Tampilkan postingan dengan label predator. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label predator. Tampilkan semua postingan

Minggu, 08 April 2012


Ikan Bawal ( collossoma macropomum )  adalah ikan yang berasal dari sungai Amazon,Brazil. Ikan bawal bentuk tubuhnya mirip sekali dengan ikan Piranha. Ciri-ciri ikan bawal adalah bentuk tubuhnya bulat dan pipih memiliki lubang hidung yang besar warna kulinya keperak-perakan dengan ujung sirip yang berwarna kuning (lihat gambar). Ikan bawal termasuk jenis carnivora, biasa hidup bergerombol dalam jumlah yang kecil, makannya adalah udang, siput, katak, dan ikan-ikan kecil.

>>Budidaya ikan bawal air tawar relatif mudah dilakukan. Pemijahan dapat dilakukan secara induced-spawning(pemijahan induk): induk yang sudah matang gonad dirangsang dengan penyuntikan hormon kemudian dipijahkan secara alami. Tempat pemijahan cukup menggunakan kain hapa yang disimpan di dalam bak tembok ataupun di kolam. Telur yang dikeluarkan induk betina dan sudah dibuahi oleh sperma induk jantan dapat dipanen kemudian ditetaskan di dalam akuarium atau hapa penetasan. Larva hasil penetasan dapat bertahan dengan yolksack yang dibawanya sampai 4 – 5 hari setelah penetasan sebelum kemudian diberi pakan Artemia. Cukup dengan pemberian 2 – 3 kali per hari selama hanya 2 – 3 hari, larva sudah dapat dijual atau ditebar ke kolam. Pendederan dan pembesaran di kolam relatif mudah dilakukan. Pertumbuhan ikan relatif cepat meskipun memerlukan kandungan oksigen yang mencukupi melalui aliran air ke kolam. Pakan yang diberikan dapat beragam mulai dari pakan buatan, sisa-sisa sayuran, ikan yang lebih kecil bahkan sampai biji kapuk.
>> Hal lain yang perlu diperhatikan dalam budidaya ikan bawal adalah Proses pendederan di kolam  agar tidak ada lagi benih ikan ini yang tercampur ke ikan lain(misalnya nila atau mas) yang kemudian ikut terbawa ke keramba jaring apung dan dapat merusak jaring dari dalam. Perkembangan kemampuan reproduksi secara alami di perairan bebas juga perlu diteliti secara akurat untuk memastikan kemungkinan tingkat perkembangan ikan ini di perairan Indonesia, sejalan juga dengan penelitian terhadap kemampuan ikan ini untuk merusak keramba jaring apung dari luar.

Proses produksi ikan  bawal terbilang sangat singkat.Masa pemijahan (jual larva) sekitar 2 – 3 minggu, pembenihan (jual benih) sekitar 1 – 2 bulan dan pembesaran (jual ukuran konsumsi) sekitar 3 – 5 bulan. Secara ekologi, ikan ini dianggap sebagai “perusak” karena dapat menjadi predator bagi ikan lain dan mengancam kelestarian biodiversitas ikan asli perairan Indonesia.Ikan bawal ini mampu bertahan hidup dalam kolam yang tingkat kepadatannya tinggi. Makanannya pun tidak rewel sebab hewan berjenis omnivora ini memiliki nafsu makan yang sangat besar.
Peluang Bisnis Ikan Bawal
Peluang bisnis ikan bawal tergolong menggiurkan, Walau pun ikan ini berduri namun dagingnya enak renyah dan gurih. Cocok dihidangkan di resto dan rumah makan.

Selamat Mencoba, Sukses selalu berwirausaha !
Mau tau info aneka budidaya lainnya? klik disni

Minggu, 23 Mei 2010

NATURE AND BIOLOGICAL Morphological characteristics - water beetles larvae

NATURE AND BIOLOGICAL Morphological characteristics - water beetles larvae

Morphological traits
1. Cursory elongated body similar to centipede / centipedes (body composed of nine sections and two tail segments).
2. The body length of approximately 1.3 to 2, 5 cm (which adults can sometimes reach 3 cm).
3. Comparison of total body length with a total width of the stomach about 7: 1.
4. Yellow brown body color and some are green.
5. Has three pairs of segmented legs-sections.
6. Having a pair of highly poisonous canines right in the head end.
7. Having two pairs of antennae on the head.
8. Has exactly one pair of eyes on either side of the head.

Biological properties
1. If swimming in the water, the tip of her tail frequently to the surface.
2. Swim slowly in a rising and falling and will dive to the bottom when there is an animal nuisance.
3. Swim slowly with legs and the tip of its tail.
4. Sucking the body fluids of fish seed by first biting the abdomen.
5. Attached to the pool wall or the timber upright while spying the approaching fish.
6. Having the cannibals: kill, fight and sucking each other's body fluids.

source : Khairul Amri dan Toguan Sihombing, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008

predaceous water beetles

UCRIT / larvae CYBISTER

Ucrit a water beetle larva. In some areas, insects are popularly called ucrit (West Java), in some other area of water called because its shape is similar centipede centipedes. In West Sumatra called sapik-sapik or limpatiak. While the names are mostly water beetles larvae or the larvae of water beetles (larvae Cybister).

Based on the classification, ucrit is the type of insects of the order Coleoptera Dytiscidae family den, with systematics as follows:
Kindom: Animalia
Phylum: Invertebrates
Class: Insecta
Order: Coleoptera
Family: Dytiscidae
Species: Cybister sp.

There are no reports specifically mention that the water bug adults are predatory fish. The water beetle predators are the larvae stage when still. Ucrit beetle larvae water or water is an insect predators, especially predatory fish are highly malignant. The seed that became the goal is to seed the size of 1-3 cm. How to eat it first of all fish caught by pinning with fangs. Then the fish are disabled by using a forked tail, while its fangs tearing the fish body. Furthermore, seeds eaten by carp bite little by little. Therefore, very fierce, dubbed overseas predaceous water beetles (water beetles of the robbers) or even something called water tiger (http://www. Earthforce. Org).
source: Khairul Amri dan Toguan Sihombing, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008

Sabtu, 22 Mei 2010

Predator Tropical Fish

Predator Tropical Fish
by: Nate Jamieson


Some tropical fish, either because of their size, feeding habits, or just their natural behavior, are not suitable for beginners to try and raise in a community tank. These are some of the big and bad, that you may want to avoid until you're more experienced.

Oscar- This native of the Amazon River and its tributaries, is a large fish, reaching 13-14" in length, although it can be sexually mature and laying eggs at 4". They do best in a tank with no "fussy" things like slender plants or ornaments. They prefer a medium texture substrate because they're great diggers, but do like wood or rock platforms that create a cave. The recommended food for Oscars is feeder goldfish, because they basically will eat anything small, that moves. This is why they can't be kept with smaller fish, or livebearers that will have young. Most hobbyists use a special large stick food that absorbs some water and moves with the motion in the aquarium, so it mimics prey.

Jack Dempsey- Another South American native, the Jack Dempsey comes in many of the same dark colors and spotting as the Oscar, featuring greens, brown and gray areas, which may help large species like this to hide amongst the bottom rocks. The Dempsey is similar to the Oscar in other ways as well, being a bottom digger, and preferring caves and wood to rest under. They are also a live feeder that will devour anything that moves, but unlike the Dempsey, they pursue their prey, and are considered to have "attitude" that makes them best suited to a tank of like-minded fish.

Discus- While not the bottomless pits that Oscars and Jack Dempseys are for feeding, the Discus is still a large fish, even at 6", and because of their native Amazon River environment, require a fairly specific habitat. In the wild they lived where trees had fallen into the river, and made their homes under and around the branches. In an aquarium, that means keeping a thick substrate where the light does not reach down to, as well as lots of wood pieces for hiding, and vegetation that goes from bottom to top. They are live feeders as many large fish are, but generally subsist on a diet of shrimp, tubifex and daphnia in good quantity. They are a fish that lives naturally in groups of five or six, and in the home environment, do not take well to upsets or changes in the tank.

About The Author

Nate Jamieson

Love Tropical Fish? Find out how to create a beautiful, low-cost tropical fish aquarium with complimentary tips at http://www.TropicalFishIsland.com.

Predator Benih Ikan - Ucrit/larva Cybister (predaceous water beetles)

UCRIT/LARVA CYBISTER

Ucrit merupakan larva kumbang air. Di beberapa daerah, serangga ini populer disebut ucrit (Jawa Barat), di sebagian daerah lain dinamakan kelabang air karena bentuknya mirip kelabang. Di Sumatera Barat disebut sapik-sapik atau limpatiak. Sedangkan nama umumnya adalah water beetles larvae atau larva kumbang air (larva Cybister).

Berdasarkan klasifikasinya, ucrit merupakan jenis insekta dari ordo Coleoptera den famili Dytiscidae, dengan sistematika sebagai berikut:
Kindom: Animalia
Filum: Invertebrata
Kelas: Insecta
Ordo: Coleoptera
Famili: Dytiscidae
Spesies:Cybister sp.

Tidak ada laporan yang khusus menyebutkan bahwa kumbang air dewasa merupakan predator benih ikan. Yang menjadi predator adalah kumbang air ketika masih stadia larva. Larva kumbang air atau ucrit ini merupakan pemangsa serangga air terutama pemangsa benih ikan yang sangat ganas. Benih yang menjadi sasarannya adalah benih berukuran 1 - 3 cm. Cara memangsanya pertama-tama benih ikan ditangkap dengan jalan menjepit dengan taringnya. Kemudian benih ikan dilumpuhkan dengan menggunakan ujung ekor yang bercabang dua, sementara taringnya merobek-robek tubuh ikan. Selanjutnya benih ikan mas dimakan dengan cara digigit sedikit demi sedikit. Oleh karena sangat ganas, di luar negeri dijuluki sebagai predaceous water beetles (kumbang air sang perampok) atau malah ada yang menyebutnya water tiger (http://www. earthforce. org).

Ciri morfologis
1. Tubuhnya memanjang sepintas mirip lipan/kelabang (badan terdiri dari 9 ruas dan ekor 2 ruas).
2. Panjang tubuh kurang lebih 1,3 – 2, 5 cm (yang dewasa kadang bisa mencapai 3 cm).
3. Perbandingan panjang total badan dengan lebar total bagian perutnya sekitar 7 : 1.
4. Warna tubuh kuning kecokelatan dan ada juga yang kehijauan.
5. Memiliki 3 pasang kaki beruas-ruas.
6. Memiliki 1 pasang gigi taring yang sangat beracun tepat di bagian ujung kepala.
7. Memiliki 2 pasang antena di kepala.
8. Memiliki satu pasang mata tepat di kiri-kanan kepala.

Sifat biologis
1. Jika berenang di dalam air, bagian ujung ekornya sering muncul ke permukaan.
2. Berenang perlahan secara naik-turun dan akan menyelam ke dasar apabila ada hewan pengganggu.
3. Berenang lambat dengan kaki dan bagian ujung ekornya.
4. Mengisap cairan tubuh benih ikan dengan terlebih dahulu menggigit bagian perut.
5. Menempel pada dinding kolam atau kayu-kayu tegak sambil mengintai benih ikan yang mendekat.
6. Memiliki sifat kanibal: membunuh, berkelahi dan mengisap cairan tubuh sesamanya.


Jenis ucrit yang umum ditemukan di lapangan tidak sebanyak jenis kini-kini (larva capung). Ada yang tubuhnya lebih ramping dan ada juga yang lebih besar (gendut). Kemungkinan ini terkait dengan umur dan laju pertumbuhan badannya.




lingungan yang disukai
Ucrit lebih banyak ditemukan di kolam yang subur dan banyak mengandung bahan organik, misalnya kolam yang dipupuk dengan kotoran ayam kering. Sebaliknya, di kolam yang tidak subur dan berair jernih, populasi ucrit lebih sedikit. Ini terkait dengan ketersediaan makanan yang banyak terdapat di air yang kandungan bahan orga-niknya tinggi.

* Kebiasaan Pemangsaan
Ucrit memangsa larva ikan berukuran 1 – 3 cm, yakni benih ikan yang mulai ditebar hingga menjelang umur 30 hari. Benih ikan yang dimangsa ucrit tidak dimakan habis tetapi hanya disobek-sobek dan diisap darahnya. Namun karena jumlahnya banyak dan merupakan serangga air yang ganas maka tingkat pemangsaannya tinggi. Itu sebabnya ucrit tergolong predator benih yang harus diwaspadai karena menjadikan produksi benih merosot tajam.

Selain memangsa benih ikan, ucrit juga memangsa serangga air lainnya termasuk larva capung dan bahkan memburu sesamanya (kanibal). Pengamatan menunjukkan bahwa kanibalisme merupakan sifat alamiah ucrit. Ucrit berenang lambat dan tidak memburu atau mengejar mangsanya, namun benih yang masih lemah sulit menghindar dari sergapannya.

Pengamatan di unit pembenihan menunjukkan tingkat pemangsaan ucrit terhadap benih ikan berbeda-beda, tergantung jenis ikan yang dipelihara dan faktor lain seperti lingkungan kolam. Misalnya, larva gurami yang sangat lambat pertumbuhannya lebih mudah dimangsa. Benih yang dipelihara di kolam yang lebih luas akan lebih tinggi peluang terhindar dari pemangsaan ucrit dibanding yang dipelihara di kolam sempit. Ucrit ditemukan memangsa benih ketika benih hasil panen ditampung di bak atau baskom. Oleh karena itu, jika pada saat panen di antara populasi benih ditemukan ucrit, harus segera ditangkap atau dibuang untuk dimusnahkan.


Cara Pengendalian
Banyak yang mengatakan bahwa pemberantasan ucrit sulit dilakukan. Namun demikian bukan berarti tidak ada teknik pengendaliannya.
Pertama, hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam. Sudah terbukti bahwa kolam-kolam yang mengandung bahan organik banyak ditemukan ucrit.
Pencegahan dapat dilakukan dengan jalan memasang saringan pada pintu air masuk kolam. Tujuannya agar ucrit dan induk kumbang air tidak ikut masuk ke kolam aliran air. Selain itu, usahakan penebaran ikan di kolam tidak terlalu banyak dan disesuaikan dengan yang disarankan.

Meskipun sulit dan merepotkan, upaya penangkapan ucrit secara mekanis sebaiknya dilakukan. Penangkapan dalam jumlah besar dapat dilakukan menggunakan alat tangkap berupa seser. Selain itu, menangkap menggunakan seser cukup efektif karena jika ditangkap dengan tangan, ucrit mudah meloloskan diri. Gunakan baskom penampung untuk mengumpulkannya. Perlu diingat bahwa ucrit dapat menggigit tangan kita dan bila itu terjadi, gigitannya akan terasa sangat sakit. Ucrit yang berhasil ditangkap langsung dibunuh atau dibuang ke tempat lain.


Beberapa langkah berikut juga dapat dilakukan sebagai upaya menyelamatkan benih dari serangan ucrit:

Memperhatikan ukuran dan usia benih
Pada dasarnya semakin besar ukuran benih ikan, semakin besar peluangnya terhindar dari gangguan ucrit. Namun terkadang keterbatasan tempat pemeliharaan atau minimnya biaya produksi yang dimiliki memaksa pembenih ikan untuk segera menebar larva ikan ke kolam lebih cepat dari yang seharusnya. Padahal semakin kecil ukuran benih, semakin lemah kondisinya serta semakin mudah dimangsa predator.

Menunda penebaran benih ke kolam cukup ampuh menghindari serangan ucrit. Menunda penebaran benih ke kolam berarti memperpanjang masa pemeliharaan benih di bak penelasan/bak pembenihan. Pemeliharaan di bak penetasan pembenihan yang umumnya dilakukan di ruangan tertutup/terkontrol seperti pada bak beton/permanen, bak fiberglass atau akuarium menjadikan benih lebih aman dari ancaman predator. Di ruangan terkontrol pengawasan lebih mudah dilakukan apalagi bila ukuran bak pemeliharaannya lebih kecil sehingga mudah ditangani.

sebagai bukti, pembenih lele dumbo yang biasanya menggunakan bak beton sebagai wadah pemeliharaan larva umumnya tidak mengeluhkan adanya gangguan ucrit.
Perpanjangan waktu perawatan di ruang khusus/tertutup hingga beberapa hari lebih lama dari biasanya memungkinkan ikan tumbuh lebih cepat. Apalagi bila selama dipelihara tersebut benih diberi pakan berkualitas seperti pakan alami berupa kutu air, cacing sutera, dan artemia. Biasanya bak khusus juga dilengkapi alat-alat seperti blower, aerator, thermometer dan heater, sehingga kondisi lingkungan pemeliharaan larva lebih terkontrol (stabil).


Mengurangi pupuk kotoran ayam
Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa penyebab utama berkembangnya ucrit di kolam adalah pemupukan dengan pupuk kandang, khususnya kotoran ayam kering, Sebagian besar pembenih ikan lebih senang menggunakan pupuk kandang dari kotoran ayam ini, dibandingkan kotoran sapi, kambing atau burung puyuh. Hal ini disebabkan karena pupuk kotoran ayam lebih mudah didapat dalam jumlah besar. "tujuan pemupukan dengan kotoran ternak ini adalah untuk menumbuhkan pakan alami bagi larva ikan.
Persoalan muncul jika dosis pupuk kandang yang diberikan melebihi dari yang seharusnya sehingga air kolam menjadi sangat subur.

Penumpukan pupuk organik akibat cara pemupukan dengan membenamkan karung berisi pupuk kandang di salah satu bagian kolam (bukan disebar merata) mendorong perkembangan ucrit. Untuk itu, perlu dilakukan pengurangan konsentrasi pupuk kandang. Caranya dengan penggantian air atau memasukan air baru dalam jumlah banyak.

Selain itu, pemupukan dengan pupuk organik (kotoran ayam, dll) harus dengan dosis yang disesuaikan dengan kebutuhan, dan disebar secara merata sehingga tidak terjadi penumpukkan di salah satu bagian kolam. Cara lain yang saat ini berkembang adalah penggunaan pupuk organik cair yang aplikasinya lebih mudah dan praktis.

Penyemprotan dengan minyak tanah
Penyemprotan dengan bahan kimia merupakan solusi akhir untuk memberantas gangguan ucrit. Langkah ini diambil jika populasi ucrit sulit dikendalikan dengan cara mekanis. Bahan kimia yang digunakan untuk memberantas ucrit adalah minyak tanah. penggunaan minyak tanah didasarkan pada sifat minyak tanah yang mengapung di permukaan air.

Banyak pembenih ikan yang menggunakan minyak tanah dengan cara menyiramkannya ke permukaan air dan hasilnya dapat mematikan ucrit. Para ahli budidaya ikan pun merekomendasikan hal ini. Minyak tanah menutupi permukaan air, sehingga ucrit tidak dapat mengambil oksigen dari udara bebas dan tidak berapa lama kemudian akan mati.

Tertutupnya permukaan air oleh minyak tanah sejauh ini tidak membahayakan bagi benih ikan. Apalagi benih ikan umumnya berada di dalam air, bukan di permukaan, kecuali ikan lele yang sering muncul ke permukaan. penggunaan minyak tanah pada pemeliharaan lele sebaiknya dihindari.

Belum ada acuan baku mengenai dosis penggunaan minyak tanah. Usahakan tidak terlalu banyak namun seluruh permukaan kolam dapat tertutup lapisan tipis minyak tanah. Pemberian minyak tanah bisa dengan cara dituang di pintu masuk agar menyebar bersama aliran air dan kemudian aliran air ditutup, atau bisa juga menggunakan handsprayer jika air kolam memang sama sekali tidak mengalir. Jika seluruh ucrit sudah mati, masukan aliran air batu dan pintu keluar dibuka . Dengan demikian ucrit yang mati akan hanyut bersama aliran air dan lapisan minyak tanah juga akan hilang dari permukaan kolam sehingga air kolam menjadi bersih kembali.
sumber Khairul Amri dan Toguan Sihombing, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008

Minggu, 16 Mei 2010

Dragonfly larvae - seed Predator Fish

Dragonfly larvae - seed Predator Fish


1. (Dragonfly larvae)
Dragonfly or papatong (Sunda), dragonfly or coblang (Java) on larval phase is a seed predator fish that is very fierce. Dragonfly larvae of hatchery fish pose a threat in some areas of aquaculture centers. Dragonfly larva has a very diverse local names, such as in West Sumatra is called: sipasin, children sipatuang; in North Sumatra called anakni siri-siri. While popular in West Java called kinikini. General name is Dragonfly larvae.

This includes classroom dragonfly insect of the order Odonata and the suborder Epiprocta. There are many tribes of this dragonfly, namely Austropetaliidae Cordulegastridae; Corduliidae; Gomphidae; Libellulidae; Macromiidae; and Neopetaliidae. In general, we classify people into two major groups of dragonflies (DAMSELFLY-DAMSELFLY) and dragonfly pin.


Systematics details are as follows:
Phylum: Arthropoda
Class: Insecta
Order: Odonata
Sub Order: Epiprocta
Family: Aeshnidea
Genus: Anisoptera (dragonflies), Zygoptera (dragonfly pins)


Dragonflies and dragonfly pin can be distinguished easily. Dragonflies are generally relatively large bodied and perched with wings spread open or sideways. While dragonflies are generally small needles (although there are some rather large type), has the abdomen (body) of thin slender needle-like, and perch with closed wings, standing together at the back. Both types of these insects live near water, where they lay eggs and spend the pre-adult children.


Dragonflies and dragonfly pin widespread, in forests, gardens, fields, rivers and lakes, to the yard of the house. Found from the coast to a height of more than 3000 m asl (above sea level).

Dragonfly's life is never far from water. These insects reproduce by laying eggs. The eggs laid on plants in the water. There's kind of like dragonflies lay their eggs in stagnant water, but there are also types of dragonflies lay their eggs on the water like a rather heavy. After the marriage, the marriage would seem an egg the next day in the pool water surface. Shaped like a frog egg dibaluti long mucus secretions between 1-3 cm.

The eggs were not so obvious but it feels slippery to the touch in hand. Within two days usually eggs already hatched. After hatching, the larvae leave the shell in the slimy surface of the water and live floating in the water.

To ensure the survival of eggs and the child is, dragonflies lay their eggs on the water it deems safe and not contaminated with a deadly poison. In addition, they seem to have an instinct to put their eggs in locations that are widely available food. So do not be surprised if the eggs of dragonflies are found in many insects of rice water and also a lot of seed fish pond.

Once hatched, larvae (maggot) and nymphs (post larvae) dragonfly (called kinikini) live and develop in the bottom waters, metamorphosed, and eventually out of the water as an adult dragonfly. Most of the life cycle of dragonflies are in the water.

By metamorphosis, larval dragonflies with a total length of 2-3 cm began to climb the wooden stilts or dike pond not far from the surface water. Metamorphosis preceded the opening in the skin or shell around the base of the wings or neck.

Furthermore, the head emerged slowly. Beyond the body and the tail will follow so the whole body out, including legs and wings.


Morphological traits
Despite the specter of hatchery fish, however, has not been much literature which discusses in detail the lives and experiences in kinikini prey fish. Morphological characteristics of dragonfly larvae in general, are as follows:

1. Segmented body-field and have three pairs of legs segmented-sections.
2. Having one pair of eyes and one pair of antennae on the head.
3. Body color of brown and black.
4. Has two pairs of wings that grow after body size reached 1.5 cm.
5. Has a jaw like a bailer or a jagged crescent serves as a hand to cut the prey.

6. Abdomen oval shape, and when viewed from below the surface of the stomach looks flat when viewed from above looked more sharp and triangular.
7. Comparison of body length and width of approximately 2: 1 or 3: 1.


Biological properties
Biological properties of dragonfly larvae obtained from field observation results show the following:
1. dragonfly larva spends its life in the water since the eggs hatch into larvae to reach a length of 2 cm. After that metamorphosed into nymphs and then would break away from the leather (carapace) to the child dragonfly. After this period of his life was turned into land.

2. dragonfly larvae breathe in water using internal gills.
3. Dragonfly larvae and nymphs are able to live out of water when placed in the ground for hours.
4. Have the ability to swim a rapid tool-driven pool located at the tip of its tail.
5. Likes to hide in the roots or aquatic plants and moss in the bottom mud bath or pool.
6. Can also be attached with the grip of his legs in the pool wall or the timber upright while spying the approaching fish.
7. Seeds preyed upon by fish as fast as lightning with his hands.
8. Having the nature of killing each other (cannibalism).
9. Pranced like to lift the stomach.


source: KhairulAmri and ToguanSihombing, PT.GramediaPustakaUtama, 2008

Sabtu, 15 Mei 2010

Kini - kini (Larva Capung) - Predator benih Ikan

Tanpa kita sadari, sebagian serangga air sebenarnya merupakan predator benih ikan yang tidak kalah berbahayanya. Meskipun berukuran kecil, serangga air umumnya memiliki populasi yang besar di kolam benih atau kolam pendederan, sehingga menimbulkan ancaman kerugian yang tidak kecil bagi usaha pembenihan dan pendederan ikan. Terutama jika pembenih ikan tidak menyadari kehadiran serangga air ini di kolamnya.

Umumnya, serangga air yang menjadi predator benih ikan adalah yang salah satu fase hidupnya (biasanya fase larva) di dalam air—selanjutnya setelah post larva (serangga muda) dan kemudian menjadi dewasa hidup di darat. Pada fase dewasa, serangga tersebut bukan lagi predator langsung benih ikan, Beberapa jenis serangga air yang menjadi predator benih mematikan adalah ucrit; kini-kini; notonecta dan lintah.



1. KINI-KINI (LARVA CAPUNG)
Capung atau papatong (Sunda), kinjeng atau coblang (Jawa) pada fase larva merupakan predator benih ikan yang sangat ganas. Larva capung menjadi momok usaha pembenihan ikan di beberapa daerah sentra perikanan budidaya. Larva capung memiliki nama lokal yang sangat beragam, misalnya di Sumatera Barat disebut: sipasin, anak sipatuang; di

Sumatera Utara disebut anakni siri-siri. Sementara di Jawa Barat populer disebut kini-kini. Nama umumnya adalah dragonfly larvae.

Capung ini termasuk kelas Insekta dari ordo Odonata dan subordo Epiprocta. Ada banyak suku dari capung ini, yaitu Austropetaliidae Cordulegastridae; Corduliidae; Gomphidae; Libellulidae; Macromiidae; dan Neopetaliidae. Secara umum masyarakat kita mengelompokkannya ke dalam dua kelompok besar yaitu capung (sibar-sibar) dan capung jarum.


Sistematika lengkapnya adalah sebagai berikut:
Filum : Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Odonata
Sub ordo: Epiprocta
Famili: Aeshnidea
Genus: Anisoptera (capung); Zygoptera (capung jarum)


Capung dan capung jarum dapat dibedakan dengan mudah. Capung umumnya bertubuh relatif besar dan hinggap dengan sayap terbuka atau terbentang ke samping. Sedangkan capung jarum umumnya bertubuh kecil (meskipun ada beberapa jenis yang agak besar), memiliki abdomen (badan) yang kurus ramping mirip jarum, dan hinggap dengan sayap-sayap tertutup, tegak menyatu di atas punggungnya. Kedua jenis serangga ini hidup dekat air, tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya.


Capung dan capung jarum menyebar luas, di hutan, kebun, sawah, sungai dan danau, hingga ke pekarangan rumah. Ditemukan mulai dari tepi pantai hingga ketinggian lebih dari 3.000 m dpl (dari permukaan laut).

Kehidupan capung tidak pernah jauh dari air. Insekta ini berkembang biak dengan bertelur. Telurnya diletakkan pada tetumbuhan yang berada di air. Ada jenis capung yang senang menaruh telurnya di air yang menggenang, namun ada pula jenis capung yang senang menaruh telurnya di air yang agak deras. Setelah terjadi perkawinan, telur hasil perkawinan akan kelihatan keesokan harinya di permukaan air kolam. Bentuknya seperti telur kodok yang dibaluti lendir panjang lendir antara 1 - 3 cm.

Telurnya tidak begitu kentara namun jika dipegang terasa licin di tangan. Dalam waktu 2 hari biasanya telur sudah menetas. Setelah menetas, larva meninggalkan cangkang berlendirnya yang berada di permukaan air dan hidup melayang-layang dalam air.

Untuk menjamin kelangsungan hidup telur dan anakannya, capung meletakkan telur-telurnya di air yang dianggapnya aman dan tidak tercemar racun yang mematikan. Selain itu, mereka sepertinya punya insting untuk meletakkan telurnya di lokasi yang banyak tersedia makanan. Sehingga tidak heran bila telur-telur capung banyak ditemukan di areal persawahan yang banyak serangga airnya dan juga perkolaman yang banyak benih ikannya.

Setelah menetas, larva (tempayak) dan nimfa (post larva) capung (yang disebut kini-kini) hidup dan berkembang di dasar perairan, mengalami metamorfosis, dan akhirnya keluar dari air sebagai capung dewasa. Sebagian besar siklus hidup capung adalah di dalam air.

Menjelang metamorfosis, kini-kini dengan panjang total 2 - 3 cm mulai memanjat tonggak-tonggak kayu atau pematang kolam yang tak jauh dari permukaan air. Metamorfosis didahului terbukanya kulit atau cangkang di sekitar pangkal sayap atau tengkuknya.

Selanjutnya kepala muncul secara perlahan-lahan. Seterusnya badan dan bagian ekor akan menyusul sehingga seluruh tubuhnya keluar, termasuk kaki dan sayapnya.


Ciri morfologis
Meski menjadi momok usaha pembenihan ikan, namun sampai saat ini belum banyak literatur yang membahas secara mendetail kehidupan kini-kini serta sepak terjangnya dalam memangsa benih ikan. Ciri-dri morfologis kini-kini pada umumnya adalah sebagai berikut:

1. Badannya beruas-ruas dan memiliki 3 pasang kaki beruas-ruas.
2. Memiliki satu pasang mata dan satu pasang antena di kepala.
3. Warna badan kecokelatan dan hitam.
4. Memiliki dua pasang sayap yang tumbuh Setelah ukuran tubuh mencapai 1,5 cm.
5. Memiliki rahang seperti gayung atau sabit bergerigi yang berfungsi sebagai tangan untuk memotong mangsa.

6. Bentuk perut oval dan jika dilihat dari bawah permukaan perut terlihat lebih rata, jika dilihat dari atas tampak lebih tajam dan berbentuk segitiga.
7. Perbandingan ukuran panjang dan lebar tubuh kira-kira 2 : 1 atau 3 : 1.


Sifat biologis
Sifat biologis kini-kini yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan menunjukkan sebagai berikut :
1. Kini-kini menghabiskan masa hidupnya di dalam air sejak dari telur, menetas menjadi larva (kini-kini) hingga mencapai panjang 2 cm. Setelah itu bermetamorfosa menjadi nimfa dan selanjutnya akan melepaskan diri dari kulit (karapas) menjadi anak capung. Setelah periode ini masa hidupnya pun beralih ke darat.

2. Kini-kini bernafas di dalam air menggunakan insang internal.
3. Kini-kini dan nimfa mampu hidup di luar air apabila ditaruh di darat berjam-jam lamanya.
4. Memiliki kemampuan berenang yang tergolong cepat yang digerakkan oleh alat renang yang berada di bagian ujung ekornya.
5. Suka bersembunyi pada akar atau tanaman air serta lumpur berlumut di dasar bak atau kolam.
6. Dapat juga menempel dengan cengkeraman kakinya pada dinding kolam atau kayu-kayu tegak sambil mengintai benih ikan yang mendekatinya.
7. Memangsa benih ikan dengan cara menyergap secepat kilat dengan tangannya.
8. Memiliki sifat membunuh sesamanya (kanibal).
9. Suka berjingkrak-jingkrak dengan mengangkat bagian perutnya.


Jenis Kini-kini
Secara umum dari pengamatan di lapangan menunjukkan ada beberapa jenis capung yang kini-kininya menjadi ancaman serius bagi benih ikan.

- Jenis 1. Jenis ini tergolong paling banyak ditemukan. Berasal dari induk-induk capung yang beraneka warna seperti kuning, merah, cokelat dan biru. Larva capung ini memiliki mata dengan posisi tepat di kiri-kanan bagian atas kepalanya. Bentuk kepalanya mirip segitiga meruncing ke bawah jika dilihat dari depan. Warna dominan tubuhnya agak kuning-kecokelatan. Pembeda lainnya adalah rahang yang dapat berfungsi sebagai tangan untuk menangkap dan memotong mangsa. Bentuknya mirip gayung air.

-Jenis 2. Jenis kedua ini tergolong sering ditemukan saat pengeringan dan panen benih ikan dalam kolam. Namun jenis yang ditemui tidak sebanyak jumlah jenis pertama. Berasal dari induk yang memiliki mata dengan posisi di bagian depan kiri-kanan kepala dan bentuknya menyerupai tanduk yang baru menyembul. Posisi matanya berbeda sekali dibandingkan dengan jenis pertama. Warna dominan tubuhnya agak kuning-kecokelatan. Pembeda dengan jenis pertama adalah ukuran tubuhnya lebih besar serta kaki-kakinya lebih panjang. Selain itu, memiliki rahang kuat yang berfungsi sebagai tangan dan pemotong mangsa dengan bentuk mirip sabit bergerigi.

- Jenis 3. Kini-kini jenis ketiga ini tergolong jarang ditemukan. Merupakan larva dari capung berwarna belang hijau-kehitaman. Larva capung ini memiliki mata yang relatif kecil. Posisinya di tepi kiri-kanan kepalanya. Bentuk badannya lebih kecil dan lebih keras dibanding dengan jenis pertama dan kedua. Selain itu, memiliki warna badan dominan hitam dan posisi kaki tidak mengangkang, tetapi melipat seukuran badannya. Bila dibanding dengan jenis pertama dan kedua, jenis ketiga ini tidak memiliki rahang untuk menangkap dan memotong mangsanya, sehingga efeknya bagi hasil produksi benih tidak terlalu merugikan

- Jenis 4. Kini-kini jenis ini tergolong jarang ditemukan. Merupakan larva dari capung yang badannya lebih kecil dan ukurannya 0,25 kali ukuran tubuh capung jenis pertama, kedua dan ketiga. Memiliki mata yang tergolong besar jika dibandingkan dengan besar kepalanya. Bentuk badannya kecil memanjang dengan perbandingan panjang total dan lebar total badannya adalah 13 : 1. Warna badannya cokelat kekuning-kuningan.

Kebiasaan Memangsa
Kini-kini yang berukuran besar dapat memburu dan memangsa berudu dan anak ikan. Kini-kini memangsa benih ikan dengan jalan mengisap darah benih ikan.
Sebagai pernangsa, kini-kini dilengkapi alat khusus berupa rahang yang kuat dan besar serta "tangan" yang digunakan untuk memotong mangsanya. Mangsa dipotong agar mudah dimakan dengan cepat. Pergerakan kini-kini sangat cepat karena dilengkapi tangan dan kaki serta alat bantu renang yang terdapat di bagian ekornya. Selain itu, kini-kini bisa juga melakukan penyamaran dengan bersembunyi di dasar kolam maupun di dinding bak atau pematang dengan jalan menempel pada tanaman air atau benda lain seperti ranting kayu/tanaman air yang ada kolam.

Kini-kini mulai memangsa benih ikan sejak ukuran panjang badannya 5 mm. Kini-kini menjadi lebih ganas jika ukuran panjang total badannya sudah mencapai 1,5 - 2,0 cm hingga menjelang masa metamorfosis menjadi anak capung. Keganasannya ini dipengaruhi oleh daya renangnya, daya cengkeramannya dan ukuran tubuhnya yang semakin besar sehingga mampu melumpuhkan benih ikan dalam jumlah lebih banyak.

Benih yang lebih mudah dimangsa adalah larva ikan yang masih berusia muda di bawah 1 bulan. Dari pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa benih ikan mas merupakan mangsa favorit kini-kini. Benih ikan nila jarang dimangsa kini-kini karena memiliki duri dan sisik yang keras serta pergerakan yang lincah.

Umumnya ikan-ikan yang memiliki pertumbuhan lambat seperti benih qurami atau benih ikan yang tidak dipelihra dengan baik,tidak dibarengi dengan pemberian pakan intensif (sehingga pertumbuhannya lambat), menjadi mangsa empuk kini-kini. Selain itu, besar kecilnya kolam juga memberi andil. Kolam yang lebih sempit memudahkan kini-kini untuk melakukan pemangsaan. Kini-kini bahkan masih memangsa benih ikan yang ditampung di baskom saat panen. Jika saat panen di antara benih terdapat kini-kini, predator ini harus segera ditangkap dan dimusnahkan.

Indikator Keberadaan Kini-kini
Jika banyak capung beterbangan di sekitar kolam, dipastikan terdapat kini-kini di kolam itu. Makin banyak capung beterbangan di lokasi, makin banyak pula populasi kini-kini.

Masa pergantian kulit (molting) kini-kini mirip proses perkembangan jenis udang-udangan. Pada saat ini kondisinya sangat lemah dan tubuhnya lunak. Kondisi seperti ini merupakan masa bahaya baginya dari serangan musuh. Alat pemangsanya pun tidak berfungsi. Saat berganti kulit ini ia akan mengalami pertambahan besar yang cepat, seakan-akan ia mengembang dan hari demi hari kulitnya akan mengeras. Begitu selanjutnya hingga ia mengalami pergantian kulit beberapa kali. Sisa kulit atau karapasnya itu biasanya terapung di permukaan kolam. Ini bisa menjadi indikator bahwa di kolam terdapat kini-kini.

Pengendalian
Kehadiran kini-kini di kolam benih ikan dapat dikendalikan sedini mungkin. Pengendalian dapat dilakukan secara mekanis, biologis maupun kimiawi. Pengendalian secara mekanis antara lain dengan mengendalikan perkembangbiakan induk, telur serta larva capung. Pengendalian biologis menekankan pada upaya pemeliharaan benih yang tahan atau bisa terhindar dari serangan kini-kini. Sementara pengendalian secara kimiawi umumnya dilakukan dengan pomberantasan menggunakan insektisida.

1, Pengendalian secara mekanis
Keberadaan capung di sekitar areal perkolaman umumnya disebabkan oleh dua hal. Pertama, faktor ketersediaan makanan bagi capung dewasa dan kedua, faktor air sebagai media untuk peletakan telur dan membesarkan larva. Selain itu, tanaman semak dan perdu memudahkan capung untuk hinggap.
Untuk mengendalikannya, jagalah kebersihan pematang atau tanggul kolam baik dari rerumputan/semak maupun perdu. Usahakan rumput/semak di tanggul tidak terlalu tinggi. Kolam atau bak pemeliharaan benih yang berukuran kecil (< 50 ml) dapat ditutup dengan kain waring/jaring sehingga capung tidak bisa meletakkan telurnya ke dalam bak. Jika di dalam kolam ditemukan telur capung, langsung ciduk menggunakan seser atau serokan halus. Telur yang berhasil disero dibuang ke tanah dengan care mengempas-empaskan seser agar lendir yang menempel terlepas

Jika populasi kini-kini di kolam cukup banyak, lakukan perburuan. Memburu kini-kini lebih efektif jika dilakukan pada malam hari karena saat itu kini-kini lebih aktif, dan keberadaan manusia tidak mudah diketahui. Perburuan dilakukan memakai senter yang terang, baskom penampung yang diisi sedikit air dan seser halus sebagai penangkap. Untuk lebih mudahnya, gunakan senter yang ditaruh di kepala. Larva capung pada malam hari biasanya sering berada di sekitar dasar kolam atau tebing pematang dan jelas terlihat apabila air kolam tidak keruh, atau pada kolam beton.

2. Pengendalian secara biologis
Pengendalian secara biologis pada dasarnya memanfaatkan kelemahan kini-kini dan juga kelebihan benih ikan jenis tertentu.
Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa populasi kini-kini hanya sedikit di kolam pemeliharaan benih ikan yang memiliki pertumbuhan relatif cepat, gerakan berenang aktif, suka memakan ape saja (omnivore) seperti ikan mas dan nila atau pe-
makan hewan-hewan renik (karnivora) seperti lele dumbo. Hal ini kemungkinan karena populasi kini-kini terdesak oleh populasi benih ikan di mana ukuran benih ikan lebih cepat besar dibanding kini-kini sehingga sulit untuk dimangsa. Sebaliknya, banyak ditemukan kini-kini pada kolam pemeliharaan benih gurami yang pertumbuhannya lambat, pemakan tumbuhan (herbivore), serta gerakan berenangnya kurang aktif.

Ukuran benih gurami rata-rata kalah besar dibanding kini-kini, sehingga wajar bila benih gurami mudah dimangsa. Apalagi pada malam hari (saat kini-kini aktif mencari makan), benih gurami sangat jinak berenang di sekitar permukaan air, sehingga mudah dimangsa. Selain itu, meski perlu pengamatan lebih jauh, ada kecenderungan bahwa benih yang berwarna terang lebih disenangi kini-kini dibanding yang berwarna gelap.
Semakin besar ukuran benih ikan, semakin bebas benih itu dari gangguan kini-kini. Namun terbatasnya tempat dan biaya, membuat larva ikan harus segera ditebarkan ke kolam. Semakin cepat larva ikan ditebarkan ke kolam, semakin kecil ukurannya. sehingga menjadi mangsa yang mudah disantap kini-kini. Untuk itu ada baiknya benih yang ditebar di kolam adalah benih yang berukuran lebih besar. Benih yang masih kecil sebaiknya dipelihara lebih lama di dalam wadah tertutup (bak beton permanen, bak fiberglass atau akuarium) dengan pemberian pakan yang berkualitas seperti kutu air, cacing sutera dan artemia, sehingga pertumbuhannya cepat dengan kondisi fisik yang sehat dan kuat.

Untuk benih gurami yang pertumbuhannya lambat akan lebih aman ditebar dengan sistem mutasi/pindah dari kolam yang satu ke kolam lainnya setiap 15 hari. Kelihatannya lebih merepotkan tetapi relatif menjadi lebih amen.

3. Pengendalian secara kimiawi
Pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida (racun se- -
rangga) merupakan cara terakhir untuk memberantas kini kini. Penyemprotan pertama dilakukan sebelum benih ditebar dan penyemprotan susulan dilakukan setelah benih ditebar. Penyemprotan susulan ini sifatnya optional (hanya dilakukan jika populasi kini-kini sangat banyak) dan dilakukan secara hati-hati. Sebab, pada saat penyemprotan susulan kolam telah berisi benih ikan. Dilemanya, dosis penyemprotan terlalu rendah tidak akan mematikan kini-kini. Sebaliknya, jika dosis dinaikkan, benih ikan ikut mati. Ada yang menyarankan, penyemprotan susulan tidak dilakukan. Sebagai gantinya, dilakukan pemberantasan secara mekanis yakni dengan menangkapi kini-kini menggunakan tangan/serer dan kemudian memusnahkannya. Meski lebih merepot namun lebih aman bagi kelangsungan hidup benih ikan.


Jenis insektisida yang sering digunakan pembenih adalah Ripcord 50 EC dengan dosis 4 cc untuk 1 m3 air kolam. Kondisi air kolam dibiarkan tergenang agar daya racun tidak berkurang. Dosis ini adalah untuk penyemprotan pertama sebelum larva ikan ditebarkan. Penyemprotan dilakukan menjelang Siang hari pada saat terik matahari jangan menyemprot pada saat hujan karena akan sia-sia. Pada saat penyemprotan, aliran air masuk dan air keluar ditutup. Insektisida yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam tangki handsprayer lalu diencerkan dengan air. Selanjut nya disemprotkan secara merata ke permukaan kolam. Jika tidak ada handsprayer, dapat juga menggunakan baskom dan larutan insektisida dengan cara dipercik-percikkan secara merata ke seluruh permukaan kolam.
sumber : Khairul Amri dan Toguan Sihombing, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008

Sabtu, 08 Mei 2010

SEED PREDATOR FISH - FISH cork

SEED PREDATOR FISH - FISH cork

Channa striata is a wild freshwater fish and a voracious seed predators and highly feared by fish farmers. These fish are wild fish (which are predatory carnivore). In nature, fish, cork not only fish but also prey on the seeds of adult fish and other aquatic insects including frogs. Even in Borneo has been reported to prey on ducklings cork. This makes sense because in rivers and in swamps of Borneo there is a large cork (cork Toman / aruan and the like).

Channa striata known by many names. There was a call as aruan, haruan (Malayan and Banjar), kocolan (Batavia); bayong, Bogo, licingan, curses (Java), and others. In English, eels are also called by various names, such as common snakehead, snake-head murrel, chevron snakehead, striped snakehead also aruan. The scientific name is Channa striata (Bloch, 1793) and there was a call Ophiocephalus striatus.

Class: Pisces
Subclass: Actinopterygii
Order: Perciformes
Family: Channidaeae
Genus: Channa
Species: Channa sriata / Ophiocephalus striatus

There are several types of cork. Channa striata is a species of fish cork
easily found and has a relatively small body size. Another type is cork Toman Channa and Channa pleuropthalmus micropeltes. Toman cork is a cork type of large body size, reach a length of 1 meter with a weight of 5 kg.


Channa striata has a large head and somewhat flat like a snake's head (so called snakehead). There are big scales on the head. Gilig elongated round body, such as missiles or torpedoes. Elongated dorsal fin and caudal fin rounded at the tip. The upper side of the body from head to tail, dark brown or greenish black. The underside of body white. Side-streak streaky thick (striata).

This color often resemble the surrounding environment. Mouth large, with big teeth and sharp.
Catfish commonly found in public waters as wild fish. Many caught in lakes, swamps, rivers, and channels water to the rice paddies. In Indonesia, fish, cork initially only available in the west line of Wallacea (Sumatra, Java and Kalimantan). However, in the course of time, catfish introduced (inserted) into the territory of East Indonesia.

In some areas traversed by the flow of rivers such as in Sumatra and Kalimantan, the fish is often carried by flood cork into trenches around the house, or entering the maintenance of fish ponds and become pests that prey on pet fish. If the wetland, pond or ditch dries up, the fish will attempt to move to another place, or when forced to, will bury themselves in mud to place it back to water. Therefore, this fish is frequently encountered "walk" on land-especially in the evenings in summer, looking for other places that are still runny. Fish cork can survive without water because it can absorb free oxygen breathing on a ventilator in the form of "labyrinth".

As for who makes the cork can "walk" on land is the pectoral and pelvic fins are used to "walk".

Control
Usually these fish grab their prey at the surface into the pond so that if his presence can be immediately known. cork fish that will grab their prey usually quiet around the water plant (and thus invisible to the prey) and all of a sudden hurtling directly towards its prey and swallowing it. Large mouth allows for it.

In mating season, male and female catfish prepared in cooperation between the plants in the nest at the water's edge. The kids fish orange red black striped, swim in groups to move together to and fro in search of food. This young group is maintained by its parent. This is the best time to catch / expel the cork from the pool.

To prevent the introduction of cork to the pool, at the time of treatment, the pond must be completely dry up the cracks so as not to allow the cork to survive. Let the sunlight the pond is dried for several days. At the entry channel, from palm fiber filter mounted very tightly so that the seed and the dough did not enter into the pool with water flow.


If you already have in the pond catfish, must be immediately arrested. Usually the population is not so much. Mengggunakan cork can be lured with the bait in the form of small fish, frogs or eating children. Pemancingannya quite unique way, namely by moving the bait in the water. Moving bait is usually struck by foam because presumed prey. Cork are caught can be consumed because it tastes good and became a favorite food in some areas either in the form of fresh or dried / salted.

source: KhairulAmri and ToguanSihombing, PT.GramediaPustakaUtama, 2008

fish blogs

Predator Benih Ikan ( Ikan Gabus )

IKAN GABUS

Ikan gabus merupakan ikan air tawar liar dan predator benih yang rakus dan sangat ditakuti pembudidaya ikan. Ikan ini merupakan ikan buas (carnivore yang bersifat predator). Di alam, ikan gabus tidak hanya memangsa benih ikan tetapi juga ikan dewasa dan serangga air lainnya termasuk kodok. Bahkan di Kalimantan pernah dilaporkan gabus memangsa anak bebek. Ini masuk akal karena di sungai dan di rawa-rawa Kalimantan terdapat jenis gabus berukuran besar (gabus toman/aruan dan sejenisnya).

Ikan gabus dikenal dengan banyak nama. Ada yang menyebutnya sebagai aruan, haruan (Melayu dan Banjar), kocolan (Betawi); bayong, bogo, licingan, kutuk (Jawa); dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris, belut juga disebut dengan berbagai nama, seperti common snakehead, snake-head murrel, chevron snakehead, striped snakehead juga aruan. Name ilmiahnya adalah Channa striata (Bloch, 1793) dan ada yang menyebutnya Ophiocephalus striatus.

Kelas: Pisces
Subkelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Famili: Channidaeae
Genus: Channa
Species: Channa sriata/ Ophiocephalus striatus

Ada beberapa jenis gabus. Channa striata merupakan jenis ikan gabus yang
banyak ditemui dan memiliki ukuran tubuh relatif kecil. Jenis lain adalah gabus toman Channa micropeltes dan Channa pleuropthalmus. Gabus toman merupakan jenis gabus yang berukuran tubuh besar, mencapai panjang 1 meter dengan berat 5 kg.


Ikan gabus memiliki kepala berukuran besar dan agak gepeng mirip kepala ular (sehingga dinamai snakehead). Terdapat sisik-sisik besar di atas kepala. Tubuh berbentuk bulat gilig memanjang, seperti peluru kendali atau torpedo. Sirip punggung memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya. Sisi atas tubuh dari kepala hingga ke ekor berwarna gelap, hitam kecokelatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh putih. Sisi samping bercoret-coret tebal (striata).

Warna ini sering kali menyerupai lingkungan sekitarnya. Mulut besar, dengan gigi-gigi besar dan tajam.
Ikan gabus biasa ditemukan di perairan umum sebagai ikan liar. Banyak ditangkap di danau, rawa, sungai, dan saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah. Di Indonesia, ikan gabus awalnya hanya terdapat di barat garis Wallacea (Sumatera, Jawa, dan Kalimantan). Namun dalam perjalanan waktu, ikan gabus diintroduksi (dimasukkan) ke wilayah Indonesia Timur.

Pada beberapa daerah yang dilalui aliran sungai besar seperti di Sumatera dan Kalimantan, ikan gabus seringkali terbawa banjir ke parit-parit di sekitar rumah, atau memasuki kolam-kolam pemeliharaan ikan dan menjadi hama yang memangsa ikan-ikan peliharaan. Jika sawah, kolam atau parit mengering, ikan ini akan berupaya pindah ke tempat lain, atau bila terpaksa, akan mengubur diri di dalam lumpur hingga tempat itu kembali berair. Oleh sebab itu ikan ini acap kali ditemui "berjalan" di daratan—khususnya di malam hari di musim kemarau—mencari tempat lain yang masih berair. Ikan gabus bisa bertahan hidup tanpa air karena bisa bernapas menyerap oksigen bebas menggunakan alat bantu pernapasan berupa "labirin".

Adapun yang membuat gabus bisa "berjalan" di daratan adalah sirip dada dan sirip perut yang digunakan untuk "melangkah".

Pengendalian
Biasanya ikan ini menyambar mangsa di permukaan sehingga jika masuk ke kolam kehadirannya dapat segera diketahui. lkan gabus yang akan menyambar mangsa biasanya berdiam diri di sekitar tanaman air (sehingga tidak terlihat oleh mangsanya) dan secara tiba-tiba meluncur cepat ke arah mangsanya dan langsung menelannya. Mulutnya yang besar memungkinkan untuk itu.

Pada musim kawin, ikan gabus jantan dan betina bekerjasama menyiapkan sarang di antara tumbuhan di tepi air. Anak-anak ikan berwarna jingga merah bergaris hitam, berenang dalam kelompok yang bergerak bersama-sama kian kemari untuk mencari makanan. Kelompok muda ini dijaga oleh induknya. Ini merupakan saat yang paling baik untuk menangkap/mengusir gabus dari kolam.

Untuk mencegah masuknya gabus ke kolam, pada saat pengolahan, dasar kolam harus benar-benar kering sampai retak-retak sehingga tidak memungkinkan gabus bertahan hidup. Biarkan dasar kolam dijemur sinar matahari selama beberapa hari. Pada bagian saluran pemasukan, dipasang saringan dari ijuk yang sangat rapat sehingga benih dan telur gabus tidak ikut masuk ke kolam bersama aliran air.

Jika di dalam kolam sudah terdapat ikan gabus, harus segera ditangkap. Biasanya populasinya tidak begitu banyak. Gabus dapat dipancing dengan mengggunakan umpan berupa ikan kecil, anak kodok atau eating. Cara pemancingannya cukup unik, yaitu dengan menggerak-gerakkan umpan di permukaan air. Umpan yang bergerak biasanya disambar gabus karena disangka mangsanya. Gabus yang tertangkap dapat dikonsumsi karena memang rasanya enak dan menjadi makanan favorit di beberapa daerah baik dalam bentuk segar maupun kering/asin.

sumber : Khairul Amri dan Toguan Sihombing, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008 

fish blogs 

Jumat, 07 Mei 2010

predatory fish (eel)

predatory fish (eel)

1. Eel
Eel (eel), although it was not like fish, in truth, including economically important fish species in Indonesia. However, eels are also classified as wild fish are hooked small fish prey (seeds). Eels feared as a predator of the seeds for living fully in the water with the fish that are kept. These animals are hiding in a muddy pond or make holes in the embankments of the pond. When hungry, eel pond surface in search of food.
Eels have elongated round body and a dorsal, caudal and anal fins are only slightly visible. Despite belonging to a group of fish but the shape of his head did not look like fish gills and tutuo very small.

Eels have a body covered with very slippery mucus that many scales instead of body armor. Every now and then head to surface water to inhale oxygen. as nocturnal animals, eels actively foraging at night.

In nature, living in mud eel ponds, rice fields, marshes and at times a little or a gutter. In Indonesia, since 1979, began to be cultivated eels and one export commodity. Eel Sentra in Indonesia is the provincial IN Yogyakarta and West Java, while in other areas are shelters-eel eels caught from the wild or as a post shelter.

Generally recognized three kinds of eel, which is the swamp eel, eel rice fields or ponds, and eel times / sea. Frequently encountered type of eel is an eel rice fields or ponds. Eel pond has a large body size could even for a toddler's arm with a body length of 60 cm. Systematics are as follows:
Class: Pisces
Subclass: Teleostei
Order: Synbranchoidae
Family: Synbranchidae
Genus: Synbranchus
Species: Monopterus albus / alba Fluta (eel rice); Macrotrema caligans (eel rice: in West Java; eel Dami: Central Java); Synbranchus bengalensis (swamp eel).

Eels are found in ponds or rice fields at high or low lying areas. Eels hemaprodite properties ie experiencing a change in sex than females (when small, measuring less than 35 cm long) and a male (when a large, body length of more than 40 cm). Eels also has properties in a state where hungry cannibals.

Control
Existing swimming eel eels are usually marked with holes. This hole is a "home" place to live eels. Holes are made eel pond is leaking even sometimes make the dike collapsed. Eels that are incubating eggs or caring for children is marked by the number of foam at the mouth of the hole.

Control efforts difficult because of eels including eel hiding in a hole or mud base. There are farmers who spread poison / tuba to kill the eels in the process of draining the pond. Suggested toxins are the root of tubal or saponin (from the tea flower material). In addition, many also are trying to catch eels alive for consumption because the meat is delicious. This way is more advisable though less effective.


How to catch eels are generally done is to use bare hands or a special gear for eels. Catching up with the hand is possible if the pond bottom mud dried and flip-flops. Usually eel will come out and stay arrested. If using an eel catcher, could be given fishing bait minnow or frog child. Rod inserted into the hole eel

and the hungry will eat eel bait fishing line is then drawn so that the eels carried out of the hole. Other fishing gear such as trap / posong, netting / mesh soft-edged. If using a trap, bait is placed inside and Bubu Bubu planted in the mud in the afternoon. Bubu was appointed the next morning. In West Sumatra, a popular fishing eels are using fish trap called Bubu.

source: Khairul Amri and ToguanSihombing, PT. GramediaPustakaUtama, 2008

Kamis, 06 Mei 2010

Predator benih ikan (belut)

Predator benih ikan (belut)

BELUT

Belut (eel) meski tidak mirip ikan, sejatinya termasuk jenis ikan ekonomis penting di Indonesia. Namun, belut juga tergolong ikan buas yang doyan memangsa ikan-ikan kecil (benih). Belut ditakuti sebagai pemangsa benih karena hidup sepenuhnya di air bersama ikan yang dipelihara. Hewan ini bersembunyi di dasar kolam yang berlumpur atau membuat lubang di tanggul-tanggul kolam. Ketika lapar, belut muncul ke permukaan dasar kolam untuk mencari makan.
Belut memiliki tubuh bulat memanjang dan memiliki sirip punggung, sirip ekor dan sirip dubur yang hanya terlihat sedikit. Meskipun termasuk kelompok ikan tetapi bentuk kepalanya sama sekali tidak mirip ikan dan tutuo insangnya sangat kecil.

Belut memiliki tubuh yang sangat licin ditutupi lendir yang banyak sebagai ganti sisik pelindung tubuh. Sesekali kepalanya muncul ke permukaan air untuk menghirup oksigen. sebagai hewan nokturnal, belut aktif mencari makan pada malam hari.

Di alam, belut hidup di lumpur kolam, sawah, rawa dan di kali kecil atau selokan. Di Indonesia, sejak tahun 1979, belut mulai dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor. Sentra budidaya belut di Indonesia adalah provinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa Barat, sementara di daerah lainnya merupakan tempat penampungan belut-belut tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan.

Secara umum dikenal 3 jenis belut, yaitu yaitu belut rawa, belut sawah atau kolam, dan belut kali/laut. Jenis belut yang sering dijumpai adalah belut sawah atau kolam. Belut kolam memiliki ukuran tubuh yang besar bahkan bisa sebesar lengan anak balita dengan panjang tubuh 60 cm. Sistematikanya adalah sebagai berikut:
Kelas: Pisces
Subkelas: Teleostei
Ordo: Synbranchoidae
Famili: Synbranchidae
Genus: Synbranchus
Species: Monopterus albus/Fluta alba (belut sawah); Macrotrema caligans (belut padi: di Jawa Barat; belut dami: di Jawa Tengah); Synbranchus bengalensis (belut rawa).

Belut ditemukan di kolam atau sawah di daerah dataran tinggi maupun rendah. Belut memiliki sifat hemaprodite yakni mengalami pergantian kelamin dari betina (ketika kecil, berukuran panjang di bawah 35 cm) dan menjadi jantan (ketika besar, panjang tubuh lebih dari 40 cm). Belut juga mempunyai sifat kanibal apabila dalam keadaan lapar.

Pengendalian
Kolam yang ada belutnya biasanya ditandai dengan lubang belut. Lubang ini merupakan "rumah" tempat tinggal belut. Lubang yang dibuat belut kadangkala membuat kolam bocor bahkan tanggul jebol. Belut yang sedang mengerami telur atau mengasuh anaknya ditandai dengan banyaknya busa di mulut lubang.

Upaya pengendalian belut termasuk sulit karena belut bersembunyi di lubang atau dasar lumpur. Ada peternak yang menebar racun/tuba untuk membunuh belut dalam proses pengeringan kolam. Racun yang disarankan adalah akar tuba atau saponin (dari bahan kembang teh). Di samping itu, banyak juga yang berupaya menangkap belut hidup-hidup untuk dikonsumsi karena dagingnya yang enak. Cara seperti ini lebih disarankan meski kurang efektif.


Cara menangkap belut yang umum dilakukan adalah dengan menggunakan tangan kosong atau alat tangkap khusus untuk belut. Penangkapan dengan tangan dimungkinkan apabila kolam dikeringkan dan lumpur dasar kolam diaduk-aduk. Biasanya belut akan keluar dan tinggal ditangkap. Jika menggunakan alat penangkap belut, bisa berupa pancing yang diberi umpan ikan kecil atau anak kodok. Pancing dimasukkan ke dalam lubang belut

dan belut yang lapar akan memakan umpan tersebut kemudian tali pancing ditarik sehingga belut ikut terbawa keluar dari lubang. Alat tangkap lain berupa bubu/posong, jaring/jala bermata lembut. Jika menggunakan bubu, umpan diletakkan di dalam bubu tersebut dan bubu ditanam di lumpur pada sore hari. Keesokan paginya bubu diangkat. Di Sumatera Barat penangkapan belut yang populer adalah menggunakan bubu yang disebut lukah.

sumber : Khairul Amri dan Toguan Sihombing, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008

Rabu, 05 Mei 2010

Predator benih ikan - Kepiting / Yuyu

KEPITING/YUYU

Kepiting atau ketam yang menjadi predator benih di kolam pembenihan dan pendederan ikan adalah kepiting air tawar. Dalam bahasa Sunda disebut keuyeub sementara orang Jawa menamakannya yuyu. Jenis kepiting air tawar yang paling merugikan pembenih ikan adalah kepiting sawah Paratelphusa convexa dan kepiting sungai Paratelphusa tridentata.

Kepiting memangsa benih dengan jalan menangkap benih menggunakan dua capitnya. Umumnya benih yang dicapit kepiting tidak
meloloskan diri dan mengalami luka kemudian mati. Kepiting memangsa benih tidak serakus predator lainnya. Namun demikian, hal lain yang membuat peternak atau pembenih ikan mengalami kerugian besar adalah kebocoran tanggul. Hal ini disebabkan sifat kepiting yang suka bersembunyi di dalam lubang, dan umumnya lubang dibuat di sepanjang tanggul sehingga tanggul bocor. Kebocoran tanggul menjadi jalan bagi benih untuk meloloskan diri.


■ Pengendalian
Idealnya kolam pembenihan dan pendederan ikan bebas dari kepiting. Pada sebagian daerah seperti dataran rendah dan lokasi-lokasi tertentu, populasi yuyu kadangkala sangat banyak. Ada baiknya, perencanaan pembangunan kolam memperhatikan kemungkinan adanya populasi yuyu ini. Jika di daerah yang akan dibangun kolam tersebut memiliki populasi yuyu dalam jumlah besar, ada baiknya dari awal sudah direncanakan pembangunan kolam dari bahan tembok atau beton.

Kepiting dapat diikendalikan dengan jalan memberantas secara langsung, yakni dengan menangkapi dan membunuh kepiting di luar tanggul dan di lubang-lubang tanggul. Caranya, dengan menggali lubang yuyu dan yuyu yang tertangkap langsung dimatikan. Bekas lubang yuyu dapat ditimbun dengan tanah atau batu sehingga padat kembali. Cara lain memberantas predator ini adalah dengan menaburkan sekam padi ke dalam lubang-lubang yuyu sehingga dengan sendirinya yuyu akan keluar dlan pindah ke tempat lain.

sumber : Khairul Amri dan Toguan Sihombing, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008

Kamis, 29 April 2010

Predator Benih Ikan - LINSANG/SERO

LINSANG/SERO

Linsang merupakan predator ikan yang paling "bandel" dan paling "cerdas" mencuri ikan di kolam atau sawah. Di Sumatera Barat, umumnya kolam-kolam ikan yang lokasinya berdekatan dengan sungai, menjadi target utama linsang. Banyak peternak ikan yang frustrasi menghadapi sepak terjang linsang ini.

Ada banyak nama untuk linsang di Indonesia. Sebagian orang menyebutnya berang-berang. Orang Sunda menamainya sero. Nama daerah lainnya adalah : wargul, linsang, rinsang, welingsang (Jawa); silo-silo, simung, dengen (Sumatera); arangan (Berau, Kalimanta); rengan (Kutai, Kalimantan); dongen (Ngaju, Dayak); ambrang, anjing air, barang-barang "(Melayu).

Secara ilmiah linsang termasuk binatang menyusui, kelas Mammalia, dari famili Mustelidae. Ada banyak jenis/spesies yang ditemukan di indonesia. Semuanya potensial sebagai predator ikan yang sangat rakus.

Masing-masing jenis linsang di atas memiliki ciri khas sehingga bisa dibedakan dengan mudah, yakni:
a. Sero cakar kecil. Linsang jenis ini memiliki ukuran tubuh yang kecil. Cakarnya juga berukuran kecil dan tidak menonjol di bawah kaki. Selain itu, moncongnya kecil dan tidak terdapat bulu. Ukuran tengkorak kecil, warna bulu atas cokelat gelap dan sedikit merah mengilap. Sementara bulu bagian bawah tubuhnya berwarna pucat. Linsang jenis ini biasanya tinggal di daerah-daerah pinggiran sungai, pantai, kuala, dan telaga hutan.

b. Sero berkumis. Linsang jenis ini memiliki kepala yang agak pipih dan melebar dengan moncong lebar dilengkapi cambang kaku. Jika diperhatikan lebih teliti, telinganya berukuran kecil dan tersembunyi clibalik rambut-rambut. Bulu badan halus dan lembut sekali menyerupai wol dengan warna putih kekuning-kuningan. Linsang jenis ini biasanya tinggal di daerah sungai dan perairan pantai.

c. Sero bulu licin. Cirinya hampir sama dengan sero berkumis. Perbedaannya adalah tidak terdapat rambut pada bantalan hidung. Linsang jenis ini hidup di daerah danau, sungai, bendungan, kanal dan pantai.

d. Sero utara. Linsang jenis ini dicirikan dengan bagian atas tubuh berwarna cokelat gelap. Dagu dan tenggorokannya terlihat berwarna pucat. Hidupnya di sungai dan rawa-rawa di daerah hutan.

Linsang umumnya memangsa ikan di kolam pada malam hari. Tandatanda kolam pernah dimasuki linsang adalah apabila di sekitar kolam ditemukan kotoran linsang yang berbau menyengat. Umumnya pada kotoran linsang terdapat sisa-sisa tulang dan sisik ikan yang tidak tercerna dengan balk. Biasanya linsang membuang kotoran tidak jauh dari tempatnya memangsa ikan.

Jika memangsa ikan di kolam, linsang mempunyai kebiasaan "mengaduk-aduk" kolam sampai ikan "mabuk" dan mudah ditangkap. Atau ikan terjebak di pojok kolam dan kemudian dengan mudah ditangkap. Ketika menangkap mangsa di kolam, linsang bertindak "kasar" menimbulkan suara percikan air kolam. Biasanya mereka saling mengeluarkan siulan dengan kawanannya


Pengendalian
Kebiasaan linsang: jika sukses memangsa di sebuah kolam, linsang akan kembali ke lokasi tersebut keesokan malamnya. Untuk itu, di beberapa daerah seperti di Sumatera Barat, peternak ikan memasang "bunyi-bunyian" di kolam. Ada bunyi-bunyian berupa kaleng yang digoyang-goyang, juga mainan kincir air yang dirancang sedemikian rupa sehingga menimbulkan bunyi seperti orang sedang menuang air. Padahal itu merupakan bunyi tabung air pada kincir mainan. Pengendalian juga dapat dilakukan dengan memasang rintangan berupa ranting-ranting bambu di kolam selain jaring pengaman dari bahan tambang yang kuat.

Untuk pembasmian, dapat dilakukan perburuan linsang menggunakan anjing pemburu. Atau memasang perangkap khusus yang diletakkan di jalur jalan yang biasa digunakan linsang menuju kolam. Pencegahan berupa pembersihan lingkungan sekitar kolam akan sangat membantu. Pemagaran lingkungan kolam dan pemasangan lampu penerangan di bagian-bagian tertentu sangat efektif mencegah linsang. Kolam yang terang-benderang membuat linsang tidak berani memasuki area perkolaman.

sumber : Khairul Amri dan Toguan Sihombing, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008

Sabtu, 24 April 2010

seed predator fish - monitor lizards

seed predator fish - monitor lizards

Monitor lizard

Lizard in another language called bayawak (Sunda), menyawak or nyambik (Java), berekai (Madura), and the monitor lizard or goanna (UK).
Including reptiles lizards attends nursery ponds and fish hatcheries. Animals belonging to these reptiles are a group of large lizards of the family of lizards (Varanidae). More complete systematic way as follows.

Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Reptiles
Order (nation): Squamata
Familia: Varanidae
Genus: Varanus

There are many types of lizards, but are generally detrimental to fish breeders are lizards of the species / species of Varanus salvator. Body length (snout to tip of tail) approximately 1 m, although some are able to reach 2.5 m. As the name implies, water monitor lizards generally live by the river or canal water, lake, beaches, and marshes, including mangrove swamps.


Clever iguana to climb trees, do not be surprised if the existing pond was climbing the tree found in lizards. In addition to prey on fish, lizards also target the birds nest in trees to prey on eggs and baby bird.

Lizards reproduce by laying eggs. At the time of the breeding season is often a fight broke out fight over females. The mating of the eggs will be stored in sand or mud on the banks of a pond, wetland or river, mixed with rotting leaves and twigs. Hot sunshine and leaf litter decomposition process will help to warm the eggs and hatching eggs.

■ Control
Lizards, including predatory fish is very greedy and should be kept away from the pond and fish hatchery units. It belongs to the bravest of predatory fish because the fish into the pond anytime even noon. Sometimes if not expelled immediately fled, Some are even trying to fight back. For that we need the courage to face it.
How to remove the lizard from the pond to catch fish is by using a trap or a hook. Trap or a hook was put in place often visited by lizards. In some areas of Sumatra and parts of Java, residents routinely hunt lizards, usually with the aid of hounds. Lizards are concerned will take the fight against the dog and the dog usually wins. After successfully disabled, lizards immediately arrested and tied up. Meat and hides for sale. Meat lizard skin disease believed to be drug and monitor lizard skins are usually used as raw materials handicraft bags, purses, etc..

Source: Khairul Amri and ToguanSihombing, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008

predator benih ikan - Biawak

BIAWAK

Biawak dalam bahasa lain disebut bayawak (Sunda), menyawak atau nyambik (Jawa), berekai (Madura), dan monitor lizard atau goanna (Inggris).
Biawak termasuk reptil yang rajin menyambangi kolam pembenihan dan pendederan ikan. Binatang yang tergolong reptilia ini merupakan kelompok kadal berukuran besar dari keluarga biawak-biawakan (Varanidae). Secara lebih lengkap sistematikanya sebagai berikut.

Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Kelas: Reptil
Ordo (bangsa) : Squamata
Familia: Varanidae
Genus: Varanus

Ada banyak jenis biawak, namun yang umumnya merugikan peternak Ikan adalah biawak dari jenis/species Varanus salvator. Panjang tubuhnya (moncong hingga ujung ekor) sekitar 1 m, meskipun ada pula yang dapat mencapai 2,5 m. Sesuai namanya, biawak air umumnya hidup di tepi sungai atau saluran air, tepi danau, pantai, dan rawa-rawa termasuk rawa bakau.


Biawak pandai memanjat pohon, tidak heran bila di kolam yang ada pohonnya ditemukan biawak sedang memanjat. Selain memangsa ikan, biawak juga mengincar sarang burung di pohon untuk memangsa telur dan anak burung.

Biawak berkembang biak dengan bertelur. Pada saat musim kawin sering terjadi perkelahian memperebutkan betina. Telur-telur hasil perkawinan akan disimpan di pasir atau lumpur di tepian kolam, sawah atau sungai, bercampur dengan daun-daun busuk dan ranting. Panas sinar matahari dan proses pembusukan serasah akan menghangatkan telur dan membantu penetasan telur.

■ Pengendalian
Biawak termasuk pemangsa ikan yang sangat rakus dan harus dijauhkan dari kolam dan unit pembenihan ikan. Binatang ini termasuk predator ikan yang paling berani karena masuk ke kolam ikan kapan saja bahkan Siang hari. Kadang kala jika diusir tidak serta-merta melarikan diri, malah ada yang berusaha melawan. Untuk itu perlu keberanian menghadapinya.
Cara menghilangkan biawak dari kolam ikan adalah dengan menangkap menggunakan jerat atau kail. Jerat atau kail itu dipasang di tempat yang sering didatangi biawak. Di beberapa daerah di Sumatera dan sebagian Jawa, penduduk secara rutin berburu biawak, biasanya dengan bantuan anjing pemburu. Biawak yang kepepet akan melakukan perlawanan terhadap anjing dan biasanya anjing yang menang. Setelah berhasil dilumpuhkan, biawak langsung ditangkap dan diikat. Daging dan kulitnya dijual. Daging biawak dipercaya sebagai obat penyakit kulit dan kulit biawak biasanya dijadikan bahan baku kerajinan tas, dompet, dll.

Sumber : Khairul Amri dan Toguan Sihombing, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008

Jumat, 23 April 2010

Seed predator fish - Snake

Seed predator fish - Snake

Snake (snake) is a not-legged reptile animals and long bodied. Snakes have scales like a lizard and both were classified into the scaly reptiles (squamata). The difference, in general-legged lizards, have ears, and eyelids that can open the lid. Snake is one of the most successful reptiles evolved in the world. There are lots of families, genera and species of snakes that live in the world today. Systematics are as follows:
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Sub-phylum: Vertebrates
Class: Sauropsida
Order (nation): Squamata.
Suborder: Serpentes, Linn, 1758.

Snakes swallow their prey to eat; means, without the chewed into pieces smaller. Teeth in the mouth of the snake is not working for chewing, but to hold their prey in order not easily separated. In order to smoothly swallowed, the snake usually choose to swallow their prey head first.
To warm the body and help smooth digestion, snakes often bask in the sun. Snakes reproduce by laying eggs. The number of eggs could be a few, tens or even hundreds of eggs. Snakes have no ears and eardrums, and has no sense of privilege on the sharpness of the eye. His eyes are always open and covered with a thin membrane that is easy to see the movement around him, unfortunately he could not focus her eyes. Snakes can only see clearly at close range. Senses that a snake is the mainstay of scales on his belly, which can capture the vibration of a human or other animal step. There is a hole between the eyes and mouth. snakes can serve as thermosensorik (heat sensor) this organ is usually called a niche or organs "Jacobson". Snakes can also determine the change of temperature due to the arrival of other creatures.

There are many types of snakes, but really a threat to fish is a snake that live in aquatic or semi-aquatic (water snake) in ponds, rice fields, rivers, swamps and lakes. This aquatic snakes prey on fish, frogs, tadpoles, and fish eggs. According to (Sachlan, 1975) fish prey on the greedy snake is a snake or a snake sacking Genis Striped (Homalopsis buccata). Snakes of this kind that loved to eat fish and fish seed is still sized adult.
In addition, there are also other types of water snakes found in the pond that is the rainbow water snake (Enhydris enhydris). Rainbow water snakes are often found in the channels of water, fish ponds, wetland environments, marshes and small rivers that have current calm. Rainbow serpent is very fond of prey on small fish, and often become pests in the maintenance of fish ponds. Other prey are frogs, toads, including children, and also predicted a lizard.
Bodied rainbow water snakes are relatively moderate, the maximum length of 80 cm, although most between 50-60 cm. Small-headed, paunchy, and short tail. Back (dorsal), generally light brown to olive-gray-black, with a pair of lighter colored line next to the backbone line. Body side (lateral) side down, bright yellowish or whitish, bordered blackish zigzag lines along the boundary with the ventral scales (stomach).

Sometimes it looks a little pink line faintly in the light of this, a similar pattern of elongated lace. The underside of the body (ventral), yellowish or whitish, sometimes with spots or faint line along the middle line.
At the time of morning and afternoon, a rainbow water snakes are often seen out head and partial body of water, and silence resembling kindling. There are times when some snakes appear together in the distance that is not how far.


■ Control:
Snakes can be controlled by way of direct capture these snakes. On the island of Java and Lampung, the hunting of wetland snakes and snake swimming a lot done at night, the snakes are taken skin and then sold. The trick with "ngobor" using a lamp pumped or center, and a snake that looks directly captured using hand. These snakes are not venomous or poisonous weak (mildly venomous), so its bite is not deadly. In some places in the interior of Central Java, the children often catch this snake snared by a stick through the head leaves. Alternatively, given the seed pool fence that snakes can not get into the pool area.

Source: Khairul Amri and ToguanSihombing, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008

Predator Benih Ikan - Ular

ULAR

Ular (snake) merupakan hewan reptil tak berkaki dan bertubuh panjang. Ular memiliki sisik seperti kadal dan sama-sama digolongkan ke dalam reptil bersisik (squamata). Perbedaannya, kadal pada umumnya berkaki, memiliki lubang telinga, dan kelopak mata yang dapat dibuka tutup. Ular merupakan salah satu reptil yang paling sukses berkembang di dunia. Ada banyak famili, genus dan spesies ular yang hidup di dunia saat ini. Sistematikanya adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Sub phylum: Vertebrata
Klasis (kelas): Sauropsida
Ordo (bangsa): Squamata.
Subordo: Serpentes, Linn, 1758.

Ular memakan mangsanya bulat-bulat; artinya, tanpa dikunyah menjadi keping-keping yang lebih kecil. Gigi di mulut ular tidak berfungsi untuk mengunyah, melainkan untuk memegang mangsanya agar tidak mudah terlepas. Agar lancar menelan, ular biasanya memilih menelan kepala mangsanya lebih dahulu.
Untuk menghangatkan tubuh dan membantu kelancaran pencernaan, ular kerap kali berjemur di bawah sinar matahari. Ular berkembang biak dengan bertelur. Jumlah telurnya bisa beberapa, puluhan bahkan ratusan butir. Ular tidak memiliki daun telinga dan gendang telinga, dan tidak mempunyai keistimewaan pada ketajaman indera mata. Matanya selalu terbuka dan dilapisi selaput tipis sehingga mudah melihat gerakan di sekelilingnya, sayangnya ia tidak dapat memfokuskan pandangannya. Ular baru dapat melihat dengan jelas dalam jarak dekat. Indera yang menjadi andalan ular adalah sisik pada perutnya, yang dapat menangkap getaran langkah manusia atau binatang lainnya. Lubang yang terdapat antara mata dan mulut. ular dapat berfungsi sebagai thermosensorik (sensor panas)organ ini biasa disebut ceruk atau organ "Jacobson". Ular juga dapat mengetahui perubahan suhu karena kedatangan mahluk lainnya.

Ada banyak jenis ular, namun yang betul-betul menjadi ancaman bagi benih ikan adalah ular yang hidup secara akuatik atau semi-akuatik (ular perairan) di kolam, sawah, sungai, rawa maupun danau. Ular-ular perairan ini memangsa ikan, kodok, berudu, dan telur ikan. Menurut (Sachlan, 1975) ular yang rakus memangsa ikan adalah ular genis atau ular kadut belang (Homalopsis buccata). Ular jenis ini gemar sekali memakan ikan yang masih berukuran benih maupun ikan dewasa.
Selain itu, ada juga jenis ular air lainnya yang ditemukan di kolam yakni ular air pelangi (Enhydris enhydris). Ular air pelangi kerap ditemui di saluran-saluran air, kolam-kolam ikan, lingkungan sawah, rawa dan sungai-sungai kecil yang berarus tenang. Ular pelangi ini amat gemar memangsa ikan kecil, dan seringkali menjadi hama di kolam-kolam pemeliharaan ikan. Mangsa lainnya adalah kodok, termasuk berudunya, dan diperkirakan juga kadal.
Ular air pelangi bertubuh relatif sedang, panjang maksimum 80 cm, meski kebanyakan antara 50-60 cm. Berkepala kecil, berperut gendut, dan berekor pendek. Punggung (dorsal) umumnya berwarna cokelat muda zaitun hingga abu-abu kehitaman, dengan sepasang garis berwarna lebih terang di sebelah garis tulang punggung. Sisi samping badan (lateral) sebelah bawah berwarna terang kekuningan atau keputihan, dibatasi garis zigzag kehitaman di sepanjang batas dengan sisik-sisik ventral (perut).

Terkadang terlihat garis warna merah jambu agak samar di bagian terang ini, serupa pola renda memanjang. Sisi bawah tubuh (ventral) kekuningan atau keputihan, kadang-kadang dengan bintik-bintik atau garis samar sepanjang garis tengahnya.
Di waktu pagi dan Siang, ular air pelangi kerap terlihat mengeluarkan kepala dan sebagian badannya dari air, dan berdiam diri menyerupai ranting kayu. Ada kalanya beberapa ekor ular muncul bersama dalam jarak yang tidak berapa jauh.


■ Pengendalian:
Ular bisa dikendalikan dengan jalan menangkap langsung ular-ular tersebut. Di pulau Jawa dan Lampung perburuan terhadap ular sawah dan ular kolam banyak dilakukan pada malam hari ular-ular ini diambil kulitnya dan kemudian dijual. Caranya dengan "ngobor" menggunakan lampu petromak atau center, dan ular yang terlihat langsung ditangkap menggunakan tangan. Ular ini tidak berbisa atau berbisa lemah (mildly venomous) sehingga gigitannya tidak mematikan. Di beberapa tempat di pedalaman Jawa Tengah, anak-anak sering menangkap ular ini dengan cara dijerat dengan lidi daun kepala. Cara lain, kolam benih diberi pagar sehingga ular tidak bisa masuk ke area perkolaman.

Sumber : Khairul Amri dan Toguan Sihombing, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008

Pest control predator fish - frogs

Pest control predator fish - frogs

Control frogs

Adult frogs that live on land is a dangerous predator for the fish fry. In the tadpole, tadpoles and young frogs, toads compete with fish food and the room in which to live so that reduces the oxygen dissolved in water and multiply the remainder of metabolisms.
Adult frogs were found to prey on the seeds of hatchery fish in the pond and the pond and in the fields if the seeds are kept in the rice fields. Seeds of fish and large fish are often swallowed by a hungry frog. In addition to seed and large-sized fish, frogs also prey on fish eggs to be hatched, so the presence of frogs in the pond
seeding and separation is very detrimental to fish farmers.


as carnivores, frogs have a wide mouth that serves to facilitate the capture and swallow prey. Viewed from the color of the body, green frogs
prefer to lurk around the body or green plants as a disguise. At the stalking prey, frogs can survive long enough in silence, without moving. In terms of capturing prey, toads tend to prefer waiting for a victim who approached him rather than chasing back and forth.
If at the hatchery and nursery ponds found in frogs, the frogs must be controlled as early as possible. Effort to control the frog in the pond seeding 'or nursery that is not too wide so easy. The difficult part is in the hatchery business units large enough. Because, until now there has been no effective effort to eradicate the frogs. Frog poisoned with chemicals will adversely affect the surrounding environment and is strongly discouraged. There are three kinds of mechanical control is recommended, namely: infrastructure repair pool, cleanliness of the location control, and disposal of the eggs.


 Improve Infrastructure Pool

The existence of frogs around the pool area is generally caused by two things, namely food availability factor of the form factor and fish seed water as a medium for laying eggs, because in the course of his life he needs water to incubate eggs and raise the tadpoles, tadpoles and young frogs.
From observation, the seed-filled pond carp and African catfish was visited more than a frog pond filled with carp and tilapia seed. Nature of carp seed in the night
who likes to be on the surface of the water and pulled up toward the ridge or the nature of the seed of the African catfish actively feed at night and often to the edge to attract frogs to ambush him. While carp and tilapia at night rather stay in the middle of the pond and are rarely at the edge of the embankment. Toads prefer foods and willing to move closer to the edge of the embankment.
To control the presence of frogs is highly recommended because the brick edge of the pond was a frog with a concrete embankment will be difficult to find a good seat for stalking prey. If he had already entered into the pool, he can not get out again. Toads that do not have perches usually not be successful prey fish.
At the time of dike repair, try flattening the embankment with no gaps that could be used to place a surveillance frogs. It would be better if the dike is given a plastic coating. Or 50 cm from the dike towards the middle of the pond was given a plastic fence so that fish can not get to the edge of the embankment. Vice versa, frogs and eels can not enter the space occupied by fish ponds.

 Controlling Cleanliness Location
Place a clean, less suitable for frogs for prey, because it is less favored by the victim who was also looking for food or rest. Therefore, it is advisable to control weed growth around the dike, or who, stuck into the pool. Location of the many bushes around the pond
grassy ditches and rice fields that can become a frog hangout at noon.
 Discard Eggs from Swimming
Control activities by removing the interference frog eggs are also highly recommended. Eggs that will hatch already causing effects as discussed earlier. To more easily, use seser to collect eggs into a bowl. Further waste eggs on the ground so as not to be hatched.
The most accurate way but it takes time and patience is the eradication of toad mechanically. There catching frogs in the pond and then kill or move to another place. Besides, if it finds a frog egg to immediately dispose of and action on tackling this is done routinely. Eggs can be diserok with scoopnet (small tangguk) of gauze fabric. Eggs are removed from the water will die if exposed to direct sunlight.

Source: Khairul Amri and ToguanSihombing, PT. GramediaPustakaUtama, 2008

Pengendalian Hama Predator Kodok

Pengendalian hama predator ikan

Pengendalian
Kodok dewasa yang hidup di darat merupakan predator yang berbahaya bagi benih ikan. Pada masa kecebong, berudu dan kodok muda, kodok menyaingi makanan ikan dan ruangan tem¬pat hidup sehingga mengurangi kandungan oksigen dalam air dan memperbanyak sisa metabolisms.
Kodok dewasa banyak ditemukan sedang memangsa benih-¬benih ikan di kolam pembenihan dan kolam pendederan dan di sawah jika benih dipelihara di sawah. Benih ikan dan ikan ber¬ukuran besar sering kali ditelan kodok yang kelaparan. Selain benih dan ikan berukuran besar, kodok juga memangsa telur-telur ikan yang akan ditetaskan, sehingga kehadiran kodok di kolam
pembenihan dan pendederan sangat merugikan peternak ikan.


sebagai hewan karnivora, kodok memiliki mulut yang lebar yang berfungsi untuk mempermudah menangkap dan menelan bulat-bulat mangsanya. Dilihat dari warna tubuhnya, kodok hijau
lebih suka mengintai di sekitar benda atau tumbuhan yang ber¬warna hijau sebagai penyamaran. Pada saat mengintai mangsa, kodok mampu bertahan cukup lama berdiam diri tanpa bergerak. Dalam hal menangkap mangsa, kodok cenderung lebih suka menanti korban yang mendekatinya daripada mengejar ke sana¬ kemari.
Jika di kolam pembenihan dan pendederan ditemukan kodok, maka kodok ini harus segera dikendalikan sedini mungkin. Upaya pengendalian kodok di kolam pembenihan' ataupun pendederan yang tidak terlalu luas sangat mudah. Yang sulit adalah pada unit usaha pembenihan yang cukup luas. Sebab, sampai saat ini belurn ada upaya yang efektif membasmi kodok. Meracun kodok dengan bahan kimia akan berdampak buruk terhadap lingkungan sekitar dan sangat tidak dianjurkan. Ada tiga macam pengendalian secara mekanis yang dianjurkan yaitu: perbaikan prasarana perkolaman, pengontrolan kebersihan lokasi, dan pembuangan telur-telurnya.


 Memperbaiki Prasarana Perkolaman

Keberadaan kodok di sekitar area perkolaman umumnya disebabkan oleh dua hal, yaitu faktor ketersediaan makanan berupa benih ikan dan faktor air sebagai media untuk peletakan telur, karena dalam perjalanan hidupnya ia membutuhkan air untuk tempat menetaskan telur dan membesarkan kecebong, berudu, dan kodok mudanya.
Dari pengamatan, kolam yang diisi benih gurami dan lele dumbo lebih banyak didatangi kodok dibandingkan kolam yang diisi benih ikan mas dan nila. Sifat alami benih gurami pada malam hari
yang suka berada di permukaan air dan menepi ke arah pematang atau sifat benih lele dumbo yang aktif mencari makan di malam hari dan sering ke tepian menjadi daya tarik bagi kodok untuk menyergapnya. Sedangkan ikan mas dan nila pada malam hari lebih suka berdiam di pertengahan kolam dan jarang berada di tepi pematang. Kodok lebih menyukai makanan yang bergerak dan mau mendekatinya ke arah tepi pematang.
Untuk mengendalikan keberadaan kodok sangat dianjurkan membeton tepian kolam karena dengan pematang beton ini kodok akan kesulitan mencari tempat duduk yang baik untuk mengintai mangsanya. Bila ia terlanjur masuk ke kolam, ia tidak bisa keluar lagi. Kodok yang tidak memiliki tempat bertengger biasanya tidak akan berhasil memangsa benih ikan.
Pada saat perbaikan pematang, upayakan perataan pematang tanpa ada celah-celah yang bisa dimanfaatkan kodok untuk tempat pengintaian. Akan lebih baik jika pematang tersebut diberi lapisan plastik. Atau 50 cm dari pematang ke arah tengah kolam diberi pagar keliling plastik agar benih ikan tidak bisa mendekati tepi pematang. Begitu pula sebaliknya, kodok maupun belut tidak dapat memasuki ruang kolam yang ditempati benih ikan.

 Mengontrol Kebersihan Lokasi
Tempat yang bersih kurang cocok bagi kodok untuk mengintai mangsanya, karena kurang disukai korbannya yang juga mencari makan atau beristirahat. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk mengontrol pertumbuhan rumput di sekitar pematang atau yang -menjulur ke dalam kolam. Lokasi sekitar kolam yang banyak semak
saluran air yang berumput dan persawahan bisa menjadi tempat mangkal kodok pada Siang hari.
 Membuang Telur dari Kolam
Kegiatan pengendalian gangguan kodok dengan cara membuang telur-telurnya juga sangat dianjurkan. Telur yang terlanjur menetas akan menimbulkan efek sebagaimana dibahas sebelumnya. Untuk lebih mudahnya, gunakan seser untuk mengumpulkan telur ke dalam baskom. Selanjutnya buang telur-telur tersebut di darat agar tidak jadi menetas.
Cara yang paling tepat namun butuh waktu dan kesabaran adalah pemberantasan kodok secara mekanis. Tangkap kodok yang terdapat di kolam kemudian bunuh atau pindahkan ke tem¬pat lain. Selain itu, jika menemukan telur kodok agar segera di¬buang dan tindakan ini dilakukan secara rutin. Telur dapat diserok dengan scoopnet (tangguk kecil) dari bahan kain kassa. Telur yang diangkat dari air akan langsung mati bila terpapar sinar matahari.

Sumber : Khairul Amri dan Toguan Sihombing, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008

Jumat, 16 April 2010

predator benih ikan - Kodok

KODOK

Kodok (frog) merupakan hewan amfibi bertubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung agak bungkuk, berkaki empat dan tak berekor (anura: a tidak, ura ekor). Untuk membedakannya dengan katak, kodok umumnya berkulit halus, lembab, dengan kaki belakang yang panjang. Sebaliknya, katak berkulit kasar berbintil-bintil sampai berbingkul-bingkul, kerap kali kering, dan kaki belakangnya pendek, sehingga kebanyakan katak kurang pandai melompat jauh. Sementara kodok melompat cukup jauh.
Kodok dengan nama species Rana sp. memiliki banyak nama lokal, misalnya bangkong (Sunda), koncek (Sumatera Barat), dan tohuk (Sumatera Utara) serta beberapa nama lainnya.

Kodok yang banyak menjadi hama atau predator benih ikan adalah jenis kodok kolam yang hidup di sekitar kolam, saluran air dan sungai; kodok kongkang gading di kolam dan telaga; kodok hijau di sawah-sawah; dan kodok tegalan di sawah dan tegalan.
Sebagian besar masyarakat sudah mengenal kodok, dengan ciri-ciri bentuk luar badannya antara lain:

1) Kaki 1 pasang, terdiri dari 2 lipatan siku, yaitu paha, paha kecil, tulang kering serta telapak dan jari.
2) Memiliki 5 jari kaki yang dilengkapi kulit tipis seperti jari-jari itik yang berguna untuk berenang. Jari keempat lebih panjang dibanding jari-jari lainnya.
3) Tangan 1 pasang, terdiri dari 1 lipatan siku, yaitu lengan dan pergelangan serta telapak dan jari.
4) Memiliki 4 jari tangan, tapi tanpa kulit tipis seperti pada jari-jari kakinya. Ibu jari memiliki kuku dan jari-jari lainnya memiliki alat perekat seperti jari-jari cecak yang berfungsi untuk memudahkannya meniti di kayu atau benda lainnya.
5) Perbandingan ukuran badan, yaitu panjang dan lebar, kira-kira 4 : 1.
6) Memiliki mulut yang lebar dan kepala berbentuk segitiga meruncing ke depan atau ke ujung mulutnya.
7) Kodok tidak jelas terlihat memiliki gigi; makanan biasanya langsung ditelan.
8) Memiliki sepasang mata berukuran sedang dan posisinya di kepala, mirip dua gundukan di kiri-kanan kepalanya.
9) Badannya berkulit licin, warna pada punggung gelap dan pada bagian perut lebih terang.
10) Tubuh kodok hijau dan kodok cokelat semakin mengecil ke arah anus. Jenis kodok macan memiliki warna loreng mirip tanah liat dan di bagian punggungnya terdapat tonjolan mirip punggung onta.


Adapun sifat-sifat biologis kodok adalah sebagai berikut :
1) Menghabiskan masa hidupnya di dalam air sejak dari telur hingga menjadi kecebong, lalu tumbuh kaki, selanjutnya tumbuh tangan dan menjadi katak muda. Kehidupan selanjutnya lebih banyak di darat meskipun sekali-kali ia masih mampu berada di dalam air.
2) Memiliki kemampuan berenang dan melompat secara sempurna yang didukung oleh bentuk morfologi kaki, tangan, dan jari-jarinya. Suka bersembunyi pada rumput-rumputan atau lobang-lobang pematang kolam atau
bertengger pada benda apa saja yang bisa ia naiki untuk mengintai mangsanya.
Memangsa benih ikan dengan cara menyergap secepat kilat dengan memanfaatkan mulutnya
yang lebar. Tangannya jarang berfungsi untuk memegang benih yang baru dicaploknya.
Memiliki sifat menyendiri dan tidak memiliki
sifat membunuh atau memakan sesama jenis.
6) Suka menyambar serangga yang beterbangan
di sekitarnya, baik yang di permukaan tanah maupun di udara. Lebih sering aktif pada malam hari (nokturnal).

Kodok mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya di air, di sarang busa, atau di tempat-tempat basah lainnya. Sekali bertelur bisa menghasilkan 5.000-20.000 butir—tergantung kualitas induk dan berlangsung tiga kali dalam setahun.

Telur-telur kodok menetas menjadi berudu atau kecebong (tadpole), yang bertubuh mirip ikan gendut, bernapas dengan insang dan selama beberapa lama hidup di air. Perlahanlahan kaki belakang tumbuh, yang kemudian diikuti dengan kaki depan, menghilangnya ekor dan bergantinya insang dengan paru-paru. Setelah itu, berudu ini akan melompat ke darat sebagai kodok kecil.
Kodok kawin pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat bulan mati atau menjelang hujan. Pada saat itu kodok-kodok jantan akan berbunyi untuk memanggil sang betina, dari tepian atau tengah perairan. beberapa jenis, kerap membentuk 'grup nyanyi', di mana beberapa hewan jantan berkumpul berdekatan dan berbunyi bersahut-sahutan.

Suara keras kodok dihasilkan oleh kantung suara yang terletak di sekitar lehernya, yang akan menggembung besar manakala digunakan.
Pembuahan pada kodok dilakukan di luar tubuh. Kodok jantan akan melekat di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si betina dari belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang kodok jantan akan memijat perut kodok betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat bersamaan, kodok jantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si betina.
Jenis kodok hijau lebih banyak menempati daerah rawa-rawa, genangan air, dan kolam. la lebih suka bertengger di sekitar tanaman air yang terapung. Sedangkan kodok macan lebih banyak mendiami daerah persawahan. Kodok ini lebih suka berdiam di celah-celah pematang sawah atau pematang kolam. Keberadaan kodok biasanya memang tidak jauh dari genangan air, karena air merupakan media dan habitat yang dilaluinya pada tahap perkembang biakannya.

Untuk menjamin kelangsungan hidup telur, induk kodok akan meletakkan telur-telurnya di air yang dianggapnya aman dan tidak tercemar racun yang mematikan. Di area persawahan, perkolaman, genangan air dan selokan dangkal biasa ditemukan kecebong tersebut. Di lingkungan perkolaman, jumlah populasi kodok dipengaruhi oleh jenis prasarana kolam yang ada. Misalnya, kodok akan lebih banyak berkembang pada kolam-kolam tanah, dibanding pada kolam-kolam beton.

Di areal perkolaman dan persawahan, khususnya pada malam hari, tidaklah sulit untuk menemui beberapa kodok. Induk atau kodok dewasa aktif pada malam hari. Pada masa perkawinannya, sering terlihat kodok jantan berada di atas punggung induk betina. Hal ini lebih sering terjadi pada malam hari dan menjelang fajar tiba, layaknya seperti proses pemijahan induk ikan.

sumber : Khairul Amri dan Toguan Sihombing, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2008