Tampilkan postingan dengan label kualitas air. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kualitas air. Tampilkan semua postingan

Selasa, 12 Januari 2010

pengaruh suhu air terhadap perkembangan ikan

pengaruh suhu air terhadap perkembangan ikan

suhu berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, mulai dari telur, benih sampai ukuran dewasa. suhu air akan berpengaruh terhadap proses penetasan telur dan perkembangan telur.
suhu air yang terlalu rendah (dingin) mengakibatkan proses penetesan pada telur ikan akan menjadi lambat, untuk mempertahankan suhu supaya optimal maka pada budidaya pembenihan secara intensif sering menggunakan alat pemanas air (heater) yang biasa digunakan di akuarium atau di bak fiber. suhu air yang diperlukan untuk proses penetasan telur ikan berkisar antara
25 - 30 derajat celcius.

di alam naik turunnya suhu air sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan. perubahan suhu air yang terlalu ekstrim akan berdapat buruk terhadap ikan yang dipelihara.
akibatnya ikan menjadi stres, dan apabila ikan sudah stress maka ikan tersebut akan rentan terhadap penyakit.

suhu akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan bila suhu terlalu rendah maka pertumbuhan ikan yang dipelihara akan lambat tumbuh, karena bila suhu rendah maka proses metabolisme ikan akan menjadi lambat dan nafsu ikan akan menurun. suhu harus tepat yaitu kisaran optimum 25 - 30 derajat celcius


cetak halaman ini

Rabu, 16 Desember 2009

warna air tambak kriteria warna air

Kriteria warna air tambak yang dapat dijadikan acuan standar dalam pengelolaan kualitas air adalah seperti di bawah ini:

1. Warna air tambak hijau tua yang berarti menunjukkan adanya dominansi chlorophyceae dengan sifat lebih stabil terhadap perubahan lingkungan dan cuaca karena mempunyai waktu mortalitas yang relatif panjang. Tingkat pertumbuhan dan perkembangannya yang relatif cepat sangat berpotensi terjadinya booming plankton di perairan tersebut.

2. Warna air tambak kecoklatan yang berarti menunjukkan adanya dominansi diatomae. Jenis plankton ini merupakan salah satu penyuplai pakan alami bagi udang, sehingga tingkat pertumbuhan dan perkembangan udang relatif lebih cepat. Tingkat kestabilan plankton ini relatif kurang terutama pada kondisi musim dengan tingkat curah hujan yang tinggi, sehingga berpotensi terjadinya plankton collaps dan jika pengelolaannya tidak cermat kestabilan kualitas perairan akan bersifat fluktuatif dan akan mengganggu tingkat kenyamanan udang di dalam tambak.

3. Warna air tambak hijau kecoklatan yang berarti menunjukkan dominansi yang terjadi merupakan perpaduan antara chlorophyceae dan diatomae yang bersifat stabil yang didukung dengan ketersediaan pakan alami bagi udang.

Standar warna air tambak seperti tersebut di atas merupakan acuan praktis dalam mengidentifikasi jenis plankton sebagai upaya pendeteksian masalah kualitas perairan secara dini. Selain warna standar tersebut ada beberapa warna air tambak yang biasa dijumpai dalam kegiatan usaha budidaya udang, yaitu antara lain:

1. Warna air tambak kekuningan yang berarti menunjukkan adanya dominansi phytoplankton jenis cyanophyceae. Pada kondisi perairan tambak seperti ini biasanya udang berwarna lebih pucat dari biasanya disertai dengan penurunan nafsu makan udang dan jika tidak segera diantisipasi dapat menimbulkan kerusakan pada hepatopanchreas udang.

2. Warna air tambak hijau pupus yang berarti menunjukkan adanya dominansi phytoplankton jenis dynophyceae dampak yang ditimbulkan relatif sama dengan point (1).

3. Warna air tambak biru kehijauan yang berarti menunjukkan adanya dominansi blue green algae dampak yang ditimbulkan relatif sama dengan point (1).

4. Kamuflase green color, pada kondisi ini tambak seolah-olah berwarna kehijauan tapi pada dasarnya tidak/kurang mengandung plankton. Hal ini terjadi biasanya pada tambak yang kandungan bibit planktonya sangat kurang tetapi kegiatan pemupukan berjalan terus, sehingga warna yang ditimbulkan adalah warna karena pengaruh cuaca. Kejadian ini dapat diketahui dengan mengukur kecerahan perairan tambak yang biasanya sangat tinggi, atau dengan melihat warna air yang ada pada kincir air yang sedang dioperasikan.

Identifikasi jenis plankton di perairan tambak secara praktis dengan melihat warna perairan seperti telah diuraikan di atas perlu ditunjang dengan pengamatan dan analisis laboratorium secara berkala untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Kegiatan ini dilakukan dengan cara pengambilan sampel perairan dan sampel udang dari petakan-petakan tambak baik yang bermasalah maupun yang tidak terkena masalah, sehingga dapat diambil perbandingannya.
sumber: http://marindro-ina.blogspot.com

Minggu, 18 Oktober 2009

Persiapan kolam tanah (tradisional)

Persiapan kolam tanah (tradisional)

- Pengolahan Tanah Dasar
Pengolahan tanah dasar terdiri dari pencangkulan dan perataan. Setelah itu, dinding kolam diperkeras untuk mencegah kebocoran dan tanggul yang rusak diperbaiki.
- Pembuatan kamalir sebagai tempat berlindung ikan atau benih sekaligus mempermudah pemanenan.
- Penebaran Kapur Pertanian
pengapuran bertujuan untuk memberantas bibit hama, penyakit, serta memperbaiki kualitas dan menaikkan pH tanah. Dosis kapur ang diberikan sebanyak 20-200 gram/m2, tergantung pH awal tanah.


- Pemberian pupuk
Pemupukan dilakukan dengan pupuk kandang berupa kotoran ternak (kotoran ayam kering) yang dikombinasikan dengan pupuk buatan. Pupuk yang diberikan yaitu pupuk kandang sebanyak 500-700 gram/m2 , urea 15gram/m2, TSP 10 gram/m2 dan ZA (NH4NO3) 15 gram/M2.

- Pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air yang diberi saringan untuk mencegah kaburnya ikan.
- Pengisian air
Pengisian air dilakukan dengan menutup pintu pengeluaran dan membuka pintu pernasukan sehingga air mengalir dan menggenangi kolam setinggi 50-75 cm

- Penumbuhan pakan alami
Dilakukan dengan cara membiarkan kolam yang telah tergenang air selama 7 hari untuk merangsang tumbuhnya pakan alami berupa plankton.

Sumber : Khairuman, SP dan Khairul Amri, Spi, M.Si, Agromedia Pustaka, 2008

Rabu, 18 Februari 2009

Konsentrasi oksigen dalam air berkurang disebabkan oleh

Konsentrasi oksigen dalam air berkurang disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
- respirasi biota perairan, baik hewan maupun tumbuhan air. Proses ini terus menerus sepanjang hari
- Penguraian atau perombakan bahan organik. Oksigen terlarut digunakan dalam proses penguraian bahan organik yang terlarut maupun yang merupakan bahan-bahan kotoran yang mengendap di dasar perairan.



- reduksi yang disebabkan desakan gas lainya di dalam air
- pelepasan oksigen ke udara. hal ini terjadi dikarenakan konsentrasi oksigen terlarut dalam air kandunganny6a telah lewat jenuh
- Aliran air tanah kedalam perairan. air tanah biasanya kandungan oksigen terlarutnya sangat sedikit atau bahkan sekali tidak mengandung oksigen terlarut sama sekali

Senin, 16 Februari 2009

Oksigen terlarut dalam air

Oksigen terlarut dalam air merupakan parameter kualitas air yang paling kritis pada budidaya ikan. Konsentrasi oksigen terlarut dalam kolam selalu mengalami perubahan dalam sehari semalam oleh karena itu, pengelola kolam ikan harus selalu mengetahui atau memantau perubahan konsentrasi oksigen terlarut di dalam kolamnya.



Sumber utama oksigen, terlarut dalam air adalah difusi dari udara dan hasil fotosintesis biota yang berklorofil yang hidup di dalam perairan, Kecepatan difusi oksigen ke dalam air sangat lambat Oleh karena itu, Fitoplankton merupakan sumber utama dalam penyediaan oksigen terlarut dalam perairan. Adapun reaksi fotosintesis dapat ditulis secara sederhana adalah sebagai berikut


sumber : Mulyanto,1992

Kamis, 16 Oktober 2008

KARBONDIOKSIDA (CO2) DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PAKAN UDANG

KARBON DIOKSIDA (CO2)

Umumnya perairan alami mengandung Karbon dioksida sebesar 2 mg/liter. Pada konsentrasi yang tinggi (>10 mg/liter), C2O dapat beracun, karena dalam darah dapat menghambat pengikatan oksigen oleh hemoglobin. Larutan CO2 menunjukkan reaksi keseimbangan seperti ini :

(1) CO2 + H2O H2CO3

H2CO3 HCO3- - H+ (K = 107)

HCO3- CO32- + H+ (K = 10-11)

(2) CO + OH- HCO3-

Pada pH <> 10. CO2/CO3-/HCO3- reaksi ini sangat menentukan daya penyangga dari media air tertentu yang bergabung dengan kation Cu+2, Mg+2, K+ dan Na+. Daya penyangga sangat mudah di tentukan dengan titrasi yang menggunakan 0,1 N HCl dan metal jingga sebagai indikator 1 ml. 0,1 N HCl sama dengan 1 unit daya mengikat asam.

(Ca (HCO3)2 + 2 HCl ————> CaCI2 + 2H2 CO3).

Dalam hal ini terdapat hubungan berikut : 1 unit daya mengikat asam, sama dengan 28 mg/liter CaO atau 50 mg/liter Ca CO, atau 81 mg/liter Ca CO3 atau 2,8 derajat hardness. Pada umumnya perairan mempunyai daya mengikat asam antara 0,1 sampai 6,0 unit. Kisaran yang lebih tinggi lebih baik daripada yang rendah, karena hal ini bersamaan dengan kandungan nutrien yang lebih tinggi, termasuk CO2/HCO3-/CO32- yang digunakan untuk fotosintesis yang akhimya dapat menyebabkan peningkatan produksi pemeliharaan.

Pakan adalah salah satu faktor input produksi yang berperan untuk mencapai peningkatan produktivitas organisme budidaya. Dari segi energetik, energi yang tersimpan dalam pakan akan dimetabolisasikan dan digunakan udang untuk dua tujuan, yaitu pemeliharaan (maintenance) dan pertumbuhan. Untuk itu pakan yang diberikan harus memenuhi persyaratan nilai gizi. Agar tercapai efisiensi penggunaan pakan, perlu pula diperhatikan cara jadwal dan ransum pemberian pakan yang diberikan seperti yang telah diterangkan sebelumnya.

Pada pemeliharaan udang, baik di hatchery maupun di tambak, kualitas air yang layak merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan. Hal ini erat hubungannya dengan pakan, karena dengan padatnya organisme pemeliharaan dan banyaknya sisa hasil metabolik, maka air media pemeliharaan cepat mengalami perubahan kualitas. Kotoran dan sisa makanan akan mengalami pembusukan, mengakibatkan mudah berkembangnya jenis mikroba yang dapat merugikan.

Penggantian air mutlak harus dilakukan apabila terjadi akumulasi bahan organik yang dapat menyebabkan toksik pada organisme yang dipelihara. Pemantauan terhadap kualitas air perlu dilakukan secara kontinu.

Penggantian air ini merupakan salah satu faktor yang tidak boleh diabaikan, mengingat dengan diterapkannya padat tebar yang tinggi dan pakan dalamjumlah yang besar akan mengakibatkan air media pemeliharaan cepat mengalami perubahan kualitas.

Udang windu (Penaeus monodon) adalah hewan air yang segala kehidupan, kesehatan dan pertumbuhannya sangat tergantung kepada kualitas air media pemeliharaannya. Beberapa permasalahan yang sering ditemukan pada tambak yang dikelola secara intensif, di antaranya adalah air cepat mengalami kekeruhan. Kekeruhan ini terutama disebabkan oleh adanya bahan-bahan halus yang melayang dalam air yang berupa bahan organik seperti : plankton, jasad renik, detritus, kotoran udang dan sisa pakan. Kekeruhan yang disebabkan oleh partikel organik dapat membahayakan udang, karena bahan organik akan terdekomposisi menjadi senyawa yang bersifat racun seperti amoniak (NH3), nitrit (NO2) dan hidrogen sulfida (H2S). Selain itu dengan adanya proses penguraian bahan organik oleh bakteri aerobik, akan menyebabkan turunnya kandungan oksigen dalam air.

Sumber utama amoniak dalam air adalah hasil perombakan bahan organik, sedangkan sumber bahan organik terbesar dalam budidaya udang intensif adalah dari pakan. Sebagian besar pakan yang diberikan akan dimanfaatkan udang untuk pertumbuhan, namun sebagian lagi akan dieksresikan dalam bentuk kotoran padat dan amoniak terlarut (NH3) dalam air. Kotoran padat selanjutnya akan mengalami perombakan menjadi NH3 dalam bentuk gas. Secara biologis di alam, sebenamya dapat terjadi perombakan amoniak menjadi nitrat (NO3), suatu bentuk yang tidak berbahaya dalam proses nitrifikasi dengan bantuan bakteri nitrifikasi terutama Nitrosomonas dan Nitrobacter.

Selain memerlukan bantuan bakteri tersebut, dalam proses perombakan ini juga diperlukanjumlah oksigen yang cukup dalam air. Proses perombakan yang tidak sempurna dapat mengakibatkan akumulasi ion nitrit (NO2-) yangjuga bersifat racun bagi udang.

sumber :

Ir. Sri Umiyati Sumeru

Dra. Suzy Anna

HIDROGEN SULFIDA (H2S)

HIDROGEN SULFIDA (H2S)

Hidrogen Sulfida merupakan gas beracun yang dapat larut dalam air, akumulasinya di tambak biasanya ditandai dengan endapan



lumpur hitam berbau khas seperti telur busuk. Sumber utamanya adalah hasil dekomposisi sisa-sisa plankton, kotoran udang dan bahan organik lainnya. Dalam kondisi anaerobik, beberapa bakteri heterotrof mampu memanfaatkan senyawa-senyawa organik belerang maupun sulfat anorganik sebagai energinya, sehingga menghasilkan ion belerang (S2-). Ion-ion belerang selanjutnya membentuk reaksi disosiasi menghasilkan H2S yang bersifat racun.

S2- + 2H+ —————>H2S

Daya racun H2S tergantung suhu, pH dan oksigen terlarut. Pada nilai pH lebih dari 9, hampir seluruh asam belerang berdisosiasi menjadi ion-ion S2- dan H+ yang tidak beracun. Sebaliknya turun menjadi kurang dari 5, reaksi bergeser ke kanan dan sebagian besar asam belerang (H2S) tetap dalam bentuk yang beracun.

Konsentrasi aman asam belerang bagi udang adalah kurang dari 0,1 ppm. Meningkatnya kandungan asam belerang di tambak dapat dicegah dengan pembuangan sisa kotoran secara rutin, penggunaan aerasi yang cukup dan peningkatan pH air.

sumber :

Ir. Sri Umiyati Sumeru

Dra. Suzy Anna

Ammonia in conjunction with FOOD Shrimp

Ammonia in conjunction with FOOD Shrimp.

The main source of ammonia in water is the result revamp organic materials, whereas the largest source of organic material in the intensive cultivation of shrimp feed. Most of the feed will be used to grow shrimp, but some will dieksresikan in the form of solid sewage ammoniac and terlarut (NH2) in the water.

Solid dirt also will have to be recast in the form of NH2 gas. Ammonia gas reacts as follows:

Shrimp NH3 + H2O ----> NH4 OH ---> NH4 + + OH


No terionisasi
(a poison).
Analysis of existing methods can not distinguish the two forms of ammonia, so a combined total of ammonia The amount of NH3 faction in the total ammonia varies with the pH of the water temperature, salinity and oxygen concentration.

The influence of pH is very big here, for example, the temperature of 25 ° C, pH increased from 8.0 to 9.0 increase the number of faction NH, from 5:38% to 36.3%. The concentration of NH3 is safe for the shrimp is smaller than 0.1 ppm.

Biologically, in the actual renovation can happen to be ammonia nitrate (NO3), a form that is not dangerous in the process nitrifikasi with the help of bacteria nitrifikasi especially nitrosomonas and nitrobacter.

In addition to requiring the bacteria in the process of renovation is also required adequate amount of oxygen in the water. The process of renovation that can not lead to accumulation of imperfect ion Nitrite (NO2), which is also poison shrimp Nitrite in the blood can oxidize hemoglobin, hemoglobin, so do not be able to function as the oxygen kejaringan body.

In the blood that contains hemocyanin mechanism noodles may also occur.
The most secure method to avoid the formation of too much ammonia in ponds is to do with good preparation embankment.

In the preparation is done disposal results in the accumulation of dirt embankment and drying the land base. In the period of maintenance also needs to be done disposal remnant dirt regularly and do not provide food to overfishing.


SOURCE: Ir. Sri Umiyati Sumeru
Dra. Suzy Anna

AMONIAK

AMONIAK

Sumber utama amoniak dalam air adalah hasil perombakan bahan organik, sedangkan sumber bahan organik terbesar dalam budidaya udang intensif adalah pakan. Sebagian besar pakan yang diberikan akan dimanfaatkan



udang untuk pertumbuhannya, namun sebagian lagi akan dieksresikan dalam bentuk kotoran padat dan amoniak terlarut (NH2) dalam air. Kotoran padat pun selanjutnya akan mengalami perombakan menjadi NH2 dalam bentuk gas. Gas amoniak selanjutnya bereaksi sebagai berikut:

Udang NH3 + H2O ————> NH4 OH ———> NH4+ + OH

Tidak terionisasi

(bersifat racun).

Metode analisis yang ada tidak dapat membedakan kedua bentuk amoniak tersebut, sehingga digabungkan menjadi amoniak total Besarnya fraksi NH3 dalam amoniak total bervariasi dengan pH suhu air, salinitas dan konsentrasi oksigen. Pengaruh pH sangat besar di sini, misalnya pada suhu 25°C, kenaikan pH dari 8,0 ke 9,0 meningkatkan jumlah fraksi NH, dari 5.38 % menjadi 36,3 %. Konsentrasi NH3 yang aman bagi udang adalah lebih kecil daripada 0,1 ppm.

Secara biologis, di alam sebenarnya dapat terjadi perombakan amoniak menjadi nitrat (NO3), suatu bentuk yang tidak berbahaya dalam proses nitrifikasi dengan bantuan bakteri nitrifikasi terutama nitrosomonas dan nitrobacter. Selain memerlukan bakteri tersebut dalam proses perombakan ini juga diperlukan jumlah oksigen yang cukup di dalam air. Proses perombakan yang tidak sempuma dapat mengakibatkan akumulasi ion nitrit (NO2) yang juga bersifat racun Dalam darah udang nitrit dapat mengoksidasi hemoglobin, sehingga hemoglobin menjadi tidak mampu berfungsi sebagai pembawa oksigen kejaringan tubuh. Dalam darah yang mengandung hemocyanin mekanisme mi mungkin pula terjadi.

Metode yang paling aman untuk menghindari pembentukan amoniak yang terlalu banyak di tambak adalah dengan melakukan persiapan tambak dengan baik. Dalam masa persiapan ini dilakukan pembuangan hasil akumulasi kotoran di dasar tambak dan pengeringan tanah dasar. Dalam masa pemeliharaan juga perlu dilakukan pembuangan sisa-sisa kotoran secara rutin serta tidak memberikan makanan secara berlebihan.

SUMBER : Ir. Sri Umiyati Sumeru
Dra. Suzy Anna




OKSIGEN TERLARUT TERHADAP UDANG

OKSIGEN TERLARUT

Dilihat dari jumlahnya, oksigen terlarut adalah satu jenis gas terlarut dalam air pada urutan kedua setelah Nitrogen. Namun jika dilihat kepentingannya bagi


kehidupan ikan dan udang, Oksigen menempati urutan paling atas. Oksigen yang sangat diperlukan udang untuk pernafasannya harus dalam bentuk terlarut dalam air, karena udang tidak dapat memanfaatkan Oksigen langsung dari udara.

Sumber utama Oksigen dalam perairan adalah hasil difusi dari udara, terbawa melalui presipitasi (air hujan) dan hasil fotosintesis fitoplankton. Sebaliknya, kandungan Oksigen terlarut dalam air dapat berkurang karena dimanfaatkan oleh aktivitas respirasi dan perombakan bahan organik. Kekurangan Oksigen dapat pula dialami akibat terhalangnya difusi karena stratifikasi salinitas yang dapat terjadi setelah hujan lebat.

Besarnya kandungan Oksigen terlarut dalam air dapat dinyatakan dengan konsentrasi absolut (ppm) ataupun dengan konsentrasi relatifnya (persenjenuh). Konsentrasi jenuh adalah kandungan Oksigen terlamt dalam air pada saat fase air dan udara dalam keadaan seimbang. Nilai optimal kandungan Oksigen bagi kehidupan udang > 5 ppm sekitar 100 % jenuh.

Pada konsentrasi yang cukup besar, terjadi perbedaan tekanan parsial yang memungkinkan penetrasi oksigen ke pembuluh darah melalui lamela-lamela insang dan kemudian diikat dan dimanfaatkan oleh haemocyanin dalam pembuluh darah udang. Pada konsentrasi yang terlalu rendah, tekanan parsialnya tidak mampu untuk memungkinkan penetrasi oksigen, sehingga udang dapat mati lemas karena kesulitan bernafas. Gejalanya terlihat dengan berenangnya udang secara tidak beraturan di permukaan air. Konsentrasi yang berlebihan pun dapat mengakibatkan kematian dengan terjadinya emboli dalam pembuluh darah akibat terlalu banyaknya gelembung udara (gas bubble disease).

Konsentrasi lewat jenuh dapat terjadi pada tambak-tambak yang terlalu subur dan fitoplankton tumbuh terlalu padat. Keadaan ini dapat terjadi setelah tengah hari, yaitu melalui aktivitas fotosintesis fitoplankton banyak menghasilkan Oksigen dengan reaksi sebagai berikut :

Khlorophil

6 CO2 + 6H2 O ——————> C6H12O6 + 6O2

Ultra violet

(cahaya matahari)

Difusi Oksigen hanya terjadi dengan cepat pada lapisan permukaan air, sedangkan pada lapisan di bawahnya, justru di tempat hidup udang, difusi berjalan sangat lambat. Untuk membantu distribusi Oksigen ke lapisan bawah, diperlukan alat aerasi yang dapat berupa blower, kincir air (paddle wheel), aire O-two ataupun lainnya. Fungsi alat-alat aerasi tersebut selain dapat mempercepat difusi Oksigen dan distribusinya ke lapisan bawah, dapat juga membantu melepaskan Oksigen ke atmosfir pada keadaan yang lewat jenuh.

sumber :

Ir. Sri Umiyati Sumeru

Dra. Suzy Anna


DERAJAT KEASAMAN pH

DERAJAT KEASAMAN pH.

pH air menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (dalam mol per liter) pada suhu tertentu, atau dapat ditulis :
pH = log (H)*
Air murni (H2O) berasosiasi sempuma sehingga memiliki ion H dan ion OH- dalam konsentrasi yang sama, dan dalam keadaan demikian pH air mumi = 7. Semakin tinggi konsentrasi ion H akan semakin rendah konsentrasi ion OH- dan pH <> 7, maka perairan bersifat basa (alkalis). Perairan umum, termasuk air laut dengan segala aktivitas fotosintesis dan respirasi organisme yang hidup di dalamnya membentuk reaksi berantai karbonat-karbonat sebagai berikut :


CO2 H2O ——> H2CO3 ——> H HCO3 ——> 2H- CO32-

Semakin banyak CO2 yang dihasilkan dari hasil respirasi, reaksi bergerak ke kanan dan secara bertahap melepaskan ion H yang menyebabkan pH air turun. Reaksi sebaliknya terjadi dengan aktivitas fotosintesis yang membutuhkan banyak ion CO2, menyebabkan pH air naik.
Air laut, dengan-kandungan ion-ion Ca dan Mg yang cukup besar, dapat mencegah terjadinya fluktuasi pH yang besar. Ion-ion Calsium dan Magnesium akan membentuk garam-garam karbonat dan bikarbonat dan campuran asam-asam karbonat tersebut dengan garam-garam membentuk suatu sistem penyangga (buffer) yang kuat. Oleh karena itulah, biasanya pH air laut berada sedikit di atas normal dan jarang keluar dari batas pH 7 - 9. Keadaan ini sangat menguntungkan hewan-hewan di dalamnya termasuk udang, yang karena aktivitas respirasinya menghasilkan CO2 mengakibatkan pH di sekitar insang agak turun, sehingga perlu segera dinetralkan kembali.

Nilai pH yang optimum bagi kehidupan udang berada pada kisaran 7 - 8,5. Walaupun demikian sering terjadi kapasitas buffer air laut tidak mampu menahan penurunan pH yang dipengaruhi oleh kedalaman tanah dasar tambak.

Kasus ini banyak terjadi terutama pada tambak-tambak yang dibangun di areal lahan yang mengandung pyrite (FeS2). Pyrite yang terlepas ke udara akan teroksidasi dengan menghasilkan ion hidrogen yang cukup banyak, sehingga mampu menurunkan pH air hingga di bawah nilai 4. Peningkatan nilai pH sampai pada tingkat yang membahayakan sangat jarang terjadi di tambak.

Kalaupun hal itu terjadi, dapat diatasi dengan pemupukan yang bereaksi asam, seperti pupuk belerang, pupuk sulfat yang dikombinasikan dengan pupuk organik. Jika terjadi kecenderungan peningkatan pH, sebaiknya dilakukan penggantian sebagian volume air tambak. Kasus penurunan pH lebih sering dijumpai terutama di tambak-tambak yang baru. Ada dua cara mengatasi rendahnya nilai pH yang disebabkan keasaman tanah dasar ini, yaitu dengan pengapuran dan dengan tindakan reklamasi.
sumber : Ir. Sri Umiyati Sumeru
Dra. Suzy Anna

Selasa, 14 Oktober 2008

KUALITAS AIR DAN HUBUNGANNYA DENGAN PAKAN UDANG (SUHU)

KUALITAS AIR DAN HUBUNGANNYA

DENGAN PAKAN

Untuk mendapatkan hasil



yarig maksimal dalam usaha budidaya udang, perlu diperhatikan kualitas air yang baik. Persyaratan yang layak bagi beberapa parameter kualitas air bagi budidaya udang adalah seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 12. Parameter kualitas air

Parameter

Nilai

Kelayakan

Kualitas fisika :

1. Suhu

2. Salinitas

Kualitas kimia :

1. pH

2. Oksigen (O)

3. Alkalinitas

4. Amoniak (NH)3

5. Nitrit (NO)2

6. Hidrogen sulfide

7. Karbon dioksida

28 – 300C

15 – 25 permil

7 – 8,5

> 5 ppm ± 100 % jenuh

50 – 200 ppm CaCO3

0,1 ppm

0,6 ppm

0,1 ppm

1,5 ppm

Optimum

Optimum

Optimum

Optimum

Layak

Maksimum

Maksimum

Maksimum

Maksimum

A. SUHU

Beberapa pengamat menemukan bahwa udang windu tidak dapat hidup pada suhu kurang dari 15°C atau lebih dari 40°C. Suhu optimal bagi udang windu adalah 28°C - 30°C. Selain pengaruh langsung yang mematikan, suhu juga secara tidak langsung mempengaruhi metabolisme, daya larut gas-gas, termasuk oksigen serta berbagai reaksi kimia dalam air. Semakin tinggi suhu air, semakin tinggi pula laju metabolisme udang yang berarti semakin besar konsumsi oksigennya, padahal kenaikan suhu tersebut bahkan mengurangi daya larut oksigen dalam air. Setiap kenaikan suhu 10°C, akan mempercepat laju reaksi kimia sebesar 2 kali. Sebagai contoh, reaksi keseimbangan amoniak : NH OH4 ——-> NH2 + H2 O, akan bergeser ke arah kanan yang menyebabkan persentase amoniak (NH) semakin besar. Perlu diketahui bahwa Amoniak lebih bersifat racun daripada Amonium (NH OH)4. Pada PH 8,0 dan suhu 25°C, persentase NH3 adalah 5,38 % sedangkan pada PH yang sama dengan suhu 30°C persentase NH3 menjadi 7,46 %.

sumber :

Ir. Sri Umiyati Sumeru

Dra. Suzy Anna





Sabtu, 11 Oktober 2008

ANALISIS FISIKA pada analisa pakan udang

ANALISIS FISIKA

Water stability Feed yaitu stabilitas pakan dalam air yang merupakan faktor penting dalam menentukan efisiensi pakan. Pakan yang tahan dalam air yang hanya mengalami sedikit perubahan kualitas dan kuantitas adalah pakan yang mempunyai persyaratan fisik yang cukup baik. Untuk mencapai keadaan ini dianjurkan agar pakan udang secara fisik masih tetap utuh kira-kira selama tigajam berada dalam air.

Cara untuk mengetahuinya adalah sebagai berikut :

  1. Sebelum pakan direndam dalam air terlebih dahulu dilakukan analisis kimia.
  2. Perendaman dilakukan di dalam wadah dengan volume dan kedalaman minimal 0,5 m3 dan 0,6 m.
  3. Air digerakkan dengan aerator yang kuat, sehingga menimbulkan gelombang dan amplitude minimal 5. Cm.
  4. Pakan diletakkan di dasar wadah yang mempunyai dasar merata.
  5. Setelah direndam 3 - 6 jam, kembali dilakukan analisis kimia.

Pada dasarnya semakin halus bahan baku yang digunakan untuk menyusun pakan, bentuk fisiknya akan semakin baik pula, karena akan tercampur lebih baik sehingga menghasilkan produk yang lebih kompak dan stabil di dalam air, sehingga relatif lebih mudah dicerna.

sumber :

Ir. Sri Umiyati Sumeru

Dra. Suzy Anna



Senin, 08 September 2008

Kualitas air kolam KOI

pengaruh kualitas air terhadap mutu dan perkembangan koi.


+ Delapan puluh persen masalah yang dihadapi penangkar atau hobiis koi adalah kualitas air. Buruknya kualitas air bisa membawa persoalan serius bagi koi, misalnya warna, menjadi pucat, keracunan, atau kekurangan oksigen.

Penyebab buruknya kualitas air cukup beragam, antara lain penyebaran alga yang terlampau padat. Imbasnya, Selain tidak sedap dipandang mata, juga menjadi penyebab berkembangnya berbagai penyakit pada koi. Selain itu, keberadaan alga juga dapat merampas oksigen yang sangat dibutuhkan koi, sehingga koi bisa mengalami kekurangan oksigen. Dampak itu bisa diperburuk jika alga yang menumpuk mengalami pembusukan sehingga meracuni koi.

Langkah preventif yang bisa dilakukan untuk menjaga kualitas air antara lain membersihkan kolam secara periodik. Perhatikan juga lokasi kolam. Pilih lokasi kolam yang tidak terkena terpaan terik matahari secara langsung sepanjang hari. Sebab, terpaan sinar matahari yang terus-menerus dapat memacu pertumbuhan alga lebih pesat. Lokasi yang teduh dapat diciptakan dengan membuat pergola atau menanam pepohonan di sekitar kolam.



Selain pertimbangan lokasi, ukuran kolam harus proporsional. Idealnya, kedalaman minimal kolam 80 cm dan kedalaman maksimal 1,4 m. Jika kolam terlalu dangkal, tubuh koi akan terus-menerus terkena sinar ultraviolet yang dihasilkan oleh sinar matahari. Sinar ini menyebabkan warna tubuh koi menjadi pucat dan terhambat pertumbuhannya. Sementara itu, jarak tepi kolam dan permukaan air, sekurang-kurangnya 25 cm. Jika kurang, dikhawatirkan koi akan melompat. Supaya koi leluasa bergerak, luas mini­mal kolam yang dianjurkan adalah 1,5 x 2 meter.

Sumber : KOI revisi, 2002

Jumat, 05 September 2008

Kecerahan (turbidity) kolam gurame

Kecerahan (turbidity) kolam gurame
Kecerahan juga dapat dijadikan sebagai suatu indikator kesuburan media kolam yang digunakan untuk memelihara ikan. Kecerahan yang baik untuk kegiatan usaha budidaya ikan adalah 25 – 50 cm. Faktor yang mempengaruhi kecerahan bukan berasal dari Lumpur, tetapi plankton dari hasil pemupukan yang diperlukan untuk pakan ikan.
Sumber : R. Eko Prihartono, 2004

Amoniak (NH3) pada kolam gurame

Amoniak (NH3)
Hasil akhir dari suatu proses metabolisms protein yang tidak menguntungkan adalah amoniak (NH3). Perubahan kandungan amoniak dalam suatu perairan hendaknya tidak mendadak sehingga' ikan dapat menyesuaikan diri. Perubahan kandungan amoniak yang mendadak akan menyebabkan jaringan insang ikan rusak sehingga ikan bisa mati. Batas krisis ikan terhadap kandungan amoniak terlarut dalam media pemeliharaan adalah 0,6 mg/l. namun masih ada gurame yang toleran dengan tingkat 3,8 mg/l pada sushu 30 derajat celcius sebagai batas kritisnya. Gurame mempunyai toleransi pada kadar 1 mg/l, tetapi kandungan oksigen terlarut harus di atas 5 mg/l.

Sumber : R. Eko Prihartono, 2004

Derajat keasaman (pH) pada budidaya gurame

Derajat keasaman (pH)
Secara sederhana, pengertian pH menunjukkan kondisi asam atau basa dari suatu perairan. Derajat keasaman juga merupakan indikator yang dapat mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur lain yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan. Nilai pH yang rendah mengindikasikan bahwa perairan asam, sedangkan pH yang tinggi mengindikasikan perairan basa. Kedua kondisi ini tidak baik untuk kegiatan budidaya. Perubahan pH secara mendadak ditandai dengan berenangnya ikan sangat cepat. Bila terjadi penurunan pH secara terus-menerus, akan keluar lendir yang berlebihan atau iritasi kulit sehingga ikan akan mudah diserang penyakit. Kondisi yang baik untuk ukuran keasaman perairan budidaya berada pada kisaran pH 6 —8.

Sumber : R. Eko Prihartono, 2004

Karbondioksida pada budidaya gurame

Karbondioksida (CO2)

Karbondioksida diperlukan dalam proses fotosintesis. Kandungan karbondioksida terlarut perlu diketahui. Bila berlebih, pengikatan oksigen oleh haemoglobin akan terhambat. Bila hal ini terjadi ikan akan stres. Kandungan CO2 terlarut yang merupakan faktor lethal atau ambang batas bagi lingkungan gurami adalah 15-25 mg/l. Tingginya kadar CO2 ini tidak hanya langsung berpengaruh terhadap gurami. Namun, lingkungan gurami juga akan terpengaruh. Matinya plankton secara massal, misalnya, mengakibatkan pencemaran pada kolam.

Sumber : R. Eko Prihartono, 2004

Kamis, 04 September 2008

Suhu kolam untuk budidaya gurame

Suhu kolam untuk budidaya gurame.
Sebagai hewan berdarah dingin (poikilotermal ), suhu tubuh ikan berubah-ubah sesuai suhu lingkungannya dengan batas toleransi suhu yang sesuai untuk menunjang metabolisme, pertumbuhan, proses inkubasi telur, konversi makanan, dan resistensi terhadap penyakit. Batas toleransi ikan terhadap suhu juga ditentukan oleh ketinggian tempat, kedalaman air, dan cuaca. Pada gurami, batas toleransi suhu berkisar 20 - 32 derajat Celcius.
Suhu berpengaruh terhadap kandungan oksigen terlarut. Bila suhu tinggi maka oksigen yang akan dibebaskan ke udara akan semakin tinggi dan jumlah oksigen yang dibutuhkan ikan untuk proses metabolisme juga semakin meningkat.

sumber : R. Eko Prihartono, 2004

Minggu, 24 Agustus 2008

kegunaan aerasi air

Aerasi Air

Prinsip aerasi air pada kolam ikan adalah :
1. memperluas areal permukaan yang kontak dengan udara
2. Mencampur air dengan udara atau bahan lain sehingga air yang beroksigen rendah kontak dengan oksigen atau udara
3. Mencampurkan air yang beroksigen tinggi dengan air yang beroksigen rendah
4. Sirkulasi air
5. Udara sebagai sumber oksigen paling tinggi di alam