Senin, 06 Desember 2010

Indonesia Siap Swasembada Induk Udang Vaname

Indonesia Siap Swasembada Induk Udang Vaname

Untuk memacu produksi perikanan budidaya, salah satu aspek yang harus disiapkan adalah penyediaan benih bermutu dan induk unggul. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menargetkan produksi udang nasional sebesar 699.000 ton pada tahun 2014 atau meningkat sebesar 74,75 persen selama periode 2010-2014, sehingga diperkirakan membutuhkan benur sebanyak 43,22 juta ekor dan induk sebanyak 2,97 juta ekor. Disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad saat mendampingi Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono meninjau fasilitas produksi induk udang vaname di Balai Produksi Induk Udang Unggul dan kekerangan (BPIUUK), Karangasem, Provinsi Bali hari ini (6/12).

Pengembangan perbenihan dan pemuliaan induk udang merupakan hal yang penting dan strategis untuk dikembangkan. Ketersediaan benih bermutu dan induk unggul mutlak menjadi tuntutan seiring dengan adanya persaingan pasar yang sangat besar di era globalisasi. Hal ini mendorong Indonesia untuk dapat memproduksi benih bermutu dan induk unggul yang tahan terhadap serangan virus dan penyakit. Menurut Plt. Dirjen Perikanan Budidaya, Ketut Sugama menyebutkan bahwa beberapa waktu lalu banyak ditemui kendala dalam pengembangan induk udang, yaitu menurunnya kualitas induk dan benih, yang ditandai dengan pertumbuhan semakin lambat dan tingginya mortalitas. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa permasalahan ini disebabkan karena terjadinya inbreeding (kawin sekerabat).

Keberadaan balai ini dapat mengantisipasi adanya peningkatan kebutuhan induk unggul dan meminimalisasi impor induk udang. Keberlanjutan industri udang nasional sangat tergantung terhadap pasokan induk yang cukup, berkualitas dan terjangkau. Pemuliaan dan perekayasaan serta pengadaan induk udang unggul sesuai dengan road map dan protokol pemuliaan, serta penerapan biosecurity yang ketat, menjadi tuntutan dalam keberlanjutan industri udang nasional. Keberadaan balai ini diyakini dapat menghemat devisa. Sebagai gambaran bahwa harga induk udang vaname import saat ini berkisar $35/ekor dan kebutuhan impor induk pada tahun ini adalah 350 ribu ekor. Selama ini Indonesia mengimpor induk udang vaname dari Amerika Serikat, yaitu Hawaii dan California. Penghematan akan cukup besar sekitar Rp. 100 milyar per tahun mengingat harga induk udang produksi balai ini kurang lebih Rp. 25.000,-/ekor.

Kapasitas produksi induk udang unggul di balai ini mencapai 500 ribu ekor induk unggul per tahun dan akan menjadi pusat penghasil induk udang (broodstock center) terbesar di dunia. Keberadaan broodstock center bagi masyarakat sekitarnya, hubungannya dinilai sangat kondusif karena warga merasakan manfaatnya yaitu dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar sebagai pendukung teknis. Untuk meningkatkan ekonomi masyarakat setempat, ke depan akan dikembangkan teknologi parsial bagi masyarakat berupa aktivitas membudidayakan udang sekitar 10 ton memakai teknologi parsial dengan kualitas yang diharapkan sama dengan Broodstock Center.

Kementerian Kelautan dan Perikanan optimis target peningkatan produksi udang dapat tercapai dengan adanya balai ini. Saat ini, KKP telah memiliki 2 (dua) Pusat Pembenihan Udang Vaname (Broodstock Center). Bulan lalu, KKP juga telah melepas induk udang vaname ”global gen” di Lombok Utara, NTB. Kegiatan usaha pemuliaan induk udang vaname ini memiliki kapasitas produksi sebesar 300 ribu ekor per tahun dilakukan oleh PT Bibit Unggul dan merupakan pihak Swasta pertama di Indonesia



Jakarta, 6 Desember 2010
Kepala Pusat Data Statistik, dan Informasi

sumber : http://www.dkp.go.id

Minggu, 05 Desember 2010

Perkembangan tiga subsektor Budidaya

Perkembangan tiga subsektor Budidaya PDF Print E-mail

Perikanan budidaya terbagi dalam tiga subsektor, yaitu budidaya air tawar, budidaya air payau dan budidaya laut. Masing-masing subsektor memiliki karakteristik yang dibedakan dengan media air dengan salinitas tertentu. Budidaya air tawar sendiri memiliki beragam model pembudidayaan dapat berupa kolam, karamba, jaring apung dan sawah. Kolam sendiri masih dibagi dalam dua kategori, yaitu kolam air tenang dan kolam air deras. Walaupun kolam air deras sendiri hanyan ditemui di beberapa provinsi saja. Sedangkan karamba tidak dibedakan jenisnya walaupun di lapangan bisa berbeda-beda bentuk dan bahannya. Jaring apung terdiri dari karamba jaring apung biasanya terdapat di danau atau waduk dan karamba jaring tancap.

Budidaya air payau dan budidaya laut tidak sebanyak pada budidaya air tawar. Budidaya air payau hanya berupa tambak. Sementara budidaya laut dapat berupa karamba jaring apung, long line, metode rakit dan metode lepas dasar.

Perkembangan produksi dari ketiga subsektor budidaya tersebut dalam tiga tahun terakhir mengalami kenaikan kecuali untuk subsektor budidaya air payau dikarenakan adanya penurunan produksi udang akibatnya adanya penyakit yang menyebabkan kematian pada beberapa tambak udang seperti tambak udang di lampung yang merupakan penghasil udang terbesar di Indonesia.

Selama tiga tahun terakhir produksi untuk subsektor budidaya air laut mengalami peningkatan sebesar 36,84 persen per tahun, budidaya air payau mengalami penurunan sebesar -5,46 persen pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara untuk budidaya air tawar yang memiliki beragam jenis ikan budidayanya mengalami peningkatan sebesar 14,74 persen.

VOLUME PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA, 2007 - 2009

Kenaikan tertinggi ada pada subsektor budidaya laut sebesar 36,85 persen. Kenaikan sebesar ini lebih disebabkan oleh adanya peningkatan produksi rumput laut yang cukup besar selama tiga tahun terakhir ini. Walaupun adanya penurunan produksi rumput laut di Nusa Tenggara Timur akibat adanya serangan penyakit dan pencemaran lingkungan tapi hal ini tidaklah mempengaruhi laju pertumbuhan produksi rumput laut secara nasional dikarenakan sentra-sentra penghasil rumput laut mengalami kenaikan produksi yang cukup besar utamanya pada provinsi yang terdapat di pulau sulawesi karena memang daerah di pulau sulawesi sangat cocok untuk budidaya rumput laut seperti cottonii. Kenaikan produksi rumput laut selama tiga tahun terakhir sebesar 137,25 npersen pertahun.

VOLUME PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT, 2007 - 2009

Subsektor Budidaya air payau mengalami penurunan pada tahun 2009 dikarenakan adanya penurunan produksi udang. Namun, ikan bandeng yang juga menjadi ikonnya budidaya tambak selain udang mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu sebesar 11,87 persen per tahun

VOLUME PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU, 2007 - 2009

Pada subsektor budidaya air tawar, semua komoditas utama pada tahun 2009 mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kenaikan cukup fantastis selama 3 tahun terakhir dialami oleh komoditas ikan patin yaitu sebesar 92,54 persen pertahun, diikuti dengan ikan nila sebesar 26,31 persen per tahun dan ikan mas 26,31 persen per tahun.

VOLUME PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR, 2007 - 2009

Secara garis besar bahwa produksi perikanan budidaya mengalami peningkatan yang sangat baik selama tiga tahun terakhir, yaitu sebesar 21,43 persen per tahun. Sementara jika dibandingkan antar tahun 2008 dan 2009 secara umum terjadi peningkatan sebagian besar kom0ditas utama. Tentunya direktorat produksi berharap tren positif akan terus berlanjut di tahun mendatang.

sumber : http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id

Ikan Botia

Ikan Botia


Tahukah anda bahwa memelihara ikan botia sungguh sangat mengasyikan. Bagi para penghobi ikan ini sangat indah untuk dilihat. Bentuk tubuhnya yang agak pipih dan agak bulat memanjang ditambah pula bentuk perut yang hampir lurus dengan lengkung sirip punggung lebih depan posisinya dibandingkan sirip perutnya dan bersifat anal berpasangan, menambah bentuk eksotika ikan botia sebagai ikan hias. Apalagi adanya empat pasang sungut yang dimilikinya.





Sementara Memandang corak warna tubuhnya yang yang memiliki dasar merah jingga kekuning-kuningan dengan balutan tiga garis lebar atau pita hitam yang melingkar di tubuhnya sungguh sangat menyejukkan hati yang memandang. Perlu juga diketahui bahwa ikan ini termasuk ikan yang tidak memiliki sisik. Tetapi hati-hati bila memegang ikan ini karena ia memiliki senjata untuk melindungi diri dari serangan berupa patil di bawah matanya yang tersembunyi dan akan keluar bila ia merasa dalam bahaya karena itulah ia sering pula disebut si mata berduri. Tidak salah bila botia bisa menjadi obat penghilang stress bagi pemeliharanya.



Botia, didalam buku Saanin (1984) disebutkan memiliki 2 macam spesies, yaitu Botia macaracanthus dan Botia hymenphysa. Di dalam buku lain yang di tulis oleh Kottelat dkk (1993), ikan botia memiliki tiga spesies, yaitu Botia macaracanthus,Botia hymenphysa dan botia reversa. Ketiga spesies ini dibedakan salah satunya perbedaan jumlah pita hitam yang melingkar di tubuhnya. Botia macaracanthus memiliki 3 pita hitam,Botia hymenphysa mempunyai 13 – 15 pita hitam dan botia reversa memiliki 12 pita hitam. Secara taksonomi ikan hias botia masuk dalam kategori famili cobitidae. Berikut klasifikasi ikan botia lengkapnya :

* Kingdom : Animalia
* Fillum : Chordate
* Kelas : Osteichthyes
* Subkelas : Actinopterygii
* Ordo : Teleostei
* Subordo : Cyprinoidea
* Famili : Cobitidae
* Genus : Botia
* Spesies : Botia macaracanthus,Botia hymenphysa, Botia reversa



Di alam ikan ini dapat mencapai ukuran 30 – 40 cm sedangkan di akuarium dapat mencapai panjang maksimal 11 – 14 cm. ikan botia betina dapat mencapai berat 80 gram setelah dewasa. Sementara jantannya dapat mencapai 40 gram. Umur ikan botia termasuk panjang. Usianya dapat mencapai umur 20 tahun.



Ikan botia yang merupakan salah satu primadona ikan hias Indonesia yang diekspor ke luar negeri, dapat dijumpai di perairan batang hari jambi dan sungai barito di kalimantam yang karakteristik perairannya sesuai dengan habitat ikan botia yang menyukai perairan tenang, gelap dan suka bersembunyi tapi ia tidak menyukai adanya lumpur. Ikan botia yang suka hidup berkelompok ini dapat hidup pada kualaitas air dengan kisaran pH 5,0 - 7,0 suhu 24 - 30 derajat Celcius dengan oksigen terlarut 5 – 8 ppm dan kadar amoniak < 1,0 ppm.



Ikan botia yang juga disebut sebagai ikan badut karena bentukya yang menyerupai badut ini sudah dapat dilakukan pemijahan terkontrol sejak tahun 1990-an yang penelitiannya salah satunya dilakukan oleh BBAT Sukabumi dan sudah berhasil. Sehingga kekhawatiran akan punahnya ikan ini akibat penangkapan besar-besaran dapat terjawab.



Pembenihan ikan botia mudah dilakukan. Penting untuk selalu menjaga kualitas air seperti syarat di atas. buatlah kondisinya seperti ditempat habitat aslinya dengan memberikan paralon untuk dia bersmbunyi misalnya.



Pemeliharaan telur yang sudah diinkubasi air kemudian biarkan menetas kira-kira 15 – 26 jam. Kemudian larva tersbut diberi pakan setelah berumur 3 hari. Setelah 25 – 30 hari larva botia akan berkembang menjadi benih ikan botia. Media yang digunakan adalah air sumur atau air PAM yang sudah diendapkan dan diaerasi.


sumber : http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id

Jumat, 03 Desember 2010

Arowana Fish

Arowana Fish

Arowana fish culture technique itself is actually not hard it's just that it needs high precision and perseverance because Arowana fish should always be kept condition of water, oxygen and food. This fish can be bred in a container such as an aquarium or pond aquaculture.


Water quality is always awake well into the demands of farming this fish. PH of water for farming arowana is actually very wide but is recommended to facilitate maintenance water pH adjusted to actual conditions of water in the natural condition of pH 6.8 to 7.5 and temperature 27-29 C. While the replacement of water to maintain water quality, done as much as 30-34% of the total volume with water deklorinisasi. Replacement of water needs to be done especially if the condition after the rain because rain water can lead to sudden changes in water quality.

Arowana feeding on feed should be given varying containing proteins are very high. Arowana feed to the parent can be given in the form of fish / shrimp trash coupled with a pellet with 32% protein content. The feeding is done every day by the provisions of 2% of total body weight.

Gonadal maturation will occur when the Arowana fish age was 4 years old and had reached a length of 45-60 cm. Spawning will occur throughout the year. Peak spawning will occur between July and December. While there have been spawning the male will guard the eggs in his mouth for 2 months. To remove the existing egg in her mouth male arowana, pull slowly and carefully lower Arowana mouth and then press the soft parts of his body. Larvae were collected and then incubated.

The incubation period in this way is shorter than the normal incubation period which can reach 8 weeks. Incubation was carried out at the aquarium measuring 45x45x90 cm with water temperature 27-29 degrees Celsius and 5 ppm dissolved oxygen. To prevent infection during the handling of the larvae can be used Acriflavine solution of 2 ppm. During this incubation period the larvae do not need to be feed. Larvae feed itself derived from egg yolk which will expire at the eighth week. After that, the larvae must be fed with the first life to prevent the larvae eat each other. At this time the larvae are able to swim freely.

Live food can be given blood worms or fish chicks whose size match the size of the mouth of the Arowana fish. When the larvae had reached the size of 10-12 cm is given a feed of small freshwater shrimp to offset the growth speed.

source: http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id

KTM Bahari, Ciptakan Sentra Budi Daya Laut

KTM Bahari, Ciptakan Sentra Budi Daya Laut

UPAYA Pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta mengurangi angka kemiskinan telah ditempuh melalui beberapa program pembangunan. Salah satu program yang dilaksanakan adalah melalui transmigrasi. Saat ini, pemerintah punya perubahan paradigma penyelenggaraan transmigrasi, yakni transmigrasi yang dilaksanakan berbasis kawasan sesuai dengan UU No. 29 Tahun 2009 tentang Ketransmigrasian.

"Salah satu paradigma baru pembangunan transmigrasi adalah pembangunan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di Kawasan Transmigrasi untuk mendorong pemerataan pertumbuhan ekonomi serta strategi pemerataan investasi daerah sena menciptakan daya saing daerah", ujar Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muahimin Iskandar.

Hingga saat ini, lanjutnya, telah diidentifikasi peluang usaha atau investasi di 41 kawasan transmigrasi yangmencapai 400.000 hektare. Di antaranya untuk perkebunan kelapa sawit, karet, dan cokelat. Ini termasuk peluang investasi di tiga kawasan transmigrasi untuk sektor kelautan dan perikanan. Kawasan-kawasan ini juga berpotensi menjadi objek wisata agro dan bahari. Selain itu juga masih ada 219 kawasan transmigrasi yang juga berpotensi untuk dikembangkan.

"Pemerintah daerah perlu secara serius mempromosikan potensi daerahnya, termasuk insentif dan kemudahan yang dapat diberikan kepada pelaku usaha yang berinvestasi di kawasan transmigrasi. Tentunya selain kalangan dunia usaha, masyarakat juga bisa menjadi bagian dari pengembangan kawasan transmigrasi tersebut," katanya.

Menurut dia, kawasan transmigrasi harus dikembangkan menjadi pusat pengolahan produksi pertanian (agroindustri center) serta memiliki keterkaitan dengan pusat penumbuhan dan perkotaan. Pembangunan diarahkan untuk mengintegrasikan kawasan per-desaan sebagai kawasan produksi dengan kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan ekonomi.

"Karena itu, pembangunan transmigrasi merupakan bagian dari prioritas pembangunan perdesaan dan pengembangan ekonomi lokal. Semua dalam rangka meningkatkan daya saing daerah," ujar Muhaimin.

Kota Terpadu Mandiri (KTM) adalah kawasan transmigrasi yang pembangunan dan pengembangannya dirancang menjadi pusat pertumbuhan sena mempunyai fungsi perkotaan melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Selama ini kawasan-kawasan transmigrasi yang telah dibangun, ada yang sudah berkembang menjadi pusat-pusat penumbuhan, baik berupa ibukota kecamatan maupun ibukota/kabupaten, walaupun proses tersebut membutuhkan waktu relatif lama, rata-rata di atas 25 tahun. Meski di sisi lain masih dihadapkan pula pada suatu kenyataan, bahwa sebagiankawasan transmigrasi yang telah dibangun belum berkembang sesuai yang diharapkan. Namun, Kota Terpadu Mandiri Bahari Tomini Raya, Kabupaten Parigi Moutong, Pro-vinsi Sulawesi Tengah bisa jadi salah satu contoh kawasan transmigrasi yang potensial kekayaan bahannya.

KTM Bahari Tomirii Raya terletak di Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah, mencakup 50 desa pada 4 kecamatan (dengan luas kawasan 1.957,60 km2), yaitu kecamatan Mepanga, Kecamatan Bolano Lambunu, Kecamatan Taopa dan Kecamatan Moutong (Kec. Bolano Lambunu sebagai kawasan inti dan calon pusat KTM berada di desa Bolano Barat).

Perairan pesisir Kabupaten Parigi Moutong merupakan bagian dari perairan Teluk Tomini yang merupakan salah satu teluk terbesar di Indonesia dengan luas 59.500 km2. Teluk Tomini juga merupakan teluk yang cukup subur dan memiliki potensi untuk dikembangkanbudidaya laut Di sepanjang pesisir Kabupaten Parigi Moutong terdapat tanaman Mangrove yang tersebar pada 4 kecamatan, yaitu kecamatan Mepanga, Taopa, Bolano dan Moutong seluas + 2.401,60 ha Mangrove yang berguna sebagai penahan abrasi dan tempat pemijahan biota laut

Perairan wilayah Kabupaten Parigi Moutong terdapat 13 buah pulau-pulau kecil yang tersebar pada 4 kecamatan. Pulau-pulau tersebut memiliki ekosistem yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai industri wisata bahari dan budidaya laut.

"Tujuan dari pembangunan dan pengembangan KTM Bahari adalah menciptakan sentra-sentra komoditas budi daya laut (marine-kultur), baik perikanan tangkap, perikanan budidaya, rumput laut, wisata bahari, agribisnis, dan agroindustri yang mampu menarik investasi swasta untuk menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi transmigran dan penduduk sekitar, serta membuka peluang usaha dan kesempatan kerja", ujar Muhaimin.

Sumber : Rakyat Merdeka 03 Desember 2010,hal.8

Kamis, 02 Desember 2010

Ilmuwan Temukan Dua Spesies Baru

Ilmuwan Temukan Dua Spesies Baru


JAKARTA (SINDO) - Para ilmuwan dari Prancis berhasil mengungkap keanekaragaman hayati yang tersembunyi di wilayah timur Papua. Para ilmuwan menemukan dua spesies baru, ikan tanpa mata dan katak yang menggendong anak-anaknya di punggungnya.

Kedua jenis spesies itu terkuak setelah para ilmuwan dari Institut Penelitian dan Pengembangan (IRD) di Montpellier, Prancis selatan, melakukan penelitian di gua-gua, sungai bawah tanah, dan hutan belantara di pedalaman Lengguru, Papua. "Semua temuan ini ditemukan di tempat yang sama. Daerah ini sangat sulit diakses, tapi memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya," kata ilmuwan IRD Laurent Pouyaud.

Selama tujuh minggu, tim termasuk ahli biologi, ahli paleon-tologi, dan arkeolog menjelajahi labirin batu kapur yang luas di mana spesies berevolusi secara terpisah selama jutaan tahun. Dalam salah satuguayangsebelumnya tak dikenal, mereka menemukan spesies baru, ikan tanpa mata atau pigmentasi. "Ikan ini merupakan yang pertama dalam pengetahuan Iata." ujarnya.

Selain kedua jenis spesies baru tersebut, tim arkeologi juga menemukan lukisan gua dan alat-alat yang terbuat dari kuht kerangyang memberi bukti migrasi kuno dari Asia ke benua Australia sekitar 40.000 tahun silam.

Penelitian ini merupakan "langkah pertama" dari proyek berkelanjutan. Program tersebut bekerja sama dengan Kementeri-an Kelautan dan Perikanan Indonesia dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). "Keanekaragaman hayati Papua terancam oleh rencana perluasan perkebunan dan operasi pertambangan di daerah itu," kata Pouyaud.

Penemuan ikan tanpamatadan katak yang menggendong anak-anaknya menambah panjang daftar keanekaragaman hayati di provinsi paling timur Indonesia tersebut. Sebuah ekspedisi ilmiah sebelum ini menemukan sejumlah spesies baru di Pegunungan Fo ja, di Pulau Guinea Baru, Papua. Di antaranya katak (Litoria sp nov) mirip Pinokio. Katak ini memiliki benjolan panjang pada hidung yang menunjuk ke atas bila ada ajakan dari jenis jantan serta me-ngempis dan mengarah ke bawah bila aktivitasnya berkurang.

Spesies baru lainnya yang ditemukan adalah tikus besar ber-bulu,tokekbermatakuningberjari bengkok, merpati kaisar, walabi kerdil (Dorcopsulus (p nov) merupakan anggota kanguru terkecil di dunia, serta seekor kanguru pohon ber jubah emas yang sudah sangat langka penampakannya.

Kepala Komunikasi Conservation International (CI) Elshinta S-Marsden menyebutkan, tim peneliti merupakan kolaborasi ilmu-

wan dari dalam dan luar negeri yang berperan serta pada Conservation Interna tionals Rapid Assessment Program (RAP) termasuk Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada 2008.

Mengenai ikan tanpa mata, pada Juli lalu para peneliti dari Universitas Maryland, Amerika Serikat, menemukan ikan air tawar tanpa mata yang hidup di gua-gua. Ikan tersebut diberi nama Tetra Meksiko. Ikan tersebut mampu bergerak tanpa bertabrakankarena dilengkapi optik primordium atau cikal bakal mata yang berbentuk embrio. Tetapi hal tersebut mengalami degenerasi dan dengan cepat ditumbuhi kulit setelah menjadi larva.

(AFP/andikahm)


Sumber : Harian Seputar Indonesia 28 Nopember 2010,hal. 12

Rabu, 01 Desember 2010

Perdagangan Perikanan Surplus US$ 1,44 Miliar

Perdagangan Perikanan Surplus US$ 1,44 Miliar

Jakarta - Neraca perdagangan hasil perikanan Indonesia mengalami surplus US$ 1,44 miliar untuk periode Januari-Juli 2010. Surplus perdagangan sejalan dengan peningkatan volume ekspor sebesar 31,95 persen dari jumlah 498.516 ton pada periode yang sama tahun sebelumnya. Nilai ekspor semester 1-2010 tercatat sebesar USS 1,62 miliar atau mengalami peningkatan sebesar US$ 240 juta dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USS 1,38 miliar. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan ekspor produk perikanan sebesar USS 2,9 miliar pada tahun 2010.

Sementara itu, nilai impor periode Januari-Juli tahun ini tercatat sebesar USS 179,8 juta, dengan volume impor sebesar 179.828 toa Volume impor produk perikanan tersebut mengalami penurunan sebesar 8,03 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Menurut D Lrj en Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan KKP, Martani Huseini dalam siaran persnya, Senin(29/ll), beberapa komoditas yang nilai ekspornya meningkat adalah kepiting dalam kaleng, rumput laut kering, kepiting beku, mutiara, dan udang beku.

Sementara itu. komoditas perikanan yang mengalami peningkatan nilai impornya adalah agar-agar, lemak, minyak, dan ikan dalam kaleng.

Sebelumnya, KKP juga telah menerbitkan Permen Nomor 17 Tahun 2010 tentang pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan yang masuk ke dalam wilayah Republik Indonesia. Permen ini dimaksudkan untuk melindungi masyarakat Indonesia dari peredaran produk perikanan impor yang aman dikonsumsi, tidak menimbulkan penyakit dan membahayakan bagimasyarakat serta kelestarian lingkungan.

Produk hasil perikanan yang pertama kali masuk ke dalam wilayah Republik Indonesia wajib dilakukan analisis risiko impor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Syarat-syarat lainnya yang diwajibkan bagi produk perikanan impor adalah dilengkapi Sertifikat Kesehatan (Health Certificate) bidang Karantina Dean dan/atau Sertifikat Kesehatan (Health Certificate) bidang Mutu dan Keamanan Pangan dari instansi yang berwenang di negara asal.

Perlu Sertifikat GAP

Untuk hasil perikanan dalam bentuk beku, penggelasan (glazing) maksimal adalah 20 persen serta memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan tentang label dan iklan pangan.

Sedangkan untuk hasil perikanan budi daya harus dilengkapi dengan sertifikat Good Aquaculture Practices (GAP).

Sebelum dapat masuk ke pasar dalam negeri, produk impor juga harus dilengkapi dengan Surat Keterangan Asal/Certificate of Origin (CoO) yang diterbitkan oleh Otoritas Kompeten dari negara asal serta dilampirkan hasil uji laboratorium dari negara asal yang menyatakan bahwa hasil perikanan yang masuk, bebas dari cemaran mikrobiologi, residu, dan kontaminan, serta bahan kimia berbahaya lain- i nya sesuai dengan persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau ketentuan lain yang ditetapkan.

Ini mengingat masuknya hasil perikanan dari luar negeri juga berpeluang menjadi media pembawa hama dan penyakit ke dalam wilayah Indonesia, (pr/eff)



Sumber : Sinar Harapan 30 Nopember 2010,hal. 15