Jumat, 23 Januari 2009

Ikan dengan Telur Diserakkan

Kelompok ikan yang telur-telurnya dibiarkan menetas sendiri
tanpa ditunggui atau dijaga oleh induknya dapat dibagi atas
ikan yang telurnya diserakkan (dilekatkan pada tanaman atau obyek lain maupun dijatuhkan ke dasar perairan) serta ikan yang telurnya digantungkan (pada ujung tanaman air atau daun).

Walaupun tidak merawat telurnya, namun ikan yang telurnya digantungkan ini tidak memakan telurnya.

Ikan dengan Telur Diserakkan

Jenis ikan di dalam kelompok ini merupakan yang terbanyak. Ikan ini menempatkan telurnya di sembarang tempat, bisa di tanaman air atau dijatuhkan begitu saja di dasar perairan.
Induk ikan jenis ini terkadang memakan telurnya sendiri sehingga harus selalu dijaga oleh petani.

Caranya dengan membuat tanaman atau substrat lebih lebat ataupun tempat penelurannya ditutup agar tampak agak gelap atau agak remang sehingga induk sukar melihat telurnya.
Walaupun ikannya kecil, ukuran kolam atau wadah penelurannya dianjurkan agak luas. Hal disebabkan ikan ini biasanya dipijahkan secara masal sehingga wadahnya harus dapat memuat agak banyak induk.

suhu untuk penetasan telur pada ikan jenis ini harus selalu diperhatikan dan diusahakan optimal agar daya tetasnya tinggi. Kisaran suhu optimal untuk penetasan telur sangat sempit, yaitu sekitar 2° C, sedangkan kisaran suhu optimal untuk pemeliharaan pada stadium lain antara 3-4° C.

Nilai kisaran ini memang masih bergantung pada spesies ikan. Untuk menjaga kestabilan suhu, sebaiknya penetasan dilakukan di ruang tertutup atau di kolam asalkan diberi tutup dari seng, papan, atau asbes.

Secara kodrati jumlah telur ikan-ikan pada kelompok ini umumnya relatif banyak. Ini disebabkan ikan tidak memperhatikan telurnya lagi setelah dikeluarkan atau diovulasi. Selain itu, kuning telurnya sedikit sehingga larvanya kebanyakan sangat kecil, tetapi cepat dapat berenang. Oleh sebab itu, larva ikan dari kelompok ini lebih cepat memerlukan pakan.


Pakan larva pertama tentunya berupa inftisoria yang diberikan pada umur 2-3 hari atau lebih. setelah itu, pakannya dapat berupa kutu air saring. Kemudian dapat diberikan pakan yang besar sesuai perkembangan larva. Pakan untuk pembesaran dapat berupa cacing sutera, kutu air yang besar, atau cacing darah.

sumber : Darti S.L. dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar