Menuju Produsen Rumput Laut Terbesar di Dunia
BUDIDAYA rumput laut merupakan salah satu jenis usaha yang dapat ditekuni dengan mudah dan mempunyai prospek bagus. Potensi lahan untuk pengembangan juga membentang di banyak wilayah pantai Indonesia.
Permintaan pasarnya untuk produk ini cukup besar, tidak saja untuk dikonsumsi dan dibuat produk makanan, tetapi juga sebagai bahan baku obat dan produk kosmetika.
Melihat potensi yang sungguh besar ini, Fadel Muhammad sejak diangkat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan berambisi menjadikan Indonesia sebagai produsen rumput laut terbesar di dunia dengan kapasitas produksi yang mencapai 10 juta ton per tahun.
"Kami sedang mendorong produksi rumput laut secara besar-besaran agar Indonesia menjadi produsen rumput laut terbesar di dunia," kata Fadel Muhammad
Ia mengemukakan target produksi sebesar 10 juta ton per tahun tersebut harus mulai terealisasi pada 2015.
"Namun kami yakin, dua tahun ke depan, realisasi target itu sudah mulai terlihat dengan banyaknya lahan budi daya rumput laut di Indonesia bagian timur, seperti NTT, NTB, Maluku, dan Maluku Utara," katan-a.
Tidak hanya pada sisi produksi, menurut Fadel, dalam kurun waktu dua tahun ke depan, akan banyak pabrik-pabrik pengolahan rumput laut.
"Sehingga nantinya yang diekspor bukan hanya rumput laut basah atau kering, tapi juga produk olahannya," katanya menambahkan.
KKP tengah menyiapkan setidaknya sekitar 60 cluster rumput laut. Sedangkan fokus utama untuk tahun ini sebanyak 12 cluster yang tersebar di Bagka Belitung, Sumenep Jawa Timur, Gorontalo, Pangkep Sulawesi Selatan, Dompu Nusa Tenggara Barat (NTB), Kabupeten Serang Banten, Kepulauan Riau, Minahasa Utara, Parigi Moutang, Sulawesi Tengah, Polewalimandar, Sulawesi Barat, dan Bau Bau Sulawesi Tenggara.
Selain itu, KKP juga akan membatasi ekspor rumput laut dalam bentuk gelondongan (dried seaweed) pada 2012 guna mendorong tumbuhnya industri pengolahan dalam negeri. Hingga kini di Indonesia sudah ada 23 perusahaan rumput laut, baik dalam bentuk produk utama maupun produk olahan
Menurut Dirjen Perikanan Budidaya, Made L Nurdjana, dalam rangka merealisasikan target produksi rumput laut, KKP akan menempuh dua langkah. Pertama, ekstensifikasi atau memperluas atau menambah unit usaha budi da*a. Kedua, intensifikasi atau peningkatan jumlah produksi melalui penambahan jumlah setiap unit usaha budi daya untuk pengembangan rumput laut. Potensi lahan di teluk maupun perairan pantai Indonesia masih sangatluas. Saat ini lahan untuk rumput laut di data seluas 4,5 juta hektare.
Hingga tahun 2008, sebanyak 15 persen rumput laut yang diekspor dalam bentuk olahan oleh mdonesia, sementara sisanya diekspor dalam bentuk gelondongan.
KKP meniapkan tiga opsi kebijakan tentang pengembangan pengolahan rumput laut. Pertama, eksportir rumput laut gelondongan harus terdaftar dan wajib memiliki pabrik pengolahan di dalam negeri. Kedua, pemerintah membatasiekspor rumput laut gelondongan. Ketiga, memberikan wewenang kepada koperasi untuk melakukan ekspor rumput laut.
Pada 2009 produksi rumput laut mencapai 2.574.000 ton, meningkat tajam dibandingkan pada 2005 yang hanya 910.636 ton.
Saat ini kontribusi rumput laut terhadap total produksi kelautan dan perikanan sebesar 8,9 persen. KKP menargetkan kontribusi rumput laut mencapai 27 persen pada 2015.
Untuk mencapai target tersebut KKP juga melalukan pe-nerapan inovasi dalam pengembangan budi daya rumput laut ini. Saat ini sedang diupayakan pengembangan inovasi pengembangan rumput laut di Indonesia dengan model budi daya modulan yakni percepatan hasil panen dengan masa waktu sekitar 30 hari sampai 45 hari. "Kuncinya tercapai target itu sebenarnya ada di daerah, yakni perlun\-a pengembangan suatu kawasan dari hulu ke hilir untuk pengembangan budi daya rumput laut agar tercapai efisiensi target. Dan sekarang ini sudah dilakukan," jelas Made.
Yang menjadi catatan besar pemerintah sebenarnya adalah perlu adanya pemanfatan atau nilai tambah dari produksi rumput laut ini, industri hilir dari produk ini belum bisa terbangun dengan dengan baik.
Meskipun prospek bisnis rumput laut menjanjikan, namun pengembangan industri ini masih terganjal oleh ketidakpercayaan perbankan, sehingga investor sulit memperoleh modal.
Wakil Menteri Perindustrian Alex SW Retraubun, dalam suatu kesempatan mengatakan, untuk mengembangkan industri turunan rumput lalut yang terintegrasi secara lengkap, setidaknya dibutuhkan investasi hingga Rp694 miliar dengan kemampuan produksi sekitar 30.000 ton per tahun dan 111.000 tenaga kerja baru.
"Jika terdapat industri hilir, ekspor bahan baku mentah rumput laut bisa berkurang secara signifikan. Saat ini, dari total produksi per tahun 2,5 juta ton, sekitar 85 persen diekspor. Kita akan pangkas ekspor bahan baku menjadi hanya 25 persen," katanya.
Menurutn\-a, industri pengolahan rumput laut merupakan salah satu sektor strategis yang belum tergarap secara optimal layaknya pengolahan minyak kelapa sawit [crude palrn oil/CPO), kakao, dan tembakau. Jika dikembangkan secara serius, Alex menilai industri pengolahan rumput laut bisa bersaing sejajar dengan komoditas lain.*
Sumber : Jurnal Nasional 07 Agustus 2010,hal.9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar