Sabtu, 30 Oktober 2010

Cendawan pada larva udang (larval shrimp mycosis)

Cendawan pada larva udang (larval shrimp mycosis)

Penyebab : Lagenidium spp. dan Sirolpidium spp.

Bio — Ekologi patogen :
• Infeksi Lagenidium spp. umumnya terjadi pada stadia nauplius, zoea hingga mysis. Apabila menyerang pada stadia zoea sering menyebabkan kematian masal di panti benih (hatchery).

• Infeksi Sirolpidium spp. lebih sering terjadi pada stadia mysis hingga Post Larvae (PL) awal.
• Kedua jenis cendawan ini tumbuh optimal pada kisaran suhu air antara 25-34 derajat celcius dan kisaran pH 7-9.
• Penyakit ini umumnya merupakan kompleks infeksi bersama patogen lainnya, dan mortalitas yang terjadi terutama karena gangguan terhadap proses ganti kulit (moulting).

Gejala Klinis :
• Nafsu makan menurun, pergerakan lemah, dan anemia.
• Pada tubuh larva udang (nauplius, zoea, mysis, PL) terlihat adanya hifa dan/atau miselia cendawan.
• Pada kondisi yang serius, sering dijumpai tubuh larva udang terlilit dan dipenuhi oleh cendawan.


Diagnosa :
• Pengamatan secara mikroskopis, pada bagian eksternal terlihat adanya hifa dan atau miselia cendawan.
• Isolasi pada media semi solid (agar), dan diidenfikasi secara morfometris.


Pengendalian :
• Desinfeksi bak dan air sebelum digunakan.
• Menghindari penumpukan bahan organik dalam media pemeliharaan melalui penyiponan secara berkala.
• Hifa dan spora cendawan ini dapat diberantas dengan perendaman desinfektan, antara lain:
✓ Larutan Trefflan pada dosis 0,1 ppm selama 24 jam atau lebih untuk tujuan desinfeksi.
✓ Larutan Trefflan pada dosis 0,2 ppm selama 24 jam atau lebih untuk tujuan pengobatan.
✓ Perendaman formalin 10-25 ppm selama 24 jam.

sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dirjen. Perikanan Budidaya,2010

Kamis, 28 Oktober 2010

penyakit ikan - Branchiomycosis

Branchiomycosis

Penyebab : Branchiomyces sanguinis dan B. demigrans

Bio – Ekologi Pathogen :
• Menginfeksi semua jenis ikan air tawar, dan target organnya adalah insang ikan (filamen dan pembuluh darah di lamella insang). Apabila jaringan dan/atau sel insang mengalami kematian atau lepas, maka spora jamur akan keluar dan menginfeksi inang lainnya.
• Suhu optimum pada kisaran 25 - 31 derajat celcius dengan masa inkubasi 2-4 hari (tergantung suhu air).

• Infeksi bersifat kronis hingga akut dengan mortalitas mencapai 100% dalam tempo yang relatif singkat (1-2 minggu).


Gejala klinis
• Ikan bernafas dengan tersengal-sengal di permukaan air dan malas.
• Insang berwarna merah dan tampak adanya bercak-bercak putih (penetrasi hifa cendawan ke dinding pembuluh darah).
• Insang mengalami nekrosa berat, berwarna merah menghitam dan akhirnya membusuk (gill rot)


Diagnosa :
• Pengamatan secara mikroskopis terhadap keberadaan hifa cendawan dari organ filamen dan pembuluh darah di lamella insang ikan.
• Isolasi pada media cair dan/atau semi solid dan diidentifikasi secara morfometris.

Pengendalian :
• Menetralkan kadar keasaman dan/atau alkalinitas air melalui pengapuran.
• Mengisolasi ikan sakit dan/atau membuang ikan yang telah mati.
• Hifa cendawan yang masih terdapat di dalam pembuluh darah organ insang tidak dapat diobati, sedangkan sporanya yang ada dipermukaan tubuh ikan dapat diberantas dengan perendaman menggunakan beberapa desinfektan, antara lain:
✓ Kalium Permanganate (PK) pada dosis 1 gram/100 liter air selama 90 menit.
✓ Formalin pada dosis 100-200 ppm selama 1-3 jam.
✓ Garam dapur pada konsentrasi 1-10 promil (tergantung spesies dan ukuran) selama 10-60 menit.
✓ Methylene blue pada dosis 3-5 ppm selama 24 jam.

sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dirjen. Perikanan Budidaya,2010

Rabu, 27 Oktober 2010

penyakit ikan : Jamur - Saprolegniasis


Saprolegniasis

Penyebab : Saprolegnia spp. dan Achlya spp.

Bio – Ekologi Patogen :
• Memiliki hifa yang panjang dan tidak bersepta, hidup pada ekosistem air tawar namun ada yang mampu hidup pada salinitas 3 promil.
• Tumbuh optimum pada suhu air 18-26 derajat celcius. Reproduksi secara aseksual, melalui hifa fertil untuk memproduksi spora infektif.
• Menginfeksi semua jenis ikan air tawar dan telurnya.
• Serangan bersifat kronis hingga akut, dapat mengakibatkan kematian hingga 100%.


Gejala Klinis :
• Terlihat adanya benang-benang halus menyerupai kapas yang menempel pada telur atau luka pada bagian eksternal tubuh ikan.
• Miselia (kumpulan hifa) berwarna putih atau putih kecoklatan.


Diagnosa :
• Pengamatan hifa dan/atau miselia cendawan pada tubuh ikan, terutama pada luka dan/atau di sekitar sirip ikan.
• Pengamatan hifa dan/atau miselia cendawan secara mikroskopis pada slide glass.
• Isolasi cendawan pada media agar dan diidentifikasi secara morfometris.


Pengendalian :
• Menaikkan dan mempertahankan suhu air >_ 28 derajat celcius dan/atau penggantian air baru yang lebih sering.
• Pengobatan dapat dilakukan dengan cara perendaman dengan :
✓ Kalium Permanganate (PK) pada dosis 1 gram/100 liter air selama 90 menit.:
✓ Formalin pada dosis 100-200 ppm selama 1-3 jam.;
✓ Garam dapur pada konsentrasi 1-10 promil (tergantung spesies dan ukuran) selama 10-60 menit;
✓ Methylene Blue pada dosis 3-5 ppm selama 24 jam.

sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dirjen. Perikanan Budidaya,2010

Minggu, 24 Oktober 2010

PENYAKIT JAMUR : Epizootic Ulcerative Syndrome (EUS) / Mycotic Granulomatosis (MG) / Red-spot disease (RSD)

PENYAKIT JAMUR (MYCOTIC DISEASE)

1. Epizootic Ulcerative Syndrome (EUS) / Mycotic Granulomatosis (MG) / Red-spot disease (RSD)

Penyebab : Aphanomyces invadans

Bio-Ekologi Patogen :
* Merupakan penyakit borok (ulcer) disebabkan infeksi cendawan Aphanomyces invadans.
* Spora cendawan menginfeksi permukaan tubuh ikan, sehingga menimbulkan borok.
* Inang meliputi ikan air tawar dan payau antara lain: betutu, gabus, betok, gurame, lele dan tambakan.
* Tingkat kematian berkisar antara 20-80%

Gejala Klinis :
- Infeksi berawal dari adanya bintik merah pada permukaan tubuh.
- Hilang nafsu makan, warna tubuh gelap, berenang ke permukaan dan hiperaktif.
- Bintik merah berkembang menjadi luka/borok yang berwarna merah cerah dan/atau merah kecoklatan.

Diagnosa:
- Pengamatan hifa dan/atau miselia cendawan di bawah luka/borok pada tubuh ikan.
- Isolasi cendawan pada media agar dan diidentifikasi secara morfometris.
- Secara histopatologis ditemukan adanya hifa cendawan yang terletak di tengah sel granuloma pada jaringan di bawah luka/borok.





Pengendalian :
- Menetralkan kadar keasaman dan/atau alkalinitas air melalui pengapuran.
- Mengisolasi ikan sakit dan/atau membuang ikan yang telah mati.
- Persiapan wadah/kolam secara higienis dan steril terhadap keberadaan spora cendawan tersebut melalui pengeringan, pengapuran, desinfeksi, dll.

sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dirjen. Perikanan Budidaya,2010

Sabtu, 23 Oktober 2010

PENGENDALIAN KHV MELALUI VAKSINASI

PENGENDALIAN KHV MELALUI VAKSINASI


Oleh Agus Widodo, SSi
(Vaksindo Perkasa, Jakarta)


Permasalahan yang sampai saat ini masih dihadapi oleh para pengusaha ikan mas dan Koi adalah serangan penyakit yang disebabkan oleh virus yang sekarang lebih dikenal sebagai KHV. Penyakit ini mampu meluluhlantakan perekonomian para pengusaha dan petani ikan Mas dan Koi di Indonesia.

Apa sebenarnya KHV ini? Pertanyaan inilah yang masih menghantui para pengusaha ikan, petani ikan, pemerhati perikanan bahkan pemerintah karena akibat yang ditimbulkannya. Hal ini menjadi tugas kita semua untuk ikut mencarikan solusi yang tepat dan efektif dalam mencegah penularan penyakit yang disebabkan oleh virus ini.

Produksi ikan Mas dan Koi di Indonesia sangat menurun drastis semenjak virus ini menyerang. Virus ini mulai ditemukan di Indonesia sejak pertangahan tahun 2002 dan sampai tahun 2010 ini telah merugikan perekonomian Indonesia sampai ratusan Milyar rupiah. Sungguh bukan angka yang kecil yang mestinya mampu menggerakan roda perekonomian bagi semua pihak yang ikut berperan di dalamnya.

Oleh karena itu sangat wajar apabila pemerintah dalam hal ini DKP melalui Direktur Kesehatan Lingkungan selalu mengupayakan solusi yang dapat menjawab permasalahan yang sudah mendesak ini.

Mari kita coba kenali dahulu tentang KHV ini, baik dari tanda-tandanya, cara penyebarannya maupun pengaruh negatif dari serangannya, sehingga alternative solusinya tidak melahirkan masalah yang baru lagi.

1. Apakah KHV itu ?
• KHV (KOI Herpes Virus) adalah penyakit herpes pada ikan Mas (Cyprinus carpio Linn.) dan Koi yang disebabkan oleh virus
• Pertama kali ditemukan di Indonesia pada pertengahan tahun 2002
• Dapat menyebabkan kematian massal pada budidaya ikan Mas dan Koi pada setiap tahapan budidaya

2. Tanda-tanda serangan KHV? Antara lain:
• Ikan berada di atas permukaan air
• Ikan bergerak tidak terarah
• Lethargy dan lemah
• Kerusakan pada selaput insang.
• Kulit melepuh
• Mata masuk ke dalam
. Bercak — bercak putih pada kulit
. Kematian 6 - 14 hari setelah infeksi

3. Cara penularan virus KHV?
Penularan utama virus ini melalui air yang mengandung virus KHV dengan angka kematian akibat virus ini mencapai 80 - 100 %

4. Pengaruh Negatif serangan virus KHV?
Sejak Mei 2002 out break yang kita kenal sebagai KHV mengakibatkan angka kematian tinggi, kerugian bagi para pengusaha ikan Mas & Koi hingga 2007 diperkirakan mencapai 250 milyar.

Setelah kita mengetahui hal tersebut di atas, langkah berikutnya adalah bagaimana cara mengatasi permasalahan yang menimpa para pembudidaya ikan Mas dan Koi di Indonesia. Langkah yang harus kita ambil ternyata bukan mengobati penyakit KHV yang menyerang ikan Mas dan Koi tetapi lebih diprioritaskan bagaimana cara mencegah penyakit ini. Jadi lebih bersifat pencegahan /preventive daripada pengobatan. Mencegah lebih baik daripada mengobati.

Solusi saat ini?
Para pengusaha dan petani ikan mas dan Koi di Indonesia sekarang sudah dapat bernapas lega. Permasalahan budidaya yang sudah bertahun-tahun menimpa mereka sudah mulai kelihatan titik terang solusinya. Penyakit ikan yang menyerang para pembudidaya ikan mas dan Koi adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus KHV yang lebih dikenal sebagai herpes ikan Mas. Saat ini telah ditemukan vaksin yang terbukti efektif untuk menanggulangi penyebaran virus KHV.

Vaksin anti KHV ini telah dikenal dengan nama KV3, merupakan satu-satunya vaksin yang paling efektif di dunia untuk melawan penyakit yang disebabkan oleh virus KHV.


Metode pengembangan vaksin KV3 ini adalah dengan melemahkan virus melalui sel kultur, mengisolasi klon non pathogenic virus tsb lalu melemahkannya dengan radiasi sinar UV.

Mengapa harus vaksinasi?
Cara yang paling disarankan adalah dengan cara vaksinasi ikan, karena beberapa alasan yang mendasarinya sbb:

• Vaksinasi pada ikan telah terbukti memberi kontribusi yang sangat signifikan terhadap peningkatan produksi perikanan budidaya, terutama industri salmon dan trout di Eropa. Saat ini, sedikitnya ada 10 jenis vaksin telah dipasarkan secara umum dan diaplikasikan oleh pembudidaya ikan di Amerika, Eropa dan Jepang.

Keberhasilan program vaksinasi tersebut cukup menggembirakan, hal itu terlihat dari:
i. menurunnya tingkat mortalitas ikan budidaya akibat infeksi patogen potensial,
2. menurunnya penggunaan antibiotik pada budidaya ikan, dan
3. menurunnya daya resistensi beberapa jenis patogen terhadap antibiotik.

Dengan alasan tersebut diatas, vaksinasi (terutama untuk benih ikan) pada budidaya ikan Mas dan Koi merupakan cara yang paling efektif untuk menekan penularan virus KHV.

Vaksin KV3 untuk ikan Mas dan Koi
• Saat ini telah tersedia vaksin anti-KHV (KV3) dalam bentuk sediaan virus KHV yang telah dilemahkan (attenuated vaccine). Pengujian efikasi vaksin KV3 skala laboratorium dan lapang ( di waduk jatiluhur dan Grata) telah dilakukan oleh Tim dari BBPBAT Sukabumi pada bulan Agustus 2008 - Oktober 2009.

• Hasil kedua skala pengujian tersebut telah dipresentasikan pada tanggal 13 Januari 2010 di Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dan dihadiri oleh Anggota Komisi Obat Ikan (KOI), Departemen Kelautan dan Perikanan.

• Berdasarkan hasil diskusi pada pertemuan tersebut, ditindaklanjuti dengan Surat dari Direktur Kesehatan Ikan dan Lingkungan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya No 429/DPB/PB.430.D4/l/10 yang menyatakan vaksin KV3 dari PT Akasopa Transparti (Vaksindo Perkasa) sudah lolos uji lapang.

Mengapa KV3?
• KV-3 adalah solusi vaksin untuk melawan penyakit yang disebabkan oleh KHV, dan sampai saat ini merupakan satu-satunya yang paling efektif di dunia.

Beberapa keuntungan yang kita peroleh dari vaksinasi KV3 ini adalah sbb:
• Efisiensi yang tinggi, Survival Rate yang diperoleh berdasarkan uji lapang cukup tinggi berkisar 8o - 95%.
• Aman dalam penggunaannya
• Mudah dalam penggunaannya
• Relatif ekonomis
• Aman terhadap lingkungan karena tidak ada sekresi KV 3

Vaksin yang dikembangkan dari DNA virus rantai ganda dengan kode Ca-290.000 bp ini
menyerupai morfologi icosahedron virus herpes. Metode pengembangan vaksin adalah dengan melemahkan virus melalui sel kultur, mengisolasi klon non pathogenic virus tsb lalu melemahkannya dengan radiasi sinar UV.

Keunggulan benih ikan tervaksin KV3?
Benih ikan yang sudah divaksinasi KV3 mempunyai keuntungan dan keunggulan pada budidaya ikan Mas dan Koi adalah sbb:

1. Tahap terhadap Virus Herpes Ikan Mas ( KHV ), hal ini karena benih ikan yang sudah divaksinasi KV3 sudah mempunyai imunitas yang mampu menangkal penularan virus
KHV.
2. Tingkat Survival Rate/ Angka Kelulusan hidup yang lebih tinggi.
3. Biaya produksi yang lebih optimal, karena SR yang diperoleh tinggi maka pakan yang diberikan akan lebih optimal dimanfaatkan oleh ikan.
4. Tingkat keuntungan petani yang lebih besar, hal ini karena hasil yang diperoleh lebih besar dan optimal dalam pemanfaatan pakan yang diberikan.


Bagaimana cara melakukan vaksinasi pada. ikan Mas dan Koi?
Setelah mengetahui efektivitas vaksinasi maka kita sebaiknya membudidayakan ikan Mas dan Koi yang sudah divaksinasi sehingga para pengusaha dan pembudidaya tidak spekulasi dalam berbudidaya. Kenapa Spekulatif? Jawabanya adalah sulitnya memprediksi kapan virus ini akan
menyerang ikan yang sedang dibudidayakan oleh para pengusaha dan petani ikan mas dan Koi. Oleh karena itu sedia payung sebelum hujan adalah saran yang sangat masuk akal untuk dijalankan.

Tahapan-tahapan yang perlu diperhatikan dalam proses vaksinasi ikan Mas dan Koi
adalah sbb:
1. Tahap Karantina
2. Tahap Pemberokan/Puasa
3. Tahap Vaksinasi
4. Tahap Induksi (Kekebalan)
5. Tahap Recovery (Pemulihan)

Persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam proses vaksinasi adalah sbb:
1. Ikan sehat
2. Ikan berumur min 3 bulan dan Bobot ikan min. 10 gr
3. Ikan terlebih dahulu dipuasakan min 24 jam
4. Air yang dipergunakan adalah air bersih

Penjelasan dari masing-masing tahapan vaksinasi adalah sebagai berikut:

1. Tahap Karantina
Tahap ini sangat diperlukan apabila benih ikan yang akan divaksinasi berasal dari luar farm, sehingga benih ikan dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan ikan tidak stress. Ikan sehat merupakan syarat utama yang harus dipenuhi apabila akan melakukan vaksinasi,sehingga hasil lebih optimal.


2. Tahap Pemberokan/Puasa
Tahap ini bertujuan agar benih ikan yang akan divaksinasi lebih bersih dengan mengeluarkan kotoran yang ada dalam tubuhnya dan vaksin yang diberikan akan optimal diserap oleh tubuh ikan. Tahap ini memerlukan waktu minimal 1 hari.

3. Tahap Vaksinasi
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi pada tahap ini sesuai SOP vaksinasi adalah sbb:
1. Clean water
2. Tempat Vaksinasi dapat mempergunakan bak fiberglass
3. Suhu air di bawah 25 C, pH 6,8 - 7,4 DO min 6 ppm
4. Vaksinasi dilakukan dengan perendaman.
5. Dosis yang disarankan adalah 100 ml vaksin KV-3 untuk 1000 It air dengan bobot ikan total 250 kg (common carp), 200 kg (Koi)
6. Lama vaksinasi 45- 6o menit sejak seluruh vaksin terlarut



4. Tahap Induksi (Kekebalan)
Tahap ini berfungsi dalam pembentukan antibody ikan sehingga ikan mampu melawan virus KHV yang menyerang. Persyaratan yang harus dipenuhi pada tahap ini sesuai SOP adalah sbb:
1. Clean water
2. Lama Induksi 4 hari
3. Parameter air harus stabil pada suhu maksimal 25 C, pH 6,8 - 7,4 dan DO min 6
PPM

4. Kepadatan ikan disarankan 2000 ekor / m3
5. Penggantian air sebanyak 25% dilakukan setiap 12 jam dengan air bersih



5. Tahap Recovery (Pemulihan)
Setelah ikan membentuk antibodinya, tahap berikutnya adalah tahap pemulihan kesehatan ikan yang telah divaksin, supaya waktu dibudidayakan kekebalan tubuh ikan sudah bekerja secara balk. Persyaratan yang harus dipenuhi pada tahapan ini adalah sbb:
1. Clean water atau umum dgn suhu 30 derajat Celcius
2. Recovery dapat di lakukan pada bak fiber, keramik, plastik maupun kolam tanah
3. Parameter hrs stabil
4. Lama Recovery 14 hari
5. Pakan Normal


Untuk keberhasilan proses vaksinasi dan hasil vaksinasi sangat disarankan agar persyaratan yang ada harus dipenuhi, tanpa memenuhi hal tsb tidak menjamin bahwa hasil yang diperoleh akan optimal. Kita semua harus menyadari bahwa semua proses dalam tahapan vaksinasi adalah sebuah teknologi sehingga keberhasilannya sangat bergantung seberapa serius kita memenuhi persyaratannya.

Kami sangat berharap agar budidaya ikan Mas dan Koi akan begairah kembali sehingga harapan pemerintah melalui Direktur Kesehatan Lingkungan dari Departemen Kelautan dan Perikanan agar produksi ikan Mas secara Nasional dapat meningkat sebesar 3o% dari tahun-tahun sebelumnya. Inilah saatnya untuk membuktikan harapan itu bersama-sama.

Terimakasih

NB.
Info lebih lengkap klik www.vaksinikan.com

IMPORTANT TERMS OF FISH DISEASES

IMPORTANT TERMS OF FISH DISEASES

1. Epidemiology: the study of the relationship of various factors that influence the frequency and spread of disease in a community.

2. Vertical Spread: the spread of disease from one generation to the next generation through eggs.

3. Horizontal Spread: the spread of disease from one fish to another fish in the fish and the same time.

4. Carrier: animals that carry disease-causing organisms in their bodies, but the animals look healthy so that a carrier or spreader of infection.

5. Vector: an animal that mediates disease-causing organisms from one host to another host. Examples: snails, birds.

6. Pathogenicity: the ability to cause disease.

7. Virulence: degree of pathogenicity of a microorganism.

8. Host range: the range of animals can be infected by the pathogen.

9. Obligate parasite: parasite that only uses the fish as the only definitive host

10. Clinical symptoms: early signs of an attack fish diseases in the form of physical abnormalities, behavior that looks visually;

11. Diagnosis of disease: determining the cause of disease that occurs, by observing the clinical symptoms and anatomical pathology in fish sick / dead strengthened by laboratory examination.

source: Ministry of Maritime Affairs and Fisheries Republic of Indonesia, Director General of Aquaculture, 2010

Istilah-istilah Penting Penyakit Ikan

ISTILAH PENTING

1. Epidemiologi : ilmu yang mempelajari hubungan berbagai faktor yang mempengaruhi frekuensi dan penyebaran penyakit pada suatu komunitas.

2. Penyebaran vertikal : penyebaran penyakit dari suatu generasi ke generasi selanjutnya melalui telur.

3. Penyebaran horisontal : penyebaran penyakit dari ikan satu ke ikan yang lain pada kelompok ikan dan waktu yang sama.

4. Carrier : hewan yang membawa organisme penyebab penyakit dalam tubuhnya, namun hewan tersebut terlihat sehat sehingga menjadi pembawa atau penyebar infeksi.

5. Vektor : hewan yang menjadi perantara organisme penyebab penyakit dari inang yang satu ke inang yang lain. Contoh : siput, burung.

6. Patogenisitas : kemampuan untuk dapat menyebabkan terjadinya penyakit.

7. Virulensi : derajat patogenisitas suatu mikroorganisme.

8. Kisaran inang : kisaran hewan-hewan yang dapat diinfeksi oleh patogen.

9. Parasit obligat: parasit yang hanya menggunakan ikan sebagai satu-satunya inang definitive

10. Gejala klinis: tanda-tanda awal oleh suatu serangan penyakit terhadap ikan berupa kelainan-kelainan fisik, tingkah laku yang terlihat secara visual;

11. Diagnosa penyakit : menentukan penyebab penyakit yang terjadi, dengan mengamati gejala klinis Dan patologi anatomi pada ikan sakit/mati diperkuat dengan pemeriksaan laboratorium.

sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dirjen. Perikanan Budidaya,2010