Predator benih ikan (belut)
BELUT
Belut (eel) meski tidak mirip ikan, sejatinya termasuk jenis ikan ekonomis penting di Indonesia. Namun, belut juga tergolong ikan buas yang doyan memangsa ikan-ikan kecil (benih). Belut ditakuti sebagai pemangsa benih karena hidup sepenuhnya di air bersama ikan yang dipelihara. Hewan ini bersembunyi di dasar kolam yang berlumpur atau membuat lubang di tanggul-tanggul kolam. Ketika lapar, belut muncul ke permukaan dasar kolam untuk mencari makan.
Belut memiliki tubuh bulat memanjang dan memiliki sirip punggung, sirip ekor dan sirip dubur yang hanya terlihat sedikit. Meskipun termasuk kelompok ikan tetapi bentuk kepalanya sama sekali tidak mirip ikan dan tutuo insangnya sangat kecil.
Belut memiliki tubuh yang sangat licin ditutupi lendir yang banyak sebagai ganti sisik pelindung tubuh. Sesekali kepalanya muncul ke permukaan air untuk menghirup oksigen. sebagai hewan nokturnal, belut aktif mencari makan pada malam hari.
Di alam, belut hidup di lumpur kolam, sawah, rawa dan di kali kecil atau selokan. Di Indonesia, sejak tahun 1979, belut mulai dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor. Sentra budidaya belut di Indonesia adalah provinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa Barat, sementara di daerah lainnya merupakan tempat penampungan belut-belut tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan.
Secara umum dikenal 3 jenis belut, yaitu yaitu belut rawa, belut sawah atau kolam, dan belut kali/laut. Jenis belut yang sering dijumpai adalah belut sawah atau kolam. Belut kolam memiliki ukuran tubuh yang besar bahkan bisa sebesar lengan anak balita dengan panjang tubuh 60 cm. Sistematikanya adalah sebagai berikut:
Kelas: Pisces
Subkelas: Teleostei
Ordo: Synbranchoidae
Famili: Synbranchidae
Genus: Synbranchus
Species: Monopterus albus/Fluta alba (belut sawah); Macrotrema caligans (belut padi: di Jawa Barat; belut dami: di Jawa Tengah); Synbranchus bengalensis (belut rawa).
Belut ditemukan di kolam atau sawah di daerah dataran tinggi maupun rendah. Belut memiliki sifat hemaprodite yakni mengalami pergantian kelamin dari betina (ketika kecil, berukuran panjang di bawah 35 cm) dan menjadi jantan (ketika besar, panjang tubuh lebih dari 40 cm). Belut juga mempunyai sifat kanibal apabila dalam keadaan lapar.
Pengendalian
Kolam yang ada belutnya biasanya ditandai dengan lubang belut. Lubang ini merupakan "rumah" tempat tinggal belut. Lubang yang dibuat belut kadangkala membuat kolam bocor bahkan tanggul jebol. Belut yang sedang mengerami telur atau mengasuh anaknya ditandai dengan banyaknya busa di mulut lubang.
Upaya pengendalian belut termasuk sulit karena belut bersembunyi di lubang atau dasar lumpur. Ada peternak yang menebar racun/tuba untuk membunuh belut dalam proses pengeringan kolam. Racun yang disarankan adalah akar tuba atau saponin (dari bahan kembang teh). Di samping itu, banyak juga yang berupaya menangkap belut hidup-hidup untuk dikonsumsi karena dagingnya yang enak. Cara seperti ini lebih disarankan meski kurang efektif.
Cara menangkap belut yang umum dilakukan adalah dengan menggunakan tangan kosong atau alat tangkap khusus untuk belut. Penangkapan dengan tangan dimungkinkan apabila kolam dikeringkan dan lumpur dasar kolam diaduk-aduk. Biasanya belut akan keluar dan tinggal ditangkap. Jika menggunakan alat penangkap belut, bisa berupa pancing yang diberi umpan ikan kecil atau anak kodok. Pancing dimasukkan ke dalam lubang belut
dan belut yang lapar akan memakan umpan tersebut kemudian tali pancing ditarik sehingga belut ikut terbawa keluar dari lubang. Alat tangkap lain berupa bubu/posong, jaring/jala bermata lembut. Jika menggunakan bubu, umpan diletakkan di dalam bubu tersebut dan bubu ditanam di lumpur pada sore hari. Keesokan paginya bubu diangkat. Di Sumatera Barat penangkapan belut yang populer adalah menggunakan bubu yang disebut lukah.
sumber : Khairul Amri dan Toguan Sihombing, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar