dan dilekatkan ke tanaman air atau substrat dengan bahan sejenis benang. Walaupun telurnya hanya digantungkan dan tidak dirawat, induknya tidak pernah memakan telurnya sehingga dapat dibiarkan bersama hingga telurnya menetas. Namun, setelah larvanya bisa berenang sebaiknya induknya dipindahkan.
Telur dikeluarkan induknya tidak sekaligus, tetapi dalam beberapa kali. Hari pertama telur dikeluarkan sebanyak 10-12 butir. Hari berikutnya pun dalam jumlah yang sama. Ini berarti hanya maksimal 24 butir. Induk yang produktif dapat mengelliarkan telur sebanyak 150-200 butir selama 2-4 minggu. Kulit telurnya cukup kuat dan keras sehingga tidak mudah rusak, tetapi paling rentan serangan jamur.
Biasanya periode penetasan telur dalam kelompok ini lama sehingga larvanya dapat langsung berenang dan mencari makan setelah menetas. Ini disebabkan kuning telur (yolk) habis semasa inkubasi. Oleh karena dikeluarkan tidak bersamaan maka ukuran dan umur larva yang menetas pun akan bervariasi sehingga menyulitkan peternak. Itulah sebabnya harga jenis ikan ini termasuk cukup mahal.
Ikan-ikan pada kelompok ini memerlukan air dengan kekerasan 10° dH dan pH sekitar 6,5-6,7. Daerah banyak hujan dan serasah tanaman kering merupakan habitat yang baik bagi kelompok ini. Air yang berwarna kecokelatan sangat disukai sehingga air yang jernih tidak ideal. Ikan ini tidak tahan terik sinar matahari sehingga perlu cukup banyak tanaman air atau pelindung.
sumber : Darti S.l dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Telur ikan pada kelompok ini biasanya digantungkan di atas daun tanaman air dekat puncaknya. Telur-telur tersebut dikeluarkan satu per satu oleh induknya dan dilekatkan ke tanaman air atau substrat dengan bahan sejenis benang. Walaupun telurnya hanya digantungkan dan tidak dirawat, induknya tidak pernah memakan telurnya sehingga dapat dibiarkan bersama hingga telurnya menetas. Namun, setelah larvanya bisa berenang sebaiknya induknya dipindahkan.
Telur dikeluarkan induknya tidak sekaligus, tetapi dalam beberapa kali. Hari pertama telur dikeluarkan sebanyak 10-12 butir. Hari berikutnya pun dalam jumlah yang sama. Ini berarti hanya maksimal 24 butir. Induk yang produktif dapat mengelliarkan telur sebanyak 150-200 butir selama 2-4 minggu. Kulit telurnya cukup kuat dan keras sehingga tidak mudah rusak, tetapi paling rentan serangan jamur.
Biasanya periode penetasan telur dalam kelompok ini lama sehingga larvanya dapat langsung berenang dan mencari makan setelah menetas. Ini disebabkan kuning telur (yolk) habis semasa inkubasi. Oleh karena dikeluarkan tidak bersamaan maka ukuran dan umur larva yang menetas pun akan bervariasi sehingga menyulitkan peternak. Itulah sebabnya harga jenis ikan ini termasuk cukup mahal.
Ikan-ikan pada kelompok ini memerlukan air dengan kekerasan 10° dH dan pH sekitar 6,5-6,7. Daerah banyak hujan dan serasah tanaman kering merupakan habitat yang baik bagi kelompok ini. Air yang berwarna kecokelatan sangat disukai sehingga air yang jernih tidak ideal. Ikan ini tidak tahan terik sinar matahari sehingga perlu cukup banyak tanaman air atau pelindung.
sumber : Darti S.l dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Selasa, 27 Januari 2009
Budidaya Ikan Hias : Barbus (Puntius sp.)
Barbus
Barbus (Puntius sp.) berasal dari Sumatera. Sifatnya omnivora. Barbus terdiri dari banyak jenis. Walaupun hampir sama tingkah laku setiap jenisnya, namun syarat hidupnya berbeda. Puntius pentazona merupakan ikan yang hidupnya tidak berkelompok dan sangat pemalu sehingga perlu tempat yang lebih gelap. Sementara Puntius tetrazona hidupnya berkelompok sehingga dapat diletakkan di tempat cukup terang asalkan teduh.
Untuk dapat hidup dengan baik, barbus memerlukan suhu perairan sekitar 27-30° C. Keasaman air optimalnya sekitar 6,5-7,0 dan kekerasannya antara 3-6° dH. Ukuran tubuh maksimal mencapai 8 cm. Warnanya sangat cerah. Ikan ini sangat aktif bergerak, malahan terkadang senang menggigit ikan lain. Oleh karena aktif bergerak, kebutuhan oksigennya pun cukup banyak sehingga sangat diperlukan aerasi yang cukup.
Perilaku makannya sangat cepat sehingga sebaiknya pemberian pakannya tidak terlalu banyak setiap kali pemberian. Akan lebih baik bila. pemberian pakan dilakukan sesering mungkin dengan jumlah secukupnya. pakan yang terlalu banyak memang akan habis dimakan. Akan tetapi, perut ikan tidak akan mampu mencernanya. Biasanya ikan yang kekenyangan akan bergerak menggeliat dan berusaha untuk segera mengeluarkan kotoran yang belum dicerna.
pemberian sedikit ini pun dapat menjaga kondisi air tetap baik.
Induk jantan dan betina dapat dibedakan setelah siap berpijah. Bentuk badan jantan lebih langsing dan mulut lebih merah dibanding betina. Kepala dan mulut betina yang siap berpijah agak keperakan. Satu atau dua pasang induk yang siap berpijah dapat dipasangkan dalam akuarium atau ember kecil. Airnya harus bersih dan sudah diinapkan. Sebagai substrat atau sarang, ke dalam wadah dapat diberi tanaman air seperti enceng gondok.
Setelah berpijah, induknya bisa dikeluarkan dari wadah. Telur yang diserak di akar tanaman air akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Setelah menetas, larva dapat diberi pakan artemia atau kutu air saring. Tiga hari kemudian, larva sudah bisa berenang. Kutu air besar dapat diberikan setelah berumur seminggu.
Dalam pembesaran, wadah tidak boleh terlalu padat karena ikan ini sangat agresif sehingga kebutuhan oksigennya pun cukup banyak. Selain itu, sangat dianjurkan untuk tidak memelihara barbus bersama maanvis ataupun gurami karena biasanya barbus akan menggigiti sirip ikan lain. Selama dibesarkan, ikan dapat diberi pakan berupa cacing sutera atau pelet berukuran kecil. Setelah dipelihara selama tiga bulan atau ukuran sudah mencapai 2,5 cm, ikan sudah bisa dipanen.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
ornamental fish : Rainbow (Melanotaenia maccullochi)
Rainbow Rainbow
Rainbow (Melanotaenia maccullochi) that are derived from Papua omnivora to the carnivora. The length of the body to reach 7 cm. Group life and very beautiful when displayed at the aquarium in the number of lots. Optimal temperature for the maintenance of 25-28 ° C. Water basa quite a bit about 7,0-7,5 and hard about 10-12 ° Dh.
Fish is very popular because of the body such as rainbow colors. In the body there are seven horizontal lines of reddish green colors. Anal fin (pina analyst) and a red fin spine greenness. At the close gill there are red dots and be surrounded yellow gold. tail red brown. At the time breeding, tails milter become brighter and more sharp. Milter body from more slender female.
breeding rainbow can be done in a pond or aquarium plants that are equipped with a dense water and so many eggs do not roll up in the root of the plant. Comparison of male and female is I: 4. Spawn at the time, parent will distribute eggs in plant roots. Usually it was laying eggs in the morning at around 6:30.
After the spawn, should be taken mother and eggs left in place until breeding hatch. This is done because sometimes the eggs are scattered at the base. When the pile in the root crops, particularly into the roots, there will be many eggs do not hatch because of lack of oxygen.
Egg incubation can be done in the aquarium, tub, or swimming. hatch time until some time, namely to 10-12 days. For incubation in the cement pond, water should not exceed a height of 15 cm so that oxygen can difusi up to the primary pond. If the aquarium, high water can be 30 cm, but must aerasi.
Larva hatch a new start swimming. At the time of start swimming, water in the vessel must be replaced half. Because flyblow very much need oxygen for growth and water needs to be given aerasi strong, especially in the aquarium.
source: Darti S.L and D. Iwan Spreader Swadaya, 2006
ornamental fish : Silver Dollar (Metynnis hypsauchen)
Silver Dollar
Silver Dollar (Metynnis hypsauchen) comes from the Amazon River, South America. Are likely to herbivore. Silvery body color and are very actively engaged. Fish is very ornamental fish lovers tune so demand is high. Silver Dollar also called piranha imitator because of the body such as the piranha.
Fish is very happy living in the water environment and not too quiet. light. Optimum temperatures are between 25-28 ° C. Optimal acidity of water around 6,5-7,0 with violence around 10 ° Dh.
breeding needed to clean water. In addition to worms and mosquitoes, mother will be happy if the feed water vegetables such as lettuce. Feed these vegetables seem to be any improvements to help increase the quality of eggs.
Between male and female is very easy to be distinguished. male more slender, and with a slightly reddish color on the belly fin. In the female, the color red fin stomach more. In addition, the form of a male fin slightly rounded triangle, while the female-headed straight.
breeding occur in a pair aquarium. eggs in the base so that the substrate is not necessary.
Fish spawn by the parent who run chase each other and look each other
busy. When you are happy to start, it almost as a sign that
or spawn is complete. Spawn at the time between 8.00-11.00.
Once completed spawn, eggs can be taken to born.
The eggs are difficult because the need patience. Therefore, farmers generally only move the mother only, while the eggs left in place until breeding hatch.
Altitude incubation enough water to about 15 cm. During the incubation so that no attack fungi, into the water can be added blue metil 0.2 ppm.
Eggs are treated well and given aerasi will usually hatch after 2-3 days. Larva will begin to swim two days after the hatch. When flyblow have started to swim, water can be replaced a half.
Replacement water should be done every day until the water is free from the womb metil blue. After the swim start, flyblow can be given feed infusoria or artemia. After the age of 3-4 days, followed by food water bug.
This enlargement of fish seed was started 2-3 sunday. Activities enlargement can be done in the aquarium, tanks, ponds and cement. Besides aquarium, aerasi not be advisable in the tub and swimming. Water plants are also needed in the enlargement of fish swimming in the open. Water plants function as a place for fish to shelter.
Fish feed on enlargement in the form of silk worms. Feed water lettuce can be added every 4 days. Meanwhile, the replacement vessel for the aquarium water should be more often than swimming because aquarium more narrow. The size of fish ready to sell can 2,5-3,0 cm. Usually the size of the fish could have been achieved after the fish are kept for three months.
source: Darti S.L and D. Iwan Spreader Swadaya, 2006
Silver Dollar (Metynnis hypsauchen) comes from the Amazon River, South America. Are likely to herbivore. Silvery body color and are very actively engaged. Fish is very ornamental fish lovers tune so demand is high. Silver Dollar also called piranha imitator because of the body such as the piranha.
Fish is very happy living in the water environment and not too quiet. light. Optimum temperatures are between 25-28 ° C. Optimal acidity of water around 6,5-7,0 with violence around 10 ° Dh.
breeding needed to clean water. In addition to worms and mosquitoes, mother will be happy if the feed water vegetables such as lettuce. Feed these vegetables seem to be any improvements to help increase the quality of eggs.
Between male and female is very easy to be distinguished. male more slender, and with a slightly reddish color on the belly fin. In the female, the color red fin stomach more. In addition, the form of a male fin slightly rounded triangle, while the female-headed straight.
breeding occur in a pair aquarium. eggs in the base so that the substrate is not necessary.
Fish spawn by the parent who run chase each other and look each other
busy. When you are happy to start, it almost as a sign that
or spawn is complete. Spawn at the time between 8.00-11.00.
Once completed spawn, eggs can be taken to born.
The eggs are difficult because the need patience. Therefore, farmers generally only move the mother only, while the eggs left in place until breeding hatch.
Altitude incubation enough water to about 15 cm. During the incubation so that no attack fungi, into the water can be added blue metil 0.2 ppm.
Eggs are treated well and given aerasi will usually hatch after 2-3 days. Larva will begin to swim two days after the hatch. When flyblow have started to swim, water can be replaced a half.
Replacement water should be done every day until the water is free from the womb metil blue. After the swim start, flyblow can be given feed infusoria or artemia. After the age of 3-4 days, followed by food water bug.
This enlargement of fish seed was started 2-3 sunday. Activities enlargement can be done in the aquarium, tanks, ponds and cement. Besides aquarium, aerasi not be advisable in the tub and swimming. Water plants are also needed in the enlargement of fish swimming in the open. Water plants function as a place for fish to shelter.
Fish feed on enlargement in the form of silk worms. Feed water lettuce can be added every 4 days. Meanwhile, the replacement vessel for the aquarium water should be more often than swimming because aquarium more narrow. The size of fish ready to sell can 2,5-3,0 cm. Usually the size of the fish could have been achieved after the fish are kept for three months.
source: Darti S.L and D. Iwan Spreader Swadaya, 2006
Budidaya Ikan Hias : Silver Dolar (Metynnis hypsauchen)
Silver Dolar
Silver Dolar (Metynnis hypsauchen) berasal dari Sungai Amazon, Amerika Selatan. Sifatnya cenderung herbivore. Tubuhnya berwarna keperakan dan sangat aktif bergerak. Ikan ini sangat digemari pecinta ikan hias sehingga permintaannya tinggi. Silver Dolar juga disebut piranha imitator karena bentuk tubuhnya seperti piranha.
Ikan ini sangat senang hidup di lingkungan perairan yang teduh dan tidak terlalu. terang. Suhu optimalnya sedang, antara 25-28° C. Keasaman air optimal sekitar 6,5-7,0 dengan kekerasan sekitar 10° dH.
Untuk pemijahan diperlukan air bersih. Selain cacing dan jentik nyamuk, induknya akan senang jika diberi pakan sayuran seperti selada air. Pakan sayuran ini pun tampaknya dapat membantu menambah perbaikan kualitas telur.
Antara jantan dan betina sangat mudah dibedakan. Jantannya lebih langsing dan ditandai dengan warna yang sedikit kemerahan pada sirip perut. Pada betina, warna sirip perut lebih merah. Selain itu, bentuk sirip jantan agak segi tiga membulat, sedangkan betina tumpul lurus.
Pemijahannya terjadi berpasangan di akuarium. Telurnya diserakkan di dasar sehingga sebenarnya tidak diperlukan substrat.
Ikan berpijah ditandai dengan induk yang lari saling kejar dan tampak
sibuk. Bila sudah mulai senang, hal itu sebagai tanda bahwa hampir
atau sudah selesai berpijah. Waktu berpijah antara pukul 8.00-11.00.
Setelah selesai berpijah, telurnya dapat diambil untuk ditetaskan.
Pengambilan telur ini memang sulit karena butuh ketelatenan. Untuk itu, umumnya petani hanya memindahkan induknya saja, sedangkan telurnya dibiarkan dalam wadah pemijahan hingga menetas.
Ketinggian air untuk penetasan cukup sekitar 15 cm. Agar selama penetasan tidak ada serangan jamur, ke dalam air dapat ditambahkan metil biru 0,2 ppm.
Telur yang diperlakukan dengan baik dan diberi aerasi biasanya akan menetas setelah 2-3 hari. Larvanya akan mulai berenang setelah dua hari menetas. Bila larva sudah mulai berenang, airnya dapat diganti separonya.
Penggantian air harus dilakukan setiap hari hingga airnya bebas dari kandungan metil biru. Setelah mulai berenang, larva dapat diberi pakan berupa infusoria atau artemia. Setelah berumur 3-4 hari, pakannya dilanjutkan dengan kutu air.
Pembesaran ikan ini dimulai sejak benih berumur 2-3 minggu. Kegiatan pembesaran dapat dilakukan dalam akuarium, bak, maupun kolam semen. Selain akuarium, aerasi tidak dianjurkan diberikan dalam bak dan kolam. Tanaman air pun sangat diperlukan pada pembesaran ikan di kolam terbuka. Fungsi tanaman air tersebut sebagai tempat ikan untuk berlindung.
Pakan ikan pada pembesaran ini berupa cacing sutera. Pakan dapat ditambahkan selada air setiap 4 hari. Sementara penggantian air untuk wadah akuarium harus lebih sering dibanding kolam karena akuarium lebih sempit. Ukuran ikan siap jual bisa 2,5-3,0 cm. Biasanya ukuran ikan tersebut sudah bisa dicapai setelah ikan dipelihara selama tiga bulan.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Budidaya Ikan Hias : Rainbow (Melanotaenia maccullochi)
Rainbow
Rainbow (Melanotaenia maccullochi) yang berasal dari Papua bersifat omnivora ke arah karnivora. Panjang tubuhnya mencapai 7 cm. Hidupnya berkelompok dan sangat indah bila dipajang di akuarium dalam jumlah banyak. Suhu optimal untuk pemeliharaannya sekitar 25-28° C. Airnya agak basa sekitar 7,0-7,5 dan agak keras sekitar 10-12° dH.
Ikan ini sangat populer karena warna tubuhnya seperi pelangi. Di tubuhnya terdapat tujuh garis horisontal kemerahan yang diselingi warna hijau kekuningan. Sirip anal (pina analis) berwarna merah dan Sirip punggung kehijauan. Pada tutup insangnya terdapat titik merah dan dilingkari kuning emas. Ekornya berwarna merah kccokelatan. Pada saat birahi, ekor ikan jantan menjadi lebih cerah dan lebih tajam. Tubuh ikan jantan lebih langsing dari betina.
Pemijahan rainbow dapat dilakukan di kolam atau akuarium yang dilengkapi dengan tanaman air yang rimbun dan banyak sehingga telur tidak terlalu bertumpuk dalam akar tanaman. Perbandingan jantan dan betina adalah I : 4. Pada saat berpijah, induk akan menyebarkan telurnya di akar tanaman. Biasanya peletakan telur tersebut dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 6.30.
Setelah berpijah, sebaiknya induknya diambil dan telurnya dibiarkan dalam wadah pemijahan hingga menetas. Ini dilakukan karena terkadang telurnya pun terserak di dasar. Bila bertumpuk dalam akar tanaman, terutama masuk ke dalam akar, akan ada banyak telur yang tidak menetas karena kekurangan oksigen.
Penetasan telur ini dapat dilakukan di akuarium, bak, atau kolam. Waktu hingga menetasnya agak lama, yaitu bisa 10—12 hari. Untuk penetasan di kolam semen, sebaiknya ketinggian air tidak lebih dari 15 cm agar oksigen dapat berdifusi sampai ke dasar kolam. Kalau di akuarium, tinggi airnya bisa 30 cm, tetapi harus diaerasi.
Larva yang baru menetas langsung mulai berenang. Pada saat mulai berenang, air dalam wadah harus diganti separonya. Oleh karena larva sangat membutuhkan banyak oksigen untuk pertumbuhannya maka air perlu diberi aerasi kuat, terutama pada akuarium.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Senin, 26 Januari 2009
STANDARISASI UKURAN BENIH UNTUK DITEBAR PADA USAHA PEMBESARAN DAN UKURAN PANEN PADA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN
STANDARISASI UKURAN BENIH UNTUK DITEBAR PADA USAHA PEMBESARAN | |||||
DAN UKURAN PANEN PADA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN | |||||
NO. | KOMODITAS | UKURAN BENIH | SR (%) | UKURAN PANEN | KETERANGAN |
1 | NILA, TAMBAK | 5 - 8 CM | 90 | 5 ekor/kg | |
2 | MAS, TAWES | 5 - 8 CM | 80 | 5 ekor/kg | |
8 - 12 CM | |||||
3 | PATIN | 3" | 90 | 2 ekor/kg | |
4 | GURAME | 8 - 12 CM | 80 | 2 ekor/kg | |
5 | LELE | 8 - 12 CM | 90 | 8 ekor/kg | |
6 | UDANG | ||||
- WINDU | PL 12 - 25 | 60 | 40 ekor/kg | ||
- VANNAME | PL 12 | 90 | 70 ekor/kg | ||
- GALAH | JUVENIL | 60 | 30 ekor/kg | ||
7 | RUMPUT LAUT | Umur 35 Hari | 100 | 60 Hari | Panen x jumlah Benih |
8 | BANDENG | 3 - 5 cm (sisiran) | 90 | 4 ekor/kg | |
9 | KEPITING/RAJUNGAN | 5 ekor/kg | PENGGEMUKAN | ||
10 | KERANG HIJAU | 100 butir/kg | |||
11 | KERANG DARAH | 400 butir/kg | 90 | 100 butir/kg | |
12 | KERAPU LUMPUR | 5 cm | 60 | 3 ekor/kg | |
13 | KAKAP PUTIH | 5 cm | 60 | 2 ekor/kg | |
14 | LAINNYA | ||||
15 | NILEM | 5 - 8 CM | 90 | 10 ekor/kg |
Budidaya Ikan Hias : Neon Tetra (Hyphessobrycon innesi atau Paracheirodon innesi)
Neon Tetra
Neon Tetra (Hyphessobrycon innesi atau Paracheirodon innesi) ini berasal dari daerah Amazon, dekat perbatasan Peru. Di alam aslinya, ikan ini bersifat omnivora. Warna tubuhnya sangat spektakuler dan bercahaya. Punggungnya hijau lembut dengan strip biru terang di sepanjang tubuhnya. Perutnya putih dan antara pangkal ekor ke atas berwarna merah menyala. Siripnya transparan, tidak berwarna. Ukuran tubuh maksimal hanya sekitar 3 cm.
Ikan ini tergolong kuat dan toleran terhadap perubahan pH maupun suhu untuk pemeliharaannya. Namun demikian, sangat sukar bagi ikan ini memijah kalau kondisi lingkungannya tidak optimal.
Suhu untuk pemijahan sekitar 23-24° C. Kekerasan airnya pun sangat rendah, yaitu sekitar 3° dH, karena daerah asalnya miskin mineral. Sementara pH airnya sekitar 5,5-6,0. Air untuk hidupnya harus bersih dan jernih.
Induk jantan dan betina dapat dibedakan dengan jelas. Pada jantan terdapat garis biru lurus, sedangkan pada betina garis biru tersebut bengkok. pemijahan neon tetra ini dapat dilakukan secara berpasangan dalam akuarium kecil dengan perbandingan jantan betina 1 : 1. Induk dapat dipasangkan bila sudah siap memijah.
Saat dipasangkan, induk tidak diberi pakan agar air tetap bersih. Walaupun tidak dianjurkan, ke dalam akuarium pemijahan dapat diberi tanaman air sebagai substrat. Namun, kondisi tanaman air tersebut pun harus bersih. Oleh karena ikan akan memakan telurnya, sebaiknya akuarium diletakkan di tempat remang atau gelap agar induk tidak dapat melihat telurnya. Biasanya pemijahan ikan ini berlangsung malam atau sore hari.
Sesudah bertelur, induk dapat diambil atau dikeluarkan dari akuarium. Setelah 24 jam, telur akan menetas. Biasanya air untuk penetasan tidak diberi aerasi agar pH-nya stabil. Kalaupun diberi, aerasinya sangat kecil. Ada pula yang memberi daun asam agar keasaman air terpenuhi.
Larvanya berwarna transparan dan agak sulit dilihat dengan mata telanjang. Larva ini tidak toleran atau tahan terhadap sinar yang kuat sehingga akan lebih baik kalau dirawat di tempat gelap atau remang.
Umur empat hari larva dapat mulai diberi pakan. Pakan larva pertama berupa infusoria yang diberikan selama tiga hari. Kemudian larva dapat diberi nauplii anemia atau kutu air saring. Pakan untuk pembesaran berupa kutu air besar.
Pertumbuhan ikan ini termasuk cepat asalkan kondisinya cocok. Pembesarannya dapat dimulai dari benih berumur 3-4 minggu. Pada umur tersebut ikan sudah bisa dipelihara di tempat terang walaupun tetap harus teduh. Ukuran 1,8 cm atau umur 2,5 bulan sudah dapat dijual.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya,2006
Budidaya Ikan Hias : Buenos Aires Tetra (Hemigramus caudovitatus)
Buenos Aires Tetra
Buenos Aires Tetra (Hemigramus caudovitatus) yang berasal dari Brazil ini bersifat omnivora dan agresif. Ukurannya dapat mencapai 10 cm. Ikan ini menyukai air bersuhu optimal sekitar 24-27° C; pH sekitar 6,5-7,0; dan kekerasan air sekitar 6-8° dH.
Tubuhnya berwarna keperakan dengan bagian bawah perut merah. Mulai dari 3/4 tubuhnya dan melalui tengah ke bagian ekor terdapat garis. Di pangkal ekor pun terdapat garis tebal vertikal warna hitam dan dikelilingi bintik atau totol kuning.
Jantannya lebih kecil dan langsing dibanding betina. Oleh karena bersifat agresif, ikan ini tidak boleh dicampur dengan ikan lain yang bertemperamen tenang, Pemijahannya hampir sama dengan jenis tetra lain, hanya saja perlu tanaman air yang lebat untuk mengantisipasi sifat agresifnya. Telurnya bisa dimakan bila tidak segera diambil. Bisa juga induknya yang dipindahkan, sedangkan telurnya dibiarkan hingga menetas. Telur akan menetas dalam waktu 24-32 jam.
Dua hari kemudian, larvanya sudah bisa berenang. Setelah bisa berenang, larva dapat diberi pakan pertama berupa kutu air saring. Empat hari kemudian, pakannya dapat diganti dengan kutu air berukuran besar. Pakan untuk pembesaran berupa cacing sutera atau pelet halus. Umur 3 bulan atau berukuran 2,5 cm sudah bisa dijual.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Minggu, 25 Januari 2009
Budidaya Ikan Hias : Malabar Danio atau Giant Danio (Danio malabaricus)
Malabar Danio
Malabar Danio atau Giant Danio (Danio malabaricus) berasal dari India dan Ceylon. Ikan ini bersifat karnivora dan temperamennya sangat tenang. Suhu pemeliharaan yang baik sekitar 26-29° C. Panjang tubuhnya hampir mencapai 15 cm.
Pada samping kiri kanan tubuhnya berwarna biru yang semakin kuat di bagian atas dan terdapat garis horisontal kemerahan atau merah muda. Sementara di bagian perut berwarna merah muda. Sirip punggung merah muda. Ikan betina lebih besar atau gemuk dan warnanya lebih pudar daripada jantan.
Cara berkembang biak ikan ini hampir sama dengan ikan Zebra Danio, yaitu telurnya akan diletakkan di sarang berupa tanaman air. Telur tersebut dapat diambil bersama sarangnya untuk ditetaskan dalam wadah penetasan. Telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Larvanya akan berenang sesudah tiga hari menetas.
Pakan larva ini berupa kutu air kecil yang kemudian dapat diberi kutu air besar. Setelah benih menjadi besar dapat diberi cacing sutera. Umur 2,5 bulan atau sudah mencapai ukuran 2,5 cm sudah bisa dijual.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Budidaya Ikan Hias : Silver-tipped (Hasemania nana)
Silver-tipped
Silver-tipped (Hasemania nana) berasal dari Venezuela dan Guyana. Ikan ini bersifat herbivore dan sangat menyukai pakan dari sayuran (selada air). Suhu optimal untuk bisa memijah sekitar 25-27° C. Air yang cocok untuk kehidupannya harus memiliki pH sekitar 6,5-7,0 dan kekerasan sekitar 8-10° dH.
Ukuran tubuh Silver-tipped dapat mencapai maksimal 9 cm. Tubuhnya berwarna keperakan dengan sisik berukuran kecil. Selain itu, terdapat totol hitam di belakang tutup insang dan di pangkal ekor.
Ikan ini bersifat agak agresif, sering menggigit ikan lain, terutama terhadap ikan yang lebih kecil. Oleh karenanya ikan ini tidak cocok dipelihara bersama ikan lain. Wadah untuk pemijahan berupa kolam atau bak dengan kepadatan sekitar 100 ekor/m2 Untuk pemijahan masal, perbandingan jantan dan betina 1 : 4. Sebagai tempat melekatkan telurnya, dibutuhkan substrat atau sarang berupa tanaman air.
Telur yang dilekatkan pada substrat akan menetas dalam waktu 24 jam. Larvanya akan berenang sekitar 2-3 hari setelah menetas.
Penggantian air pada pemeliharaan larva dilakukan setelah larva mulai berenang. Jumlah air yang diganti sebanyak separo volume air. Penggantian air ini harus secara rutin dilakukan setiap dua hari. Pakan larva pertama berupa infusoria. Kemudian, pakannya dapat diganti kutu air setelah ukuran benih dan dewasa.
Pertumbuhan ikan ini sangat cepat sehingga penjarangan harus lebih sering dilakukan. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga sifat agresivitas terhadap ikan yang lebih kecil. Bila pemeliharaannya dilakukan dengan baik, pada umur 1,5 bulan ukuran jual sudah tercapai, yaitu sekitar 2,2 cm.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Budidaya Ikan Hias : Swordtail Characin (Corynopoma riisei)
Swordtail Characin
Swordtail Characin (Corynopoma riisei) berasal dari Brazil, Amerika Selatan. Ikan ini cenderung bersifat karnivora. Suhu untuk pemeliharaan yang baik sekitar 29-30° C. Sementara pH air optimum sekitar 6,5-7,0 dan kekerasan sekitar 10-12 dH.
Tubuh ikan ini dapat mencapai paniang 8 cm. Warna tubuh putih bening keperakan dengan sirip-sirip agak transparan. Namun,
ikan ini disukai bukan warna tubuhnya, tetapi karena bentuk siripnya yang unik. Terutama jantan, antan, pina atau sirip punggung dan sirip anal lebih besar dan lebih panjang dari betina. Sirip yang memanjang tersebut sangat berguna pada pemijahan, yaitu untuk pembuahan telur.
Ikan jantan dan betina yang sudah siap memijah dapat dipasangkan dalam akuarium atau secara masal dalam kolam. Sarang untuk peletakan telur berupa tanaman air (enceng gondok).
Telur akan menetas dalam waktu 24-32 jam. Dua hari kemudian, larva sudah bisa berenang dan dapat diberi pakan infusoria selama 2-3 hari. Selanjutnya larva dapat diberi kutu air.
Ikan yang sudah bertelur dan pernah kawin dapat bertelur kembali walaupun tanpa jantan. Telur yang keluar tanpa jantan tersebut masih bisa menetas. Diduga hal ini disebabkan sperma jantan dapat tahan lama berada dalam saluran telur betina.
Pembesaran ikan ini dapat dilakukan dalam kolam maupun akuarium. Pakan untuk pembesaran berupa kutu air besar, cacing sutera, dan cacing darah. Ikan ini bisa dijual saat ukurannya sudah mencapai sekitar 2,5 cm atau sekitar berumur tiga bulan.
Sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Swordtail Characin (Corynopoma riisei) berasal dari Brazil, Amerika Selatan. Ikan ini cenderung bersifat karnivora. Suhu untuk pemeliharaan yang baik sekitar 29-30° C. Sementara pH air optimum sekitar 6,5-7,0 dan kekerasan sekitar 10-12 dH.
Tubuh ikan ini dapat mencapai paniang 8 cm. Warna tubuh putih bening keperakan dengan sirip-sirip agak transparan. Namun,
ikan ini disukai bukan warna tubuhnya, tetapi karena bentuk siripnya yang unik. Terutama jantan, antan, pina atau sirip punggung dan sirip anal lebih besar dan lebih panjang dari betina. Sirip yang memanjang tersebut sangat berguna pada pemijahan, yaitu untuk pembuahan telur.
Ikan jantan dan betina yang sudah siap memijah dapat dipasangkan dalam akuarium atau secara masal dalam kolam. Sarang untuk peletakan telur berupa tanaman air (enceng gondok).
Telur akan menetas dalam waktu 24-32 jam. Dua hari kemudian, larva sudah bisa berenang dan dapat diberi pakan infusoria selama 2-3 hari. Selanjutnya larva dapat diberi kutu air.
Ikan yang sudah bertelur dan pernah kawin dapat bertelur kembali walaupun tanpa jantan. Telur yang keluar tanpa jantan tersebut masih bisa menetas. Diduga hal ini disebabkan sperma jantan dapat tahan lama berada dalam saluran telur betina.
Pembesaran ikan ini dapat dilakukan dalam kolam maupun akuarium. Pakan untuk pembesaran berupa kutu air besar, cacing sutera, dan cacing darah. Ikan ini bisa dijual saat ukurannya sudah mencapai sekitar 2,5 cm atau sekitar berumur tiga bulan.
Sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Budidaya Ikan Hias : Corydoras (Corydoras aenes)
Corydoras
Corydoras (Corydoras aenes) dengan nama dagang Bronze Catfish berasal dari Venezuela, Trinidad (Amerika Selatan). Ikan ini bersifat karnivora dan terkenal sebagai ikan "tukang bersih-bersih". Corydoras paling senang berada di tempat yang kurang bersih dan memiliki kebiasaan membersihkan dinding-dinding. Namun, kotoran yang sudah dibersihkan dibiarkan bertumpuk, tidak dimakan. Suhu untuk pemijahan ikan ini antara 26-28° C.
Di pasaran saat ini sudah berkembang banyak spesies yang harganya cukup mahal, di antaranya ialah Corydoras paleatus, Corydoras panda, maupun Corydoras sterbai. Jenis corydoras ini memerlukan suhu pemijahan yang relatif rendah dibanding corydoras aenes, yaitu antara 24-26° C.
Panjang tubuhnya dapat mencapai 7 cm. Tubuh tersebut diselimuti dua baris sisik dengan sisik yang lebih besar disebut Plate. Mulutnya dilengkapi sepasang sungut atau kumis yang berguna sebagai sensor atau radar untuk mencari makan di dalam gelap.
Agar corydoras ini tumbuh dengan baik, air untuk pemeliharaannya sebaiknya memiliki nilai pH 7-7,5 dengan kekerasan (hardness) 10° dH. Untuk membantu pertumbuhannya, sebaiknya ke dalam kolam pemeliharaan ditambahkan kapur.
Antara jantan dan betina dapat dibedakan dari pina atau sirip dorsal yang lebih lancip pada betina, sementara jantan lebih tumpul. Bila dilihat dari atas, tubuh betina tampak jauh lebih lebar dibanding jantan.
Agar berpijah dengan baik, sebaiknya induk jantan dan betina dipelihara terpisah dahulu sambil diberi pakan yang baik berupa cacing sutera dan cacing darah. Bila sudah tampak mengandung telur, induk betina dapat dicampur dengan jantan. Umumnya betina siap memijah sekitar umur lima bulan.
pemijahan corydoras dapat berlangsung secara masal dengan perbandingan jantan betina 1 : 2-4. Dalam pemijahan ini biasanya induk betina akan membersihkan sarang sampai bersih dengan mulutnya. Sarang dapat berupa potongan paralon yang digantungkan atau keramik yang diberdirikan di tempat pemijahan.
Walaupun ikan ini tergolong ikan dasar, namun telurnya ditempatkan di tengah kolam air. Induk betina akan mengisap sperma jantan dengan mulutnya dan disimpannya di situ. Dengan kantong yang dibentuk oleh pasangan sirip perut yang dibengkokkan, induk betina akan membawa dan melekatkan telurnya ke tempat atau
sarang yang sudah dibersihkan sebelumnya oleh yang jantan dan akan dibuahi sperma dari mulutnya. Lekatan telur tersebut sangat kuat. Demikian seterusnya proses pemijahan tersebut berlangsung berulang-ulang hingga telur dalam perut induk betina habis.
Biasanya corycloras akan bertelur atau memijah pada pagi hari sekitar pukul 6.30-7.30. Bila sudah selesai memijah, telurnya dapat diambil bersama dengan sarangnya untuk ditetaskan dalam wadah tersendiri. Di dalam wadah penetasan, aerasi untuk suplai oksigen sangat diperlukan. Telur tersebut akan menetas dalam waktu tiga hari (72 jam) dan larvanya dapat berenang setelah berumur 5-6 hari.
Pakan larva ikan dapat berupa kutu air yang diberikan selama beberapa hari (2-3 hari). Setelah itu, larva sudah bisa diberi pakan cacing sutera. Sementara penggantian air dilakukan setelah larva berumur seminggu. penggantian air ini dilakukan dengan cara menyifon setiap hari sebanyak separo atau sepertiga volume air. Bila memungkinkan, ke dalam wadah dipasangkan filter khusus larva untuk menjaga kualitas air tetap bagus.
Setelah ikan berumur dua minggu, kegiatan penjarangan dan seleksi ukuran dapat dilakukan. Pakannya berupa cacing sutera.
Setelah dipelihara selama dua bulan biasanya ikan sudah mencapai ukuran 2-2,5 cm dan sudah siap dijual. Ini disebabkan ukuran terbesar untuk pasar ekspor adalah 2,5 cm. Ukuran yang lebih besar biasanya akan membawa risiko dalam pengangkutan. Ikan yang besar memiliki patil atau duri sangat keras di sirip kepala. Patil ini akan keluar kalau ikan mengalami stres sehingga dapat membocorkan kantong plastik saat pengangkutan.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Langganan:
Postingan (Atom)